Selasa, 21 Juli 2020

Kreativitas dan Produktivitas

Pembahasan tentang perwujudan karya seni tidak dapat diakhiri tanpa menyebut bahwa antara perwujudan karya seni terdapat dua macam perbuatan yang berbeda secara mendasar :
  • Kreativitas, menghasilkan kreasi baru.
  • Produktifitas, menghasilkan produk baru, yang merupakan ulangan dari apa yang telah terwujud, walaupun sedikit percobaan atau variasi didalam pola yang telah ada.
Diantara kedua jenis ini terdapat perwujudan yang bukan sepenuhnya Kreasi baru, yang bersifat peralihan ditengah, yang memasukkan unsur-unsur yang baru kedalam sesuatu yang telah ada, atau mengolahnya dengan cara yang baru, yang belum pernah dilakukan, yang bersifat “original” (asli). Karya demikian yang disebut gegubahan, atau pengolahan : adalah suatu pelaksanaan yang berdasarkan pola pikiran yang baru atau pola laksan – seni yang baru, yang diciptakan sendirikreativitas menyangkut penemuan sesuatu yang “ seni” nya belum pernah terwujud sebelumnya. Apa yang dimaksudkan dengan “seni”nya tidak mudah ditangkap, karena ini menyangkut prinsipil, dan konseptual. Yang dimaksudkan bukanlah hanya “wujud” yang baru, tetapi adanya pembaharuan dalam konsep-konsep estetikanya sendiri, atau penemuan konsep yang baru sama sekali.baiklah kita ambil beberapa contoh-contoh dari apa yang sudah kita kenal dari lingkungan kita sendiri.

Dalam seni lukis dan seni patung tradisional di Bali, wujud-wujud figur dibuat sesuai dengan wujud-wujud yang dikenal dari pewayangan. Patung-patung yang kita lihat seperti hiasan dimuka pintu gerbang dan di tempat-tempat yang lain, menampilkan wujud, proporsi, tegak susunan tertentu, menurut pola yang kita sebut “klasik” Bali. Tegak patung-patung itu biasanya seperti apa yang kita lihat sebagai agem dalam tarian bali. Seorang seniman bisa membuat variasi-variasi apasaja tanpa mengubah prinsip kesian yang tertuang didalamnya. Perubahan-perubahan itu bisa mngenai ukuran, tegak, proporsinya, dan sebagainya. Tapi bila sekarang kita meninjau pada apa yang dibuat oleh Ida Bagus Nyana pada tahunan tiga puluhan yang lazim disebut togog pepulung, maka jelas sekali terlihat pola kesenian yang berlainan. Bentuk-bentuk yang mendasarinya, proporsi dan susunannya jauh lebih sederhana, tetapi lebih jelas memperlihatkan watak dari perwujudannya. Patung itu tidak memerlukan pengetahuan yang dipelajari sebelumnya, seperti yang kita tahu yang mana gelungan dari sang Arjuna, yang mana dari sang rama, raksasa dan sebaginya. Pada patung pepulungan secara langsung dapat dikenal maksudnya oleh orang yang awam, misalnya yang baru datang dari luar negeri karena ekspresinyabersifat universal. Pepulungan merupakan pola kesenian baru dalam seni patung begitu pula hanya dengan apa yang dibuat oleh pematung I Nyoman Cokot. 

Seni pepulungan kini sudah menjadi satu style atau selera. Seniman siapa saja dapat membuat patung mengikutistyle tersebut, tidak berkreasi tetai memproduksi menurut contoh atau style yang sudah ada. Begitu juga seorang seniman tidak bisa dilarang membuat patung “style” Cokot dengan membuat variasi seenaknya ; tidak bisa dituding atau menjiplak ciptaan Cokot, dan tidak bisa dituntut melanggar hak cipta.

Dalam seni seni tari klasik wayang orang dijawa, gerak, tabuh, dan suasana wajah para penari mengikuti tradisi yakni apayang telah ditentukan sejak dahulu kala. Disana wajah-wajah hampir tidak mempunyai atau memperlihatkan ekspresi. Dalam seni dram modern perasaan manusia justru diperlihatkan dengan ekspresi yang sejelas mungkin. Seni tari yang merupakan perkawinan antara tari klasik dengan drama modern, polanya baru. Setelah seni sendratari menjadi suatu pola kesenian yang baku, tidak lagi setiap sendratari dengan lakon yang belainan dapat disebut ”kresi baru”. Akan tetapi sendratari dengan mengelola criteria bukan lakon klasik, tetapi cerita ciptaan baru sama sekali, atau pinjam dari luar, misalnya Macbeth, sendratari yang baru dibuat itu patut disebut “kreasi baru”.

I Mario, penari dan pencipta tari kebyar duduk, menemukan kreasi baru ini secara kebetulan thn 1921-1923. pada suatu malam, ia sedang menonton latihan Gong Kebyar di desa Bali utara, ia dikenalkan oleh pemimpin Gongnya sebagai penari gandrung yang semalam sebelumnya menari didesa tersebut.ia dipanggil dan diminta menarikan Gandrungnya denga diiringan tabuh Gong kebyar . Pada zaman itu para penabuh Gong Kebyar mengitari ruang persegi dimana dua juru kendang dengan jur penabuh dengan mengarang gerak-gerak yang baru sesuai dengan tabuh dan irama kekebyaran. Dengan terbawanya oleh tabuh gamelan ia sebagai gandrung berkeinginan untuk nepek (mencari lawan penari dari penonton) tetapi ia tidak bisa keluar dari kalangan segi ampat itu yang dikelilingi oleh gamelan. Terpaksa ia nepek tukang kendangnya. Orang ini juga sangat tertarik dan girang untuk menari tetapi tidak bisa meninggalkan kendangnya hingga ia menari dengan posisi duduk sembil memainkan kendangnya. Untuk menarikkan cium-ciumannya dengan pemain kendang itu Mario terpaksa duduk juga dan meloncat kekiri dan kekanan untuk “menghibur” kedua juru kendang bergiliran. Kemudian ia juga nepek pemain gangsa dan dengan demikian timbul secara sponta asal mula dari tarian kebyar duduk . pada kesempatan lain Mario yang memang sifatnya agak nakal dan suka bercanda, tiba-tiba merampas kedua penggul dari pemain teropong dan secara spontan menarikan kedua panggul itu sambil memainkannya sewaktu-waktu memukul terompong mengikuti permaianan gamelannya. Tarian baru tercipta lagi : tari kebyar terompong. Tarian ini salanjutnya disemurnakan saat Mario menjadi penari tetap dengan gamelan Gong kebyar belaluan yang ditampilkan dua kali seminggu untuk wisatawan di Bali hotel denpasar. Ini merupakan suatu antara banyak contoh-contoh kreasi yang terwujud tanpa direncanakan, secara spontan dengan inprovisasi setempat.

Dalam gamelan bali kita mengenal ceng-ceng yang berfungsi memberi bunyi pelengkap tabuh unutk menggaris bawahi ritme. Ada saatnya bersama kendang membentuk suatu suara gabungan yang mempunyai karakter yang khas dalam tatabuhn kita. Bilaingin menyelidiki nada-nada dari masing-masing pasangan ceng-ceng dan berhasil membuat semacam urutan nada-nada tertentu, (apakah itu selendro, pelog,atau yang lain yang baru) yang dapat diolah menjadi komposisi yang utuh maka ia akan berhasil menciptakan suatu pola karawitan baru. Cara-car memainkan ceng-ceng itu bisa bermacam-macam, misalnya bisa digantung dan dipukul, bisa digesek dan sebagainya. 

Untuk disebut „‟kreasi baru‟‟ tidak selalu adanya perobahan sedemikian radikal seperti contoh diatas. Perubahan itu harus merupakan suatu perubahan yang mendasar, yang prinsipil. Perubahan itu bisa mengenai komposisi gamelan, seperti membuat unit yang terdiri dari sepuluh buah gender wayang, bisa juga mengenai jenis pelaku, busana penari, atau tentang bobot dan tujuan karya seni. Perubahan yang prinsispil tidak terlalu besar dalam penampilannya sendiri. Contoh, saat mario menciptakan tari Oleg Temulilingan, penari Olegnya pada satu saat mengambil ujung kedua oncernya dan memainkan setinggi mungkin diatas kepalanya. Dengan perbuatan ini ia harus mengangkat sikunya lebih tinggi dari pada bahunya dan, lebih berani lagi ketiaknya diperlihatkan. Dalam tari Palegongan yang dijadiakn dasar untuk tari Oleg temulilingan itu, menurut paham klasik sebenarnya sikut penari tidak boleh lebih tinggi daripada bahunya, hingga Tari Oleg sudah merombak pola dasar klasik itu, dan menempuh pola baru. Tari Oleg mengandung suatu pola yang tidak ada sebelumnya.

Kemudian pola yang baru itu lebih dikembangkan dan disempurnakan serta dipakai dalam tarian lain, misalnya dalam Tari Manukrawa Tari ini merupakan kreasi baru, bukan karena memakai pola yang baru itu. Dilihat dari pola baru yang telah ada pada Temulilingan, Tari Manukrawa merupakan produksi baru, tetapi dalam segi lain Manuk rawa telah juga merupakan kreasi baru karena menempuh pola-pola gerk yang belum ada sebelumya, seperti gerak-gerik lehernya dan langkah-langkah kaki dimana lututnya diangkat tinggi kemuaka disusul dengan melempar kakinya kebelakang. 

Perubahan yang tidak mendasar, misalnya hanya dengan merubah bentuk, suara, warna, ucapan-ucapan, cerita dan sebagainya, buakan kreasi baru tetapi variasi baru, atau yang diubah banyak jumlahnya, bisa disebut produksi baru dan kalau sudah sering dipentaskan dan menjadi baku, bisa disebut versi baru. Memang adalah lebih mudah untuk membuat versi dari kreasi baru. 

Untuk menghindari salah pengertian perlu diingatkan bahwa penggolongan “kreasi baru‟‟ dan “produksi baru” sama sekali tidak mengandung evaluasi yang menyangkut mutu seninya masing-masing. Banyak produksi baru yang sangat tinggi mutu seninya, dan banyak juga kreasi-kreasi baru yang tidak bermutu dan segera musnah karena tidak mendapat sambutan atau dukungan yang cukup dari masyarakat. Hanya kreasi-kreasi yang bermutu dan membuat masyarakat terpaku berkat kualitannya, dengan sendirinya akan bertahan dan bisa berkembang terus.

Bila seorang pelukis yang biasanya melukis potret manusia, namaun pada suatu saat melukis pemandangan, belum bisa disebut bahwa ia menciptakan kreasi baru. Banyak pelukis lain yang sudah melukis pemandangan apakah terdapat ciptaan baru tergantung dari masalah, dalam karyanya ia tuangkan sesuatu yang prinsipil baru, yang mendasar, yang membawa konsepsi baru dalam seni lukis. Misalnya dalam pemandangan ia bisa ungkapkan menurut konsep yang baru, dengan cara melihat yang lain daripada yang biasa. Para pelukis yang menciptakan konsep impresionisme pada akhirny abad XIX di Paris memang membawa konsepsi baru. mereka membawa pandangan baru kepada masyarakat tentang bagaimana manusia bisa melihat merasakan menginterpretasi dunia sekitarnya. Mereka melihat dunia sebagai perwujudan yang terjadi didalam jiwa manusia, akibat proses yang timbul dengan impresi dari warna-warni yang dinikmatinya.

Kreasi baru seringkali mendapat pengikut-pengikut terdiri dari para seniman yang sama pandangnya dan menumbuhkan dikalangan seniman suatu style atau gara baru. Begitu halanya juga terjadi dengan gaya kubisme yang melihat semua perwujudan terdiri dari bentuk-bentuk garis, bidang dan ruang yang menampilkan siku-siku lurus. 

Sebaliknya, untuk menciptakan „kreasi baru‟ sang seniman sama sekali tidak perlu berpijak pada suatu gaya yang baru baginya sendiri. Ia tetap bisa memakai gayanya sendiri yang lama. Dalam hal yang demikian “kreasi baru”nya berkisar pada bobotnya, gagasan atau pesan yang disampaikan kepada masyarakat. Bila pesan itu sama seperti yang telah pernah disampaikan oleh seniman lain misalnya pada masyarakat apa yang ia buat bukan lagi kreasi tetapi produksi yang baru.

Para seniman pengrajin (seni-kriya) lebih banyak menghasilkan produksi dari pada kreasi. Justru dalam kesenian ini kita tidak boleh beranggapan salah bahwa mutu seni dari priduksi lebih rendah daripada mutu seni kreasi baru. Malahan sering kali mutu seninya melebihi oleh karena justru dalam seni kriya mutunya lebih banyak tergantung pada keterampuilan sang seniman dan bahan yang dipakai. Boleh jadi sang seniman pencipta (designer) belum memperoleh cukup kesempatan untuk berlatih diri menyempurnakan tekniknya, hingga tidak mencapai penyempurnaan hasil karya yang diangan-angankan.

Representasi Seni

Karya seni lahir keberadaan seniman yang mempresentasikan pekerjaan. Presentasi karya seni dapat disebut sebagai representasi. Disebut demikian karena dalam proses seniman berpotongan dengan realitas objektif di luar sendiri atau kenyataan itu sendiri. Persisten ini memiliki respons atau respons (meskipun tidak semua realitas menimbulkan respons terhadap seniman). Tanggapan ini dimiliki oleh seniman dan terungkap, diwakili di luarnya. Jadi, kelahiran karya seni.

Terutama dalam perwakilan seni, istilah ini dapat berisi makna gambar yang menghancurkan atau merujuk pada realitas eksternal. Atau bisa berarti "mengungkapkan karakteristik umum universal dari ranah manusia". Dan, representasi juga berarti menyajikan bentuk-bentuk ideal yang berada di belakang realitas alam semesta

Representasi seni adalah upaya untuk mengungkapkan kebenaran atau realitas Siesta seperti yang ditemukan oleh seniman. Tugas itu juga dijalankan oleh ilmiah, filsafat dan lembaga keagamaan. Hanya, di institusi seni, realitas alam semesta mengungkapkan dengan "bahasa" atau "kode" seni, yaitu melalui bentuk-bentuk tertentu dengan struktur dan sistem tertentu juga. Mengenai kode seni ini Tipa periode dan tempat miliki

Norma-norma-Nya sendiri. Namun, apa yang disebut "kebenaran" atau "kenyataan" yang ditemukan oleh seniman dan terungkap dalam karyanya mungkin belum tentu ditayangkan oleh semua pecinta seni-Nya. Ini adalah masalah "konten seni". Sejak munculnya pemikiran artistik di dunia Barat Yunani kuno, ada dua kamp dalam melihat kebenaran dan realitas alam semesta, yaitu perspektif empiris yang dimulai oleh filosofi aritoteles dan perspektif idealis oleh para filsuf Plato. Kedua pandangan ini terus hidup secara bersamaan atau dialektik sepanjang sejarah estetika di dunia Barat.

Kebenaran mana yang diwakili oleh penganut empiris atau mimesis? Penganut perspektif tentang dunia kelompok mimesis percaya bahwa apa yang harus diwakili dalam seni adalah karakteristik umum universal dari alam dan perasaan manusia. Tampilan mimesis ini secara luas diadopsi oleh seniman klasik Eropa, sementara romansa Eropa lebih fokus pada karakteristik manusia universal yang sama dengan klasik, hanya lebih subyektif, lebih inmidian, menunjukkan keunikan artisnya sendiri. Kaum realis dan naturalis lebih percaya pada kebenaran yang mendekati atau menyamai kebenaran ilmiah.

Pandangan dunia lain adalah pandangan idealis dan imajinatif. Jika pandangan empiris-mimesis masih membawa kebenaran dan realitas empiris harian, idealis dalam seni ini menekankan bentuk ideal di balik realitas empiris. Misalnya, Jerman Jerman memandang bahwa kebenaran seni yang diwakili adalah bentuk ideal yang ditemukan di belakang alam semesta dan pikiran manusia. Sementara itu, Neoplatonik menekankan bentuk ideal trasendental. Yang terkenal sebagai idealis murni adalah moto "seni untuk seni" mereka. Dunia dalam seni tidak perlu terhubung dengan realitas dunia nyata dunia setiap hari. Dunia dalam seni adalah dunianya sendiri.

Dunia nyata setiap hari hanyalah dunia permukaan, sesuatu yang sudah mati, dan menjadi hidup jika diproses oleh pandangan mistis-filosofis artis. Teman-teman dapat melihat kenyataan di balik permukaan realitas setiap peristiwa dan kasusnya. Realitas permukaan lebih rendah dari kenyataan di belakangnya dilihat oleh seniman. Artis harus dapat menemukan dunia ide-ide yang menukik dan sama-sama naik. Tugas seniman adalah membangkitkan kesadaran publik akan kenyataan. Penganut perspektif imajinatif ini menolak keterlibatan sosial, moral dan politik dalam masyarakat mereka, tetapi juga menolak pemisahan antara seni dan realitas masyarakat. Artis menunjukkan kenyataan yang "sebenarnya" di balik realitas empiris yang dikenal oleh rakyatnya sejauh ini. Dan, karena "realitas baru" bukanlah realitas empiris, meskipun itu berasal dari itu, maka karya seni imajinatif berbentuk "lain", karena hanya dengan cara itulah realitas baru yang baru dan segar dapat diwakili. Mewakili dunia. Dalam karya seni yang ideal atau imajinatif adalah dunia baru, rekonstruksi kesadaran manusia bahwa dunia kita seperti itu. Karya-karya imajinatif bukanlah representasi dunia eksternal atau dunia yang telah dikuliti karakteristik universal, atau dunia yang berjalan dari realitas sehari-hari dan kumbang di dunia Trasender. Representasi seni idealis adalah pengungkapan "roh" dari realitas empirisnya.

Cara melihat idealis atau imajinatif sering dengan pandangan mimesis atau imitasi. Perspektif mimesis sering dianggap "lebih rendah" karena hanya fotokopi realitas eksternal. Tetapi, kritik seperti itu juga tidak sepenuhnya benar, karena mereka bukan hanya "meniru alam" tetapi juga, yang mencari struktur kehidupan umum itu sendiri. Dunia seni harus universal dan umum. Seni adalah cara khusus untuk mencerminkan kenyataan.

Apa yang diwakili dalam karya seni, dari waktu dahulu lama, mengikuti dua mode atau cara dalam menanggapi realitas empiris manusia. Sebenarnya itu tidak berhasil menuduh dan merendahkan dalam pemilihan dua mode ini. Keduanya memiliki perspektif mereka sendiri dalam menemukan dan menemukan kebenaran realitas kehidupan. Menyadari kebutuhan untuk membedakan mode yang digunakan oleh artis dalam representasi seni-Nya dengan hasil yang dicapai. Bisa jadi seniman dengan mode mimesis mencapai pekerjaan bertingkat tinggi. Sebaliknya, bisakah artis dengan mode imajinatif bahkan menggabungkan kerja vulgar belaka. Mode seni dalam representasi tidak menentukan kualitas seni-Nya. Kualitas seni tetap dalam pencapaian atau penemuan realitas baru di balik realitas permukaan setiap hari terlihat segar dan penuh kejutan intelektual.

Di Indonesia, tradisi berpikir dengan mode imajinatif tampaknya lebih berkualitas daripada mimesis, tanpa melihat apakah dengan mode imajinatif telah ditemukan hal-hal baru segar dan penuh ketidakpedulian dalam pengalaman hidup kita sehari-hari. Konotasi imajinatif dengan menampilkan hal-hal yang "aneh" atau asal "Lainnya,", pada dasarnya tidak mencium bau mimesis, seolah-olah sebuah doktrin kebenaran kepada kita. Karya seni adalah pekerjaan serius, sama dengan keseriusan dengan para ilmuwan yang mencari realitas baru dari gejala alami. Perlu ada kerja keras, perlu ada pengamatan data, perlu ada ketajaman intuisi dalam melihat kebenaran di balik permukaan, perlu untuk menguasai teknik seni tinggi dan cerdas, sehingga sebuah karya seni terlahir dalam Mode tertentu, baik mimesis dan imajinatif-idealis. Cara mencegah dunia berbeda, bagaimana cara mencari kebenaran dapat berbeda, tetapi masih menuntut pekerjaan yang berkontribusi pada meningkatnya kehidupan manusia, yaitu kesadaran akan realitas hidupnya. Tidak ada mode bawah daripada mode lain. Setiap mode selalu memiliki perkembangan pikirannya sendiri. Mode mimesis dari aritoreles jelas berbeda dari mode Mimesis abad ke-20 di George Lukacs.

Ekspresi Seni

Kami sering mendengar ucapan bahawa seni itu menyatakan. Ungkapan seolah-olah sama dengan seni. Tetapi apakah yang berlaku? Ungkapan adalah "sesuatu yang dikeluarkan", seperti cecair gula yang dikeluarkan oleh tebu. Seperti tindakan mengamuk yang dikeluarkan oleh manusia apabila ia ditindas kemarahan. Seperti aliran cinta cinta orang yang dia memeluk dan membelai orang yang dikasihinya. Apakah emprenasi seni dan juga?

Seni adalah sesungguhnya perasaan dan fikiran. Tetapi, tenggelam seseorang yang marah, mabuk, sedang diperah, menyatakan sesuatu yang dipanggil seni? Kemarahan, kesedihan, kegembiraan, dan perasaan lain berlaku secara spontan, rangsangan, jadi individu itu larut dalam perasaan itu. Dia dikuasai dan melakukan sesuatu untuk mengandaikan kegelisahan perasaannya dengan memeluk, membanting plat, menangis, melompat. Dalam keadaan perasaannya dalam karya seni? Orang yang sedih, walaupun dalam kegembiraan, tidak boleh melahirkan karya seni. Seni baru kelahiran selepas perasaan itu adalah pengalaman.

Dalam seni, perasaan itu mesti dikawal terlebih dahulu, harus dibantah, dan harus diatur, diuruskan, dan dicipta atau dinyatakan dalam karya seni. Istilah popularnya "perasaan harus didepositkan terlebih dahulu". Perasaan tertentu telah bersama artis. Dan, dalam keadaan tertentu IoTu, maka artis itu dapat menyatakan perasaannya. Kerana, ungkapan perasaan dalam seni hanya boleh berlaku dalam suasana perasaan "sekarang", walaupun dalam mood mewujudkan penciptaan. Seorang artis mencipta karyanya dalam suasana keghairahan, bahagia, bahagia. Tidak mungkin dalam suasana yang menyedihkan seorang artis yang mencipta karyanya. Jadi, ungkapan dalam seni mencurahkan perasaan tertentu dalam suasana yang menggembirakan. Kemarahan atau kesedihan dalam ungkapan artistik juga perlu dilakukan pada masa "tidak marah atau sedih".

Oleh itu jelas bahawa rasa perasaan yang dinyatakan dalam karya seni tidak lagi menjadi perasaan individu, fiskalisasi perasaan sejagat. Nampaknya yang lain dapat menghargai, walaupun jenis itu tidak pernah dialami oleh orang tersebut. Ini boleh berlaku kerana pengalaman perasaan sedang menjadi objek, telah takut kepada dirinya sendiri. Perasaan itu telah menjadi masa lalu.

Dari mana unsur perasaan dalam karya seni timbul? Perasaan itu adalah tindak balas individu terhadap sesuatu di luar dirinya, yang merupakan persekitaran hidupnya. Tetapi, ia juga boleh menjadi perasaan, rasa rasa, muncul dari idea atau idea sendiri. Sekiranya perasaan itu datang dari luar dirinya, dari satu rangsangan, yang berlaku adalah perbuatan yang menyatakan perasaan (dari rangsangan) ke luar dalam bentuk benda seni. Ia berjuang dengan medium seni yang digunakannya. Berikut adalah kemahiran, atau risiko teknikal media beliau untuk mencari kesesuaian perasaannya dengan tujuan yang sedia ada. Itulah yang diperhatikan, yang kelihatan tidak jelas dari dalamnya, kerana ada idea atau mungkin kerana intuisi, meraba bentuk di luar dirinya. Perasaan sedang mencari objek yang boleh disegerakkan.

Dengan sendirinya tindakan mewujudkan ungkapan dalam seni dilakukan dengan perasaan spontan, perasaan "sekarang" semasa proses penciptaan, yang boleh hanya beberapa minit sehingga beberapa tahun. Perasaan objektif artis seni. Tetapi karya seni bukan sekadar ekspresi perasaan. Seni juga merupakan ungkapan nilai, nilai yang baik dari kemasukan (maksud), nials kognitif (pengetahuan, pengalaman), dan kualiti medium. Nilai-nilai berada dalam artis sebagai pengalaman nilai masa (sebelum penciptaan). Nilai-nilai ini menentukan kandungan, makna, bahan dari seni.

Dengan demikian, dalam tindakan ekspresi seni ada persekutuan antara tindakan ekspresi "sekarang" dan ekspresi "nilai-nilai masa lalu". Ekspresi perasaan sekarang kadang-kadang begitu kuat, sehingga seniman terkadang bekerja di luar kendali mereka. Satu-satunya pemintal hanyalah temuan bentuk selama dia bergulat dengan medium. Kedua perasaan dan perasaan masa lalu dalam proses penciptaan dikendalikan oleh instalasi mereka untuk terbentuk. Formulir yang merupakan ungkapan yang adatt stimulasi orang lain untuk dapat merangsang munculnya perasaan serupa atau hampir serupa.

Unsur perasaan dalam ekspresi seni dapat ditelusuri dari mana asalnya, di mana itu, dan tentang apa. Jadi, dalam seni, ada benda seni yang dikenal, artis, dan perasaan artistik. Benda seni atau stimulasi bisa sakit. Sikap seniman melawan orang sakit mungkin sinis karena pengalaman nilai seniman menyatakan bahwa kehidupan manusia rapuh, fana. Akibatnya, perasaan yang muncul adalah humor pahit. Orang sakit dapat membawa perasaan hiburan karena takdir manusia yang rapuh. Bagaimana perasaan itu direalisasikan tergantung pada kecukupan seniman dalam mewujudkannya melalui medium. Di sini akan ada proses pemilihan material dan mengasah atau fokus pada perasaan yang ingin mereka ungkapkan. Di sinilah aspek individu materiam muncul, bagaimana perasaan rangsangan yang bisa sangat berbeda dari tanggapan individu dari artis lain. Inilah sebabnya objek kematian bisa mendapatkan perasaan berbeda dalam seni. Ada mereka yang menertawakan kematian, beberapa diwarisi, beberapa takut, beberapa kagum, beberapa menyebabkan perasaan sepi.

Pemilihan dan penajaman perasaan stimulasi akan melahirkan intensitas perasaan yang diungkapkan. Perasaan tertentu dalam seni bisa seni bisa begitu tajam dan mengikis karena artis mereka berhasil mengekspresikan pengalaman perasaan mereka dengan pilihan yang tepat dan ditargetkan dengan kuat. Perasaannya dengan pilihan tetap dan target yang kuat. Perasaan humor pahit dalam seni dapat tampil sangat mengesankan karena seniman berusaha untuk mewujudkan pengalaman perasaannya secara efektif dan efisien.

Hukum Penyusunan (Azas Desain)

1. Prinsip Kesatuan (Unity)

Unity adalah kohesi, konsistensi, etnologi atau integritas, yang merupakan kandungan utama komposisi. Persatuan adalah efek yang dicapai dalam suatu pengaturan atau komposisi di antara hubungan pendukung kerja, sehingga secara keseluruhan menunjukkan kesan respons yang lengkap. Keberhasilan seharusnya tidak menjadi pencapaian bentuk estetika sebuah karya yang ditandai dengan membawa unsur-unsur estetika, ditentukan oleh kemampuan pertempuran keseluruhan. Dapat dikatakan bahwa tidak ada komposisi yang tidak utuh.

Ada keutuhan yang dapat dicapai oleh beberapa peristiwa. Integritas dominan, tanpa desain atau persiapan dominan menjadi tidak sempurna. Penonjolan atau dominan dapat diproduksi dengan membuat bentuk penampilan dengan memperkuat kontras Nillai (tidak berlebihan). Seperti kata-kata "United kita tegas, perceraian kita runtuh", juga "dalam persatuan ada kekuatan". Integritas dan dominan dengan reset, keutuhan yang dihasilkan oleh dominan, dan dominan dapat diproduksi oleh tes. Penekanan dominan adalah yang tertua, paling sederhana, dan paling mudah menciptakan integritas estetika. Integritas dan Termbice: Tidak ada integritas tanpa keseimbangan. Keseimbangannya sama berat dan atau dengan kekuatan yang saling bertentangan. Saldo adalah kesamaan berat antara kekuatan yang dihadapi, membuat kesan stabilitas.

2. Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan dalam persiapan adalah keadaan atau kesamaan antara kekuatan yang dihadapi menghadap dan meningkatkan kesan seimbang pada intensitas visual atau intensitas. Berat visual ditentukan oleh ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan kehadiran semua elemen yang dipertimbangkan dan memperhatikan keseimbangan. Ada dua jenis keseimbangan yang dipertimbangkan dalam menyiapkan formulir, yaitu keseimbangan formal (formal balance) dan keseimbangan formal (informal balance).

a. Formal Balance (Keseimbangan Formal)

Keseimbangan formal adalah keseimbangan pada dua pihak yang berlawanan dengan poros. Keseimbangan formal sebagian besar simetris persis atau diulang diaktifkan di sebelah penyebaran. Dia dicapai dengan menyusun elemen serupa dan memiliki identitas visual pada jarak yang sama ke titik pusat imajiner. Meskipun keseimbangan formal statis dan tenang, tetapi tidak menunjukkan kesan yang akan membosankan.



b. Informal Balance (Keseimbangan Informal)

Keseimbangan informal adalah keseimbangan di sebelah pengaturan elemen yang menggunakan prinsip ketidaksetaraan atau kontras dan selalu asimetris. Konsep saldo ini digambarkan sebagai skala anak-anak. Penggambaran ini dimaksudkan hanya sebagai abstraksi, bahwa konsep tersebut mencakup keseimbangan massa, berat yang terjadi pada karya seni, patung, arsitektur, dan lukisan. Juga berlaku dalam musik, dan semua seni mempertimbangkan keseimbangan. Keseimbangan informal ini rumit, tetapi lebih menarik karena memiliki kesan yang dihiasi yang memberikan lebih banyak variasi. Ini memiliki keunikan berdasarkan perhitungan kesan berat visual elemen yang disajikan atau ukuran bentuk dominan. Selain itu, ia juga harus mempertimbangkan karakter pada setiap elemen; Misalnya tekstur kasar memiliki berat visual yang lebih berat daripada tekstur halus atau licin, sehingga juga pada warna dan elemen lain ditentukan oleh intensitas berat visual dari elemen-elemennya.



Informal Balance (ketidak seimbangan), karena bentuk dan berat objek di bagian kiri dan kanan berbeda, serta perbedaan ketidak simetrisan

3. Kesederhanaan (Simplicity)

Kesederhanaan dalam desain, pada dasarnya adalah kesederhanaan selektif dan akurasi pengelompokan elemen artistik dalam desain. Kesederhanaan ditutupi oleh beberapa aspek, termasuk yang berikut. Elemen-elemen yang berhasil: artinya elemen dalam desain atau komposisi harus sederhana, karena elemen yang terlalu rumit sering menjadi bentuk dan penyendiri yang mencolok, asing atau terlepas sehingga sulit untuk mengikat kesatuan lapangan. Kesederhanaan struktur: artinya komposisi yang baik dapat dicapai melalui penerapan struktur yang baik dapat dicapai melalui penerapan struktur sederhana, sesuai dengan pola, fungsi atau efek yang dijelaskan. Kesederhanaan teknik: artinya sesuatu komposisi jika mungkin dapat dicapai dengan teknik sederhana. Namun, bahkan jika Anda memerlukan perangkat prasaja, nilai estetika dan ekspresi suatu komposisi, tidak ditentukan oleh kecanggihan implementasi perangkat bantuan teknis yang sangat kompleks.

4. Aksentuasi (Emphasis / Centre of Interest)

Desain yang bagus memiliki titik yang berat untuk menarik perhatian (pusat minat). Ada berbagai cara untuk menarik perhatian pada berat ini, yang dapat dicapai dengan mengulangi ukuran dan kontras antara tekstur, nada warna, garis, spasi, bentuk atau motif. Pengaturan beberapa elemen visual atau penggunaan ruang dan cahaya dapat menghasilkan titik persatuan pada fokus tertentu. Berbagai macam ruang, yaitu dengan beberapa cara. Aksentuasi melalui looping, seperti kain bermotif (kain bergambar) dengan beberapa warna, hijau dan biru, dibawa dekat dengan kain polos berwarna, warna hijau dalam kain bermotif tampak lebih menonjol.

Lalu jika sudah dekat kain biru polos, warna biru dalam motif akan lebih menonjol. Dengan demikian, pengulangan elemen desain (saldo informal (ketidakseimbangan), karena bentuk dan berat objek di kiri dan kanan berbeda, dan perbedaan dalam ketidakmampuan di atas) dan pengulangan warna dapat menekankan elemen. Aksentuasi melalui ukuran, bentuk bentuk yang lebih besar akan tampak menarik perhatian karena ukurannya. Namun, ukuran objek yang merupakan titik pusat perhatian harus sesuai antara dimensi ruang. Sementara ruangan itu besar dan tinggi, seharusnya tidak terbenam dalam penyerahan ruangan. Ruangan itu terlalu besar untuk ruangan itu.

Aksentuasi dengan kontras: dalam ruangan terdiri dari teccanture halus atau licin, satu bidang dengan teccanture kasar akan sangat menarik perhatian, karena kontras di sekitarnya. Kontras antara bidang kosong dan bidang diisi, jika digunakan untuk mendapatkan perhatian. Satu lukisan ditempatkan pada pengalihan yang luas dan kosong akan tampak lebih menonjol daripada dipasang di antara beberapa lukisan atau benda dekoratif lainnya. Aksentuasi melalui pengaturan: Ari pengaturan elemen visual dengan benda-benda lain diatur sedemikian rupa sehingga memobilisasi pandangan orang ke tempat atau objek yang merupakan pusat perhatian. Untuk alasan ini, harus menentukan area atau bagian dari ruangan yang akan disorot, dan daerah akan menjadi punggung atau sebagai pelengkap.

Metode ini akan mewujudkan pusat perhatian di sebuah ruangan dapat menjadi aspek paling banyak dari perancangan. Dengan menggunakan semua elemen artistik dan prinsip-prinsip desain untuk mengarahkan mata ke pusat perhatian, dapat menghasilkan bentuk desain yang merupakan seluruh unit.

5. Proporsi (Proportion)

Proporsi dan skala mengacu pada hubungan antara bagian dari desain dan hubungan antara bagian keseluruhan. Kamar kecil dan sempit ketika diisi dengan benda besar dan besar; Itu tidak akan terlihat bagus dan juga tidak berfungsi. Warna, tekstur, dan garis memainkan peran penting dalam menentukan proporsi. Warna-warna cerah terlihat lebih jelas. Testurity yang mencerminkan bidang cahaya atau bermotif juga akan menyoroti bidang. Garis-garis vertikal cenderung membuat objek terlihat lebih ramping dan lebih tinggi. Garis horizontal membuat benda terlihat lebih pendek dan lebih lebar. Jadi proporsinya tergantung pada jenis dan besarnya bidang, warna, garis, dan tes di beberapa area. Dari beberapa prinsip, komposisi di atas telah dibahas, maka apa yang harus dipertimbangkan sehingga desain menjadi sukses dan lengkap seperti yang diharapkan. Ekspresi dalam seni