Senin, 04 Oktober 2021

RESOLUSI VIDEO

        Kemajuan teknologi di bidang video makin meninggat cepat, dahulu yang kita sering kita lihat sekarang pun sudah menjadi teknologi yang usang, seperti TV tabung yang bertransformasi menjadi TV layar datar, kemudian TV LCD, hingga TV LED.
Begitu juga VCD kemudian berubah menjadi DVD dan sekarang pun sudah berubah ke blue ray dimana resolusi videonya yang makin besar nah jenis jenis Resolusi dari yang paling kecil kita mengenalnya adalah :
  • Resolusi video 352 x 240 , biasa dipakai untuk resolusi VCD (biasa tidak termasuk dalam standart resolusi )
  • Standard Definition resolusi video 720 x 480, biasa dipakai untuk resolusi DVD atau TV PAL / NTSC
  • High Definition resolusi video (HDTV), HD resolusinya 1280 x 720
  • Full HD resolusinya 1920 x 1080
  • DCI (Digital Cinema Initiatives), dengan resolusi 2K (2048 x 1080)
  • Ulta High Definition (UHDTV) dengan resolusi 4K UHD resolusinya 3840 x 2160
  • 8K UHD resolusinya 7680 x 4320
        Untuk resolusi tersebut juga dibagi lagi rasionya apakah 4:3 atau 16:9 yang nantinya kita bisa lihat seperti gambar illustrasi dibawah ini.




Lalu apa bedanya antara ratio 4:3 dengan 16:9?

        Ternyata format ratio 4:3 dan 16:9 tidak cuma beda di lebar dan tingginya, tapi juga memiliki fungsi masing-masing. Keunggulan ratio 4:3 yaitu hampir semua kamera digital menghasilkan photo dalam ratio ini. Karena dibanding ratio yang lain dengan panjang diagonal yang sama, 4:3 menghasilkan area lebih luas dan mendekati persegi. Mendekati persegi juga berarti lebih murah dalam memproduksi kamera, proyektor, camcorder, dan alat optik lainnya. Ratio ini juga dianggap lebih baik untuk photo dengan orientasi potrait. Selain itu juga ada yang bilang kalau layar monitor dengan ratio ini lebih hemat tempat.

        Lain halnya dengan 16:9 yang lebih bagus untuk photo landscape. Film layar lebar banyak yang menggunakan ratio 16:9 karena ‘konon katanya’ gambar yang dihasilkan terlihat lebih dramatis dan natural. Monitor dengan ratio 16:9 juga menawarkan resolusi lebih tinggi dan area lebih lebar. Mungkin itu sebabnya mulai banyak laptop atau netbook yang menggunakan ratio ini.

        Jadi kita bisa menemukan penyebutan Full HD dengan resolusi 1920 x 1080 atau 1920 x 1440 karena ratio outputnya nah dengan mengetahui resolusi dan rasio ini kita bisa melakukan setting pada camera kita ataupun alat lainnya sehingga mendapatkan output yang sesuai dengan yang kita inginkan.

        Standar diatas bisa berbeda pengertiannya biasa kita menayakan untuk standart TV atau profesional camera dll sehingga bisa menentukan format video yang dipakainya tidak ada yang salah, sehingga lebih sering menyebutkan angka dari resolusi daripada menggunakan standart 4k atau 2k nya.

        Ada 2 standar 4K yang dikenail: Digital Cinema Initiatives 4K (DCI 4K atau Cinema 4K) dan Ultra HD. Cinema 4K menawarkan resolusi vertikal sedikit lebih tinggi. Ultra HD diadopsi lebih luas karena memiliki rasio aspek 16:9 yang sama dengan display. Untuk menonton konten 4K, dibutuhkan display 4K. Tidak punya TV 4k? Tidak masalah, anda bisa menonton video 4K pada layar 1080p dengan downscaling, menghasilkan gambar FHD yang lebih tajam dan bersih.

        Tapi, potensi merekam foto dari footage 4K ini menciptakan foto digital setiap frame dari video 4K memiliki 3840×2160 pixel, yang artinya menciptakan foto 8,3 MP. Sementera klip full HD mengekstrak foto sekitar 2 MP. Yang lebih siginifikan lagi, foto 8,3 MP ini ditangkap pada hingga 30 fps sehingga memberi fleksibelitas untuk mengisolasi ‘momen menentukan’ sesuka hati.

Berikut sedikit penjelasan tentang resolusi video

1. Standard (640×480)
Standard definition memiliki resolusi lebih rendah dari 4K tapi menawarkan ukuran file lebih kecih sehingga cocok untuk berbagai kebutuhan, mulai dari Youtube sampai DVD. Resolusi standard VGA 640×480 dalam rasio aspek 4:3, sementara DVD pada 720×480 untuk NTSC dan 720×576 (area PAL).

2. HD (1280×720)
Format high definition memberikan resolusi 720 gari vertikal dan rasio aspek 16:9. Format ini sekarang banyak digantikan oleh 1080p. Kamera digital masih menawarkan perekaman 720p. Seringkali menjadi opsi untuk merekam footage 60fps (untuk pemutaran gerakan lambat pada kualitas HD).

3. Full HD (1920×1080)
Ada 2 standard yang digunakan 1080i (interlaced) dan 1080p (progressive). Keduanya menawarkan rasio aspek 16:9. Perbedaannya terletak pada bagaiman gambar direkam dan ditampilkan. Progressive (seperti Bluray) menghasilkan gambar yang lebih halus.

4. 4K UHD (3840×2160)
Tidak seperti High Definition dan Full HD yang terkenal karena resolusi vertikalnya (HD 720 pixel, dan Full HD 1080 pixel), resolusi 4K mengacu pada reolusi horisontal, yang berada dalam area 4000 pixel. Rasio 16:9 untuk UHD yang dikonsumsi pada layar umum, sementara Cinema 4K 85:1.

Keunggulan resolusi video 4K

        Meskipun 4K disebut sebagai standar baru, baru sedikit masyarakat yang memiliki TV 4K. Artinya, mayoritas dari kita akan menonton konten 4K dalam display full HD. Namun, downscaling gambar 4K membuka rentang kreatif ketika mengolah film. Pembuat film dapat melakukan cropping namun tetap mempertahankan cukup resolusi untuk mengatasi gambar full HD. Keunggulan ini sangat terasa untuk video tentang alam bebas, dimana berada dekat secara fisik dengan objek mungkin tidak praktis, membuka kemungkinan untuk efek zoom, pan, dan tilt paska perekaman. Kelemahan dari perekaman file 4K adalah proses yang menghabiskan ruang penyimpanan. Faktor-faktor ini perlu dipertimbangkan ketika ingin mencoba 4K.

1. Peningkatan detail
Mengurangi resolusi footage 4K yang direkam menjadi full HD, menghasilkan peningkatan detail halus dibandingkan dengan footage yang direkam pada resolusi 1080p.

2. Cropping
Memotong gambar 4K menjadi area lebih kecil memungkinkan anda menambah ragam pada rangkaian foto dengan hanya satu lensa, misalnya cropping foto seluruh badan menjadi foto close-up.

3. Pan dan zoom
Teknik ini membantu anda melakukan panning dan zooming secara digital pada tahap pengolahan. Ada perbedaan nyata antara zoom langsung dan zoom yang dilakukan ketika sudah diaplikasikan.

4. Stabilitas foto
Selain detail menjadi lebih kecil, cropping memungkinkan anda mengaplikasikan stabilisasi digital pada foto, pada prinsipnya menggerakkan frame lebih kecil untuk mengkompensasi guncangan kamera.
Menggunakan resolusi video 4K untuk foto.

        Menentukan ukuran resolusi video pastinya akan berpengaruh pada ukuran file, semakin besar resolusi berarti semakin besar pula kebutuhan kapasitas penyimpanannya. Nah, mulai sekarang sudah bisa menentukan, resolusi yang akan kita gunakan dengan memori yang kita punya, bila kita mau menghasilkan video dengan resolusi tinggi, harus disiapkan kapasitas memori yang banyak dengan sistem penyimpanan yang baik, untuk materi memori akan kita bahas di materi lainnya.

Selasa, 21 September 2021

Arah Cahaya dalam fotografi


Pencahayaan dalam dunia fotografi adalah hal yang mutlak dan harus ada. Seperti yang kita ketahui dari kegiatan belajar sebelumnya bahwa memotret tidak mungkin dilakukan dalam keadaan gelap gulita, untuk itu harus ada sinar atau cahaya yang masuk ke dalam kamera. Oleh karna itu unsur cahaya inilah yang menentukan bagus tidaknya hasil pemotretan. Proses terciptanya suatu karya fotografi terjadi pada saat reseptor foto (film pada analog atau sensor di kamera digital) yang mempunyai bahan peka cahaya di dalam kamera tersinari dan merekam warna cahaya dari suatu benda. Reseptor foto memang merupakan materi yang dibuat untuk peka cahaya, namun agar reseptor foto dapat merekam image dengan baik harus ada aturan-aturan, yaitu:

1. Cahaya harus datang dengan terarah
Ini merupakan tugas dari sebuah lensa yaitu memindahkan suatu image tiga dimensi ke dalam badan kamera agar terekam dalam bentuk dua dimensi. Tanpa lensa, tidak ada kamera yang bisa bekerja.

2. Jumlah cahaya yang masuk harus diperhitungkan
Dengan demikian untuk mendapatkan jumlah cahaya yang cukup dan sesuai, maka harus mengetahui pula asal sumber cahaya, intensitas cahayanya, serta arah datang sinar atau cahaya itu datang mengenai objek. Besarnya cahaya tersebut dapat diukur melalui Light Meter. Tipe Cahaya Dalam dunia fotografi, ada berbagai macam tipe cahaya.

Berikut ini akan dijeaskan mengenai berbagai macam tipe cahaya berdasarkan sumber cahaya, kualitas cahaya, dan arah cahaya.

a. Sumber cahaya

Dalam dunia pencahayaan ini banyak sumber-sumber cahaya yang dapat kita peroleh dan kita manfaatkan seperti matahari, bulan, lilin, senter, lampu pijar, neon, dan lainlain. Secara garis besar sumber-sumber cahaya ini dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Sumber cahaya alami seperti cahaya matahari, cahaya bulan dll.

2. Sumber cahaya buatan seperti cahaya lilin, cahaya neon, cahaya senter, flash, dll

b. Kualitas Cahaya
Kualitas cahaya dapat diartikan tingkat kekuatan sinar yang dilepaskan oleh sumber cahaya. Tingkat kekuatan sinar ini dibagi tiga kategori :

a. Keras (sinar ini dapat menimbulkan nada warna cahaya yang kontras antara gelap dan terang).

b. Sedang (sinar ini dapat menimbulkan nada warna cahaya yang lembut antara gelap dan terang).

c. Lemah (sinar ini dapat menimbulkan nada warna cahaya baur/tidak ketara antara gelap dan terang).

c. Arah Cahaya

Cahaya yang datang menyinari objek foto kita disebut sebagai arah cahaya. Ada beberapa arah cahaya yang dikenal dalam dunia fotografi, yaitu:

1. Arah cahaya dari samping (side light)


Cahaya samping menghasilkan efek lebih lembut, dan lebih bertekstur daripada cahaya depan. Cahaya samping dengan posisi tepat 90 derajat dari objek (seperti cahaya yang berasal dari jendela) dapat menghasilkan efek dramatis dan klasik. Dapat digunakan untuk menonjolkan karakter dari objek foto.

2. Arah cahaya dari depan (front light)


Cahaya dari arah depan mempunyai sifat tegas, rata, dengan efek bayangan yang relatif kecil. Cahaya dari arah ini biasanya akan menghasilkan kontras yang cukup tinggi sehingga menghasilkan detil yang kurang baik.

3. Arah cahaya dari belakang (back light)




Apabila cahaya yang dihasilkan cukup kuat, dapat menimbulkan efek siluet (bayangan). Backlight juga dapat menghasilkan efek cahaya tepi (rimlight) yaitu garis cahaya pada tepi objek foto yang mengikuti bentuk objek.

4. Arah cahaya dari atas (top light)


Cahaya dari atas akan menonjolkan detail rambut (tidak disarankan untuk orang tidak berambut botak), dan biasanya akan menghasilkan bayangan pada bawah hidung, dan leher.

5. Arah cahaya dari bawah (bottom light)


Arah cahaya ini menghasilkan kesan seram dan horor, juga biasa digunakan sebagai pelengkap cahaya lain (contoh: untuk menghilangkan bayangan pada bawah hidung dan leher).

Temperatur Warna dan Warna Cahaya Temperatur warna adalah karakteristik dari warna cahaya yang terlihat oleh mata manusia. Acuan temperatur warna ini berawal pada tahun 1800-an melalui percobaan oleh Baron Kelvin. Percobaan ini dilakukan dengan memanaskan batangan baja berwarna hitam dengan suhu awal kurang lebih 0' Kelvin sampai dengan suhu tertentu. Hasilnya, ternyata batangan baja tersebut dapat mengeluarkan warna-warna yang menyerupai warna cahaya disekitar kita. Contoh, ketika baja tersebut dipanaskan sampai dengan 5500' K, baja tersebut memproduksi warna yang menyerupai warna cahaya matahari pada siang hari, karenanya 5500'K sering kali disebut sebagai warna cahaya siang hari (daylight).

Sumber: Andreas Feininger, Successful Color Photography.

Intinya, seperti juga warna api, semakin rendah suhu, warna yang dihasilkan akan menjadi kuning kemerahan. Semakin tinggi suhu, warna yang dihasilkan akan menjadi kebiru-biruan. Mata manusia hanya dapat melihat warna pada panjang gelombang antara 700 μm pada ujung spectrum infra merah sampai kira-kira 400 μm pada ujung spectrum ultraviolet. Pada fotografi digital, warna cahaya ini dapat diatur melalui fitur white balance dan color temperature pada kamera.
Cukup sekian dari saya, mohon maaf jika ada kekurangan
Semoga bermanfaat

Catatan :
Mikro (simbol μ) adalah awalan dalam sistem metrik yang menunjukkan faktor sepersejuta (1/1000.000 atau 10-6 atau 0.000001) . Digunakan pada tahun 1960, awalan ini berasal dari Yunani, μικρός (Mikros), yang berarti "kecil".

Senin, 20 September 2021

Standard Operating Procedure Sederhana dalam Film




SOP adalah tata laksana dalam sebuah produksi. Ketika kita membuat program yang menyangkut banyak orang, budget atau keuangan yang besar, serta untuk mencapai hasil yang maksimal maka dibutuhkan sebuah proses yang tertata dengan baik. Pelaksanaan SOP adalah menjadi tanggungjawab seluruh kru sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sebenarnya penerapan SOP tidak hanya pada program Videografi saja, akan tetapi untuk kali ini yang akan kita bahas adalah dalam produksi Videografi.


S O P

Ada tiga tahapan besar dalam proses pembuatan sebuah videografi,yaitu :
Pra produksi

Adalah sebuah tahapan proses dimana seorang pembuat program/produser mulai menentukan tema dari program yang akan dibuat. Setelah menemukan tema, kemudian melaksanakan tahap berikut, yaitu :


Riset

Yang harus dilakukan pada saat riset adalah mencari bahan yang diperlukan untuk mendukung tema yang akan dibuat, baik riset lapangan ataupun kepustakaan atau juga menemui orang-orang yang berkaitan dengan tema, baik ahli ataupun orang biasa.

Menyusun kerangka

Setelah seluruh bahan didapat, kemudian membuat kerangka pemikiran tentang tema yang akan dibuat.

Treatment

Seluruh rencana dan pembagian sequence dan scene dilakukan pada tahap ini. Merencanakan shot / gambar yang dibutuhkan untuk mendukung tema.

Setelah treatment dibuat kemudian mulailah tahapan besar kedua dilakukan, yaitu :

Produksi

Adalah sebuah tahapan proses dimana ada satu kegiatan besar yang dilakukan yaitu :

Syuting (pengambilan gambar)

Setelah menentukan jadual syuting berdasarkan treatment maka kemudian sutradara bersama kru melakukan syuting.
Setelah seluruh bahan didapat,kemudian masuk pada tahapan besar ketiga,yaitu :

Paska produksi

Adalah sebuah tahapan proses dimana mulai mengolah gambar menuju hasil akhir yang melalui tahap-tahap sebagai berikut :

Editing off line

Setelah selesai logging kemudian mulailah tahap berikut yaitu editing off line, menyusun gambar / shot menjadi scene, scene menjadi sequence. Mulai juga ditulis musik ilustrasi masuk pada bagian mana, suara-suara tambahan / sound effect. Susunan gambar dibuat berdasarkan treatment yang telah dibuat terlebih dahulu.

Editing on line

Adalah proses merangkai seluruh elemen visual dan suara yang dipadukan menjadi satu kesatuan yang utuh berbentuk cerita.

Setelah selesai diedit, tinggal satu tahap lagi yang harus dilakukan, yaitu :

Screening

Adalah proses melihat bersama hasil jadi dari video. Apabila masih ada kekurangan, dimungkinkan adanya revisi. Setelah semua telah matang, maka selesailah seluruh tahap tata laksana produksi videografi

Senin, 30 Agustus 2021

ANGLE KAMERA


1. Angle Kamera
Sudut Pengambilan Gambar (Camera Angle) Dalam pembuatan film terdapat beberapa sudut pandang kamera yang digunakan dalam shoting, beberapa sudut pandang kamera, kontinuitas, komposisi dan editing. Sudut pandang kamera (Angle Camera) menurut Andi Fachrudin dalam bukunya Dasar-Dasar Produksi Televisi (2011: 151) “meletakan lensa kamera pada sudut pandang penggambilan gambar yang tepat mempunyai motivasi tertentu dan membangun kesan psikologis tersendiri” seperti:



a. High Angle
High Angel merupakan pengambilan gambar dengan meletakan tinggi kamera di atas objek atau garis mata orang. memberi kesan psikologis yang ingin disampaikan objek tampak seperti tertekan.



b. Eye Level
Eye Level merupakan pengambilan gambar dengan meletakan tinggi kamera sejajar dengan garis mata objek yang dituju, agar memberi kesan psikologis sejajar, setara, dan sederajat.



c. Low Angle
Low Angle merupakan pengambilan gambar dengan meletakan tinggi kamera di bawah objek mata orang, memberi kesan psikologis yang ingin disajikan agar objek tampak berwibawa.




2. Shot Size
Shot Size pada dunia pertelevisian dan perfilman terdapat beberapa ukuran shot yang dikenal sebagai komposisi dasar dari sebuah pembingkaian gambar. Beberapa shot sizes tersebut, adalah:




a. Extreme Long Shot (ELS)
Extreme Long Shot (ELS) merupakan pengambilan gambar dengan sangat jauh, panjang, luas dan berdimensi lebar guna dapat memperlihatkan seluruh lokasi adegan dan isi cerita yang menampilkan keindahan suatu tempat.


b. Very Long Shot (VLS)
Very Long Shot (VLS) merupakan pengambilan gambar dengan panjang, jauh dan luas tetapi lebih kecil daripada ELS. Pada sisi lain VLS juga untuk menggambarkan adegan kolosal atau objek yang banyak.


c. Long Shot (LS)
Long Shot (LS) merupakan pengambilan gambar dengan total, dari ujung kepala hingga ujung kaki, gambaran manusia seutuhnya. Memperkenalkan tokoh utama atau seorang pembawa acara lengkap dengan setting latarnya yang menggambarkan di mana objek tersebut berada.


d. Medium Long Shot (MLS)
Medium Long Shot (MLS) merupakan pengambilan gambar dengan dengan menarik garis imajiner dari posisi LS lalu zoom-in hingga gambar menjadi lebih padat, maka kita akan memasuki wilayah Medium Long Shot (MLS).


e. Medium Shot (MS)
Medium shot (MS) merupakan pengambilan gambar dengan memperlihatkan subjek orang dari tangan hingga ke atas kepala sehingga penonton dapat melihat jelas ekspresi dan emosi yang meliputinya.



f. Medium Close Up (MCU)
Medium Close Up (MCU) dapat dikategorikan sebagai komposisi “potret setengah badan” dengan background yang masih dapat dinikmati, MCU justru memperdalam gambar dengan dengan lebih menunjukkan profil dari objek yang direkam. Latar belakang objek sebagai pendukung suasana bagi objek/ pemeran utama yang menunjukkan profil, bahasa tubuh, dan emosi objek agar dapat terlihat lebih jelas.


g. Close Up (CU)
Close Up (CU) merupakan pengambilan gambar dengan memperlihatkan objek (seseorang) yang direkam gambarnya secara penuh dari leher hingga ke ujung batas kepala, yang lebih fokus kepada wajah sehingga raut dan mimik wajah tampak lebih jelas.




h. Big Close Up (BCU)
Big Close UP (BCU) merupakan pengambilan gambar dengan memperlihatkan di sekitar kepala hingga dagu, yang menampilkan kedalaman pandangan mata seperti ekspresi kebencian pada wajah, emosi, dan keharuan, khususnya dalam penyutradaraan non drama.




i. Extreme Close Up (ECU/ XCU)
Extreme Close UP (ECU/ XCU) merupakan pengambilan gambar dengan memperlihatkan pengambilan gambar agar terlihat lebih detail seperti hidung pemain, bibir, atau ujung tumit dari sepatu.

Selasa, 17 Agustus 2021

TEORI KEINDAHAN

Amatilah sebuah lukisan, apakah di sana anda dapati kualitas kesatuan rupa, garis dan warna yang selaras, seimbang, atau simetri atau kontras. Bila sebagian atau keseluruhan hal itu anda temukan berarti anda sudah merasakan sebagian atau keseluruhan nilai keindahan lukisan itu.

Pertanyaannya adalah,
(1) apakah keindahan itu terdapat pada lukisan itu? Atau
(2) keindahan itu berada pada pengalaman anda ketika mengamati?
Jika jawabannya pada yang pertama, disebut “teori objektif,” yang berpendapat bahwa kualitas keindahan memang melekat pada lukisan itu, terlepas dari anda yang mengamatinya.
Jika jawabannya pada yang kedua disebut “teori subjektif,” yang menyatakan keindahan pada lukisan itu tidak ada, yang ada adalah rasa indah dalam diri anda ketika mengamati lukisan itu. Adanya keindahan sangat tergantung pada hasil pengindraan yang anda lakukan.
Yang ketiga adalah teori campuran (objektif-subjektif) yang mengatakan keindahan terletak dalam satu hubungan di antara lukisan dan alam pikiran anda yang mengamati. Jadi keindahan lukisan memang terdapat pada lukisan itu (objektif), juga ada rasa keindahan pada diri anda yang mengamati lukisan (subjektif).





JENIS - JENIS KRITIK SENI

KRITIK JURNALISTIK

Ulasan ringkas dan jelas mengenai pameran seni rupa untuk para pembaca surat kabar, majalah, dan jurnal seni. Pekritik jurnalistik berupaya menyenangkan dan memuaskan rasa ingin tahu para pembaca yang beragam mengenai dunia seni.
Pada jurnal seni sering muncul kritik pedas yang ditujukan untk museum dan lembaga sosial yang gagal memberi dukungan kepada peseni favorit mereka. Sehingga menyulut timbulnya perdebatan kritik yang tajam dan sangat kuat merefleksikan perbedaan pendapat. Pekritik seni seperti Hilton Kramer dan Frank Getlein, dengan mewawancarai Action Painting Harold Rosenberg dan Thomas Hess menciptakan forum bebas pendapat yang luas di tahun 1950-an.
Karena pada umumnya pewarta atau pekritik seni jurnalistik memiliki waktu yang terbatas (dead line), maka informasi yang disampaikan memiliki risiko besar tidak akurat, analisis yang bersahaja, penarikan kesimpulan yang cepat, membuat pemahaman pekritik jurnalistik cenderung berisi sekumpulan opini tentang reputasi seni kontemporer yang sedang berkembang.




KRITIK PEDAGOGIK

Tujuan utama kritik pedagogik mengembangkan bakat dan potensi artistik estetik peserta didik sehingga mereka memiliki kenampuan mengenali bakat dan potensi pribadi seninya masing-masing. Jenis kritik ini diterapkan oleh dosen atau guru kesenian di lembaga pendidikan kesenian, juga di sekolah umum atau kejuruan.
Pekritik pedagogik wajib memahami standar nilai dunia seni profesional, melakoni peran pekritik seni, meskipun standar nilai profesional tersebut tidak digunakan sebagai kriteria menilai karya peserta didiknya. Opini dan standar nilai seni kontemporer dipergunakan sebagai pemicu timbulnya kegiatan diskusi antar dosen-guru dengan peserta didik, atau antar sesama peserta didik.
Kegiatan menganalisis dan menafsirkan karya mahasiswa-siswa adalah demi kemajuan dan kepentingan mahasiswa-siswa sendiri. Pekritik pedagogik berupaya membimbing bagaimana proses mendeskripsi, menganalisis, menafsirkan, dan mengevaluasi karakter seni yang dibuatnya sendiri.




KRITIK AKADEMIK

Kritik akademik biasanya melakukan pengkajian nilai seni secara luas, mendalam dan sistematis, baik dalam menganalisis karya seni maupun dalam melakukan kaji banding kesejarahan dalam pembuatan “critical judgement”. Untuk itu, dipergunakan metodologi penelitian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik dan estetik.
Dengan kepekaan kritis yang luas dan total pekritik akademik menentukan nilai seni dengan
mantap
dan tegas. Jenis kritik ini biasanya berkembang di lembaga pendidikan tinggi kesenian, dan dipublikasikan pada jurnal seni atau jurnal penelitian di kampus-kampus.
Kritik akademik dapat mengangkat tokoh baru dalam sejarah seni rupa. Hal itu dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang akurat yang menunjukkan inovasi kreatif yang dilakukan perupa tersebut. Sebaliknya kritik akademik pun dapat membatalkan ketokohan seorang peseni yang telah populer di tengah masyarakat, bila tokoh tersebut tidak benar melakukan inovasi kreatif artistik-estetik apapun, sebagaimana selama ini menjadi pendapat umum. Jadi, dapat dikatakan kritik akademik bersifat netral dan adil dalam menyimpulkan kebenaran nilai seni.
Di Indonesia, kritik akademik belum berkembang, karena jurnal seni kita belum membuka ruang yang nemadai bagi hidup dan pertumbuhan jenis kritik ini. Jurnal seni kita masih didominasi oleh laporan penelitian.




KRITIK POPULER

Ada sejumlah orang menilai seni secara intuitif, kesepakatan mereka dalam mengkritik begitu konsisten dalam sejarah. Sehingga opini dan standar intuisi harus diterima sebagai sumbangan yang membangun dalam kreativitas seni rupa. Cita rasa seni mereka akan nilai seni adalah kesetiaan pada fakta visual. Hal ini berarti bertumpu pada gaya seni rupa realisme atau naturalisme.
Tegasnya, masyarakat akan terus membuat penilaian kritis, tanpa pengetahuan dan keahlian di bidang kritik seni, mereka menilai seni tanpa mempertimbangkan apakah penilaian yang mereka buat tepat atau tidak.
Konsep seorang “avant garde” atau kelompok peseni yang bekerja mengembangkan selera pop, menganggap eksistensi selera pop sebagai pilihan
terbaik
di antara sekian pilihan konvensional. Dari fakta di lapangan ditemukan karya-karya kritik populer yang baik.




KRITIK KONTEKSTUAL

Kritik kontekstual berusaha menelururi aspek sosial, psikologis, dan historis karya seni rupa. Seni adalah aktivitas sosial. Pakar antropologi mengkaji masalah kesenian suatu kebudayaan sebagaimana mereka mempelajari struktur kebudayaan tersebut.
Pada awalnya, pekritik seni rupa berpedoman pada kaidah seni Yunani dan masa kejayaan Renaisans. Akan tetapi sekarang para pekritik seni percaya karya seni ‘masterpiece’ ditentukan oleh ‘subject matter’ atau ‘style’-nya. Pengkajian seni dilakukan dengan mempelajari asal-usul karya seni dan aspek yang mempengaruhinya.
Kritik kontekstual menempatkan seni pada kedudukan yang wajar. Seni murni bukan suatu misteri spiritual. Seni tersebut tumbuh dalam lingkungan hidup manusia guna menjawab kebutuhannya. Asal-usul seni sangat bervariasi. Ketika berkarya para peseni mengekspresikan nilai yang berbeda pada waktu dan kebudayaan yang berbeda pula. Penganut kritik kontekstual percaya bahwa keanekaragaman seni seharusnya dinilai menurut kodratnya masing-masing.




KRITIK IMPRESIONIS

Menurut Anatole France, pekritik seni yang baik ialah yang menyambung pengembaraan imaji atau jiwanya di antara karya-karya seni. Ia mencatat, melukiskan ide, citra, suasana jiwa, dan emosi yang hidup dalam dirinya ketika mengadakan kontak dengan karya seni. Tokoh kritik impresionis adalah Oscar Wild dalam seni sastra, Debussy dalam seni musik, dan Pater dalam seni rupa.
Pendapat pekritik impresionis bertolak belakang dengan kritik objektif yang menggunakan kaidah, mereka meletakkan persoalan “apakah seni rupa, musik, atau karya sastra memukau dan hadir dalam kehidupan pribadi saya? Efek apakah yang diberikannya pada diri saya? Jika demikian sejauh mana?”. Selanjutnya pekritik mengontrol imajinasinya secara bebas seraya mengamati karya seni. Kritik impresionis tidak memerlukan batasan apapun dalam karya seni. Semua karya seni pada dasarnya sampai kepada kita dengan rasa takjub yang tak terbatas.




KRITIK INTENSIONALIS

Kritik seni intensionalis lahir sebagai reaksi terhadap kritik impresionisme. Jenis kritik ini muncul berulangkali dalam sejarah kritik seni. Terdapat sepanjang abad ke 19, meresponse romantisisme yang menitikberatkan pada kepribadian individu dan keunggulan seorang peseni. Respons tertinggi pada seni sangat berkaitan dengan niat seni kteatornya.
Kritik intensionalis senantiasa merupakan desakan simpati estetik. Intensionalisme adalah ‘term’ psikologi yang merujuk pada dorongan kreatif yang menggerakkan peseni untuk berkarya, yakni konsep sebelum, selama proses kreatif, sampai terwujud menjadi sebuah karya seni. Intensinya ialah tujuan aktivitas penciptaan dan harapan psikologis seperti yang dibayangkan peseni.





KRITIK INTRINSIK

Matthew Arnold mengatakan: “To see the object in itself as it really is.” Kritik intrinsik memusatkan pengkajian nilai seni khusus pada gejala intrinsik karya seni rupa semata. Dengan kata lain, mengesampingkan semua hal yang tidak dapat diamati pada karya seni. Pekritik yang menerapkan tipe kritik ini di antaranya Roger Fry dan Hanslick. Dengan demikian nilai seni dengan sendirinya terdapat pada bentuk seni itu sendiri.
Kritik intrinsik yang dikemukakan oleh Jerome Stolnitz pada dasarnya sama dengan kritik formalisme versi Feldman, yakni jenis penilaian kritis yang menitikberatkan ekselensi karya seni pada tatanan formalnya. Sintesis unsur visual seperti garis, volume, cahaya, bayangan, dan warna menghasilkan bentuk seni yang menggugah emosi pengamatnya.
Kritik intrinsik menerapkan kriteria penilaian seni dari hasil seni itu sendiri, sebab penilaian ekstrinsik menurut anggapan mereka bukan penilaian seni, karena bentuk objektif karya seni sering sekali diabaikan.
Jika pekritik intrinsik mengamati patung (Gambar 1) maka yang dinilai adalah hubungan unsur visual yang terdapat dalam perwujudan patung itu sendiri. Bila patung tidak memiliki kemampuan menggugah pengamat secara emosional berarti patung belum memiliki apa yang disebut ‘significant form’ atau ‘drama plastik’. Jadi belum dapat dikatakan berhasil secara estetis. Akan tetapi, jika patung tersebut mampu menghadirkan suasana emosional dalam kontemplasi estetis, berarti tatanan unsur visualnya sudah memiliki kesatuan utuh. Dengan demikian, patung tersebut dianggap berhasil menyajikan bentuk estetis karya seni.




KRITIK NORMATIF

Kritik normatif adalah ilmu seni untuk menilai dan memberi keputusan bermutu tidaknya suatu karya seni. Suatu karya diuraikan dan dianalisis unsur dan normanya. Diperiksa satu persatu kemudian ditentukan berdasarkan hukum penilaian. Dipertimbangkan seluruh penilaian terhadap bagian-bagian yang merupakan kesatuan erat, dengan menimbang mana yang bernilai mana yang tidak, pekritik menentukan bernilai tinggi atau tidaknya suatu karya seni.
Kritik normatif mengasumsikan mutlaknya kriteria dalam pengkajian nilai seni. Misalnya kriteria moral, salah-benar, daya emosi dan lain sebagainya. Sebab tanpa kriteria sebagai standar penilaian seorang pekritik sukar menentukan mana karya seni yang baik dan mana yang buruk.



Senin, 16 Agustus 2021

KISAH WALI YANG NAMANYA TERTERA DI LAUHIL MAHFUDZ SEBAGAI PENGHUNI NERAKA

Ada seorang sufi dari kalangan tokoh tasawuf yang bernama Syeikh Abdul Aziz Ad-dabagh. Beliau dalam kalangan tokoh tasawuf termasuk ulama kelas atas, wali min auliyaillah, ahli ibadah.

Suatu ketika malaikat melihat namanya di lembaran kitab lauhil mahfudz ada dalam deretan penghuni neraka. Melihat hal tersebut malaikat merasa kasihan dan mendatangi Abdul Aziz Ad-dabagh.

Malaikat berkata: wahai Abdul Aziz untuk apa engkau ibadah sampai segitunya sedangkan aku lihat namamu di lembaran lauhil mahfudz engkau adalah penghuni neraka. Mau ibadah gimana pun engkau tetap akan masuk neraka.

Kemudian Abdul Aziz menjawab: wahai malaikat, surga dan neraka bukan urusanku, aku diciptakan oleh Allah swt hanya untuk beribadah kepada Allah swt. Sebagaimana Allah swt berfirman, tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu. Mau aku masuk surga atau neraka itu hakNya Allah swt.

Subhanallah, benar-benar ikhlas dalam beribadah.
Kemudian malaikat kembali ke lauhil mahfudz dan dilihat namanya dirubah oleh Allah swt menjadi penghuni surga. Sebab Allah berhak menetapkan kitabullah.

Lantas malaikat kembali menemui Abdul Aziz dan berkata: wahai Abdul Aziz ada kabar gembira, baru saja aku melihat namamu oleh Allah dirubah menjadi penghuni surga.

Abdul Aziz menjawab: Alhamdulillah, tapi sekali lagi malaikat, surga dan neraka bukan urusanku, aku beribadah hanya untuk menggapai ridhoNya Allah swt, kalau Allah swt ridho aku di neraka, ya itulah tujuanku.

Malaikat pun takjub dengan keikhlasan Abdul Aziz dalam beribadah dan berkata: wahai Abdul Aziz, ikhlasmu inilah yang membuat Allah ridho dan merubah namamu menjadi penghuni surga.

Lantas Abdul Aziz bertanya kepada malaikat: kalau ikhlasku tadi yang membuat Allah ridho kepadaku, lalu kira-kira dosa apa yang membuat Allah swt murka kepadaku sehingga aku menjadi penghuni neraka?

Kemudian malaikat bercerita: engkau ingat ketika engkau masih kecil ketika umurmu sekitar 15 tahunan, engkau ingat ketika engkau tidur di kamar tidurmu, kemudian engkau mendengar suara langkah kaki ibumu menuju tempat tidurmu untuk menyuruhmu membeli sesuatu di pasar? Karena engkau mendengar suara langkah kaki ibumu menuju kamarmu, lalu engkau pura-pura tidur padahal engkau sudah bangun agar engkau tidak disuruh pergi ke pasar. Ketika ibumu membuka pintu kamarmu dan melihatmu masih tidur, ibumu merasa kasihan dan tidak jadi menyuruhmu ke pasar. Sebab engkau bohongi ibumu Allah swt murka dan menjadikan namamu sebagai penghuni neraka.

Mendengar cerita dari malaikat, Abdul Aziz pun beristighfar memohon ampun kepada Allah swt.

Semenjak kejadian tersebur Abdul Aziz Ad-dabagh disisa umurnya tidak pernah berceramah kecuali tentang berbakti kepada orang tua. Setiap orang yang datang kepada beliau selalu diwasiatkan untuk berbakti kepada orang tuanya.

Mari kita renungkan sejenak!
Padahal beliau hanya pura-pura tidur, lalu bagaimana yang sampai membentak ibunya?
Bagaimana yang sampai memasamkan wajahnya kepada ibunya?
Yang mengeraskan suaranya di depan ibunya?
Yang sampai tidak memberi nafkah?
Dan bahkan yang sampai membuat menangis ibunya, bagaimana kira-kira nasibnya?
Mari kita belajar bersama-sama untuk lebih berbakti kepada orang tua kita baik yang masih hidup ataupun yang telah wafat.
Jangan meremehkan dosa kecil dikhawatirkan disitu ada murkaNya Allah swt.
Jika tangan kita masih sulit untuk berbuat baik padanya, maka ringankanlah lisan kita untuk senantiasa mendoakan kedua orang tua kita.

Semoga Allah swt mengampuni semua dosa-dosa orang tua kita... Aamiinn

اللَّـﮬـُمَّ صـَلِِّ ؏َـلٰے سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ؏َـلٰے اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ