Minggu, 08 Agustus 2021

Celoteh siang hari




Assalamualaikum wr wb

Corona memberikan dampak ke semua lini, baik kaya, miskin, tua, muda, pegawai, pedagang, semua

Kita bisa bangkit, bagaimana caranya?
kerjasama, peduli itu kuncinya

“Barangsiapa meringankan dari seorang mukmin salah satu kesusahan hidupnya di dunia, niscaya Allah akan meringankan salah satu kesusahan hidupnya pada hari kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan, niscaya Allah akan memberi kemudahan baginya di dunia dan akhirat” (HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai & Ibnu Majah).

Tapi bagaimana mungkin?
kita masih pelajar, bukan orang dewasa yang sudah bekerja, bagaimana kita bisa membantu sesama sedangkan kita belum bisa mencari uang?
sederhana, dengan membeli produk atau menggunakan jasa saudara atau teman kita
misalnya kita mau membeli suatu barang di minimarket atau online shop, tapi bila ada saudara atau teman kita yg menjual barang serupa, apakah tidak lebih baik kita membeli dari saudara kita?
Mungkin harganya lebih murah di mini market, tapi apa kita tega dagangan saudara atau teman kita kurang laku?
Bagaimana perasaan saudara atau teman kita bila tau kita membeli barang di tempat lain ketimbang dari dia?
cobalah ikut merasakan apa yg dia rasakan, mungkin ada keluarga yang harus diberi makan dari hasil jualan dia, mungkin ada tagihan yang harus dibayarkan dari keuntungan jasa atau dagangan itu.

Mungkin ada beberapa teman yg dulu saya wali kelasnya, atau kakomnya
hal yang saya tanamkan dari dulu adalah, lihat kanan kiri, depan belakang kalian, mereka bukan teman kalian, mereka juga bukan musuh kalian, mereka adalah saudara kalian. Kita gak akan tau apa yang akan terjadi 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun kedepan. Bila ada saudara kalian ada yg kesusahan, rasakan sakitnya, rasakan penderitaannya. Dengan merasakan sakit dan penderitaannya, kita tau cara mengobatinya.

Kemauan untuk menolong sesama bukan (hanya) karena didorong oleh kaya harta, tetapi lebih karena kaya hati. Orang yang kaya hatinya, di saat miskin pun, akan tergerak hatinya untuk bersedekah. Orang yang kaya hati memiliki rasa simpati dan keikhlasan yang tinggi, apalagi saat mendapati orang-orang yang sedang terkena musibah.

Orang-orang yang hatinya ikhlas tak akan tega membiarkan saudara-saudaranya hidup dan beribadah tanpa makanan, minuman, penerang dan selimut. Lebih-lebih bila membayangkan keadaan diri sendiri ketika musibah datang pada waktu yang tak disangka-sangka. Musibah bisa menimpa siapa saja; kalau hari ini mereka, mungkin besok kita.

Beberapa waktu lalu saat kebakaran di Teluk Gong, Senang rasanya ada gerakan dari para alumni yang berkolaborasi dengan komunitas donasi recehan kita. Alhamdulillah gerakan ini awal nya dimotori oleh komunitas donasirecehankita lalu disambut baik oleh para alumni. Alumni yang tergabung terdiri dari mantan ketua OSIS (Qori), ROHIS (Muhyi), JURNALIS (Rafli) dan kawan kawan lainnya pun ikut tergerak. Masukan masukan positif seperti ini yang perlu dilestarikan dan dikembangkan, bukan masukan negativ yg di budayakan. Terima kasih kakak Alumni yang telah menginspirasi, bukan mendokrinasi.

Saya yakin, dengan gerakan donasi seperti ini, pasti bapak/ibu guru akan bangga. Kebanggaan guru bukan dilihat dari tingkat kekayaan kalian, tapi dari  seberapa dalam kalian menerapkan ilmu yang sudah diberikan, Empati kalian terhadap sesama telah membuat guru bangga

Sedih rasanya kalau masukan negative yang dikembangkan, apalagi sampai harus mengesampingkan dan tidak menganggap guru, khususnya wali kelas. Tanpa sepengetahuan siswa, perjuangan walikelas sangatlah luar biasa. Bagaimana dia berjuang melobby rekan2 guru demi nilai dan kenaikan kelas siswanya. Bagaimana perjuangannya saat menaikan berkas KJP siswa, keluar masuk gang demi mencari rumah siswa, kadang kesasar…
Makanya suka miris kalau melihat ada Murid yang tidak menghormati gurunya, dulu waktu kecil saya diajarkan oleh guru ngaji saya untuk menghormati guru, tidak akan menjadi berkah ilmu seseorang bila tidak menghormati gurunya, itu katanya. Bukan maksud kita para guru ini minta di hormati, bukan. Cukup dengan memfungsikan guru sebagaimana mestinya, sebagai orangtua kalian. Hello, guru bukanlah gedebong pisang, jadikan gurumu sebagai tempat curhatmu bila ada masalah pelajaran atau dengan guru lain. Jangan jadikan gurumu layaknya musuhmu, di berita sempat saya lihat ada murid yg kurang ajar kepada gurunya, bahkan ada yg sampai membunuh, naudzubillah summa naudzubillah. Kalau sudah seperti ini, dimana letak keberkahan murid?
jadi, mulai sekarang, bila ingin ilmu kita menjadi berkah, hormati gurumu, guru bukanlah gedebong pisang, orangtua tidak akan mungkin menjerumuskan anaknya, orangtua pasti akan mencari yang terbaik untuk anaknya.

Berikut instagram mereka yang sangat menginspirasi



Cukup sekian dari saya, mohon maaf jika ada kesalahan
uusikum wa nafsi bitaqwallah, wassalamualaikum warohmatullahi wa barokatuh… 

Jenis-Jenis Sketsa

Menurut Kusnadi,seorang kritikus seni rupa, mengungkapkan bahwa dalam seni rupa, sketsa dibagi menjadi dua yaitu:

Sketsa sebagai seni murni atau sketsa yang berdiri sendiri, dan juga sekaligus sebagai suatu media ekspresi.

Sketsa ‘Voor Studie’, sebagai media untuk studi bentuk, proporsi, anatomi, komposisi dan sebagainya yang akan dibuat berdasarkan sketsa.

Berdasarkan pendapat Kusnadi tersebut dapat diartikan bahwa kedua jenis sketsa ini mempunyai perbedaan yang mendasar. Letak perbedaannya adalah pada fungsi. Jenis sketsa pertama memiliki fungsi sebagai ekspresi, sedangkan pada jenis sketsa yang kedua sebagai media studi.

Sehingga apabila dibandingkan dengan sketsa jenis ‘voor studie’, maka sketsa murni tersebut lebih ekspresif, karena sketsa murni dapat dijadikan media untuk berekspresi yang tidak terlalu terikat dengan masalah bentuk, proporsi, anatomi dan sebagianya yang tidak pernah dilanjutkan menjadi sebuah karya seni rupa lainnya, akan tetapi berhenti/selesai sebagai suatu karya sketsa murni atau berdiri sendiri.

Fungsi Sketsa
Dengan demikian dari kedua jenis sketsa tersebut terdapat dua sisi kegunaan. Keseluruhan bidang yang terdapat dalam seni rupa, baik itu berupa seni murni ( finet art) lukis, patung dan seni grafis, atau seni terdapat (applied art) kriya/kerajinan, desian grafis, desian interior-eksterior, arsitek bahkan sampai kepada perancangan busana dan teknologi modern tidak dapat lepas dari suatu kegiatan perancangan visual.

Sketsa merupakan suatu pilihan yang paling tepat. Ketsa di sini merupakan rancangan pendahuluan yang kasar dari sebuah karya lukis, kriya, busana, arsitek dan sebagainya. Berikut adalah beberapa fungsi sketsa.

Seni Murni
Sebagai Media Studi
Sketsa sebagai media ekspresi untuk mengungkapkan ide dan perasaan.
Berfungsi sebagai seni patung. Sketsa pada seni patung banyak diterapkan dalam sebuah perancangan pembuatan patung. Penjelasan sketsa pada patung tersebut dapat diuraikan pada bahan ajar sketsa.

Seni Terapan
Sketsa berfungsi dalam seni terapan sebagai media perancanngan awal sebelum diwujudkan dalam bentuk gambar bekerja secara lengkap. Gambar sketsa tersebut dijadikan sebagai suatu sarana eksplorasi dan sekliagus sebagai komunikasi awal dalam perancang (yang menggambar) atau orang lain, baik itu pemesan maupun juga orang yang akan dipercaya sebagai suatu pelaksana untuk merealisasikan produknya. Dengan demikian, pengerjaan suatu produk akan dapat lebih mudah dipahami pelaksanaannya, dicermati sketsa yang dilengkapi dengan gambar kerja disertai notasinya.

Busana
Sketsa juga dapat dimanfaatkan oleh para perancang busana. Mereka melakukan eksplorasi sketsa beberapa kali dalam mendapatkan sebuah rancangan yang dapat memuaskan selera pemakainya. Dalam bidang perencanaan adi busana atau fashion sketsa umumyna didominasi unsur garis. Garis tersebut berfungsi untuk membentuk desain busana secara global, potongan, serta draperi kain. Setelah ada sketsa yang terpilih kemudian dibuat berupa pola-pola busana.

Arsitek
Perancangan awal sebuah bangunan yang dimanfaatkan sketsa sebagai media eksplorasi.

Teknologi
Pemanfaatan media sketsa dapat berfungsi untuk perancangan suatu produk.

Ilmu Pengetahuan
Sktesa juga memiliki manfaat yang besar terhadap ilmu pengetahuan. Sketsa berfungsi sebagai alat bantu dalam penelitian ilmiah.

Pendidikan
Seorang pengajar, ketika tidak menunjukkan suatu benda yang sebenarnya sebagai model pembelajaran, dapat menunjukkan gambar atau foto dari benda-benda tersebut. Namun cara seperti demikian membutuhkan waktu dan biaya yang lebih banyak.

Oleh karena itu, menggunakan media sketsa, merupakan alternatif yang efektif dan juga efisien dalam suatu proses pembelajaran, karen dapat dibuat oleh pengajar sendiri secara langsung dan juga cepat. Pengajar ketika membuat sketsa sekaligus dapat langsung menjalaskan materi ajar yang divisualkan dalam bentuk sketsa.

Manfaat dan Tujuan Mempelajari Sketsa
Sebagai media latihan untuk menggores dengan lancar, bebas dan spontan sesuai dengan bentuk objek yang dipilih.

Sebagai media untuk studi bentuk, proporsi, anatomi, komposisi dan sebagainya dalam mempelajari objek yang diinginkan.

Sebagai media eksplorasi untuk mendapatkan ide atau gagasan yang akan dituangkan dalam karya seni rupa misalnya, desian, lukis, patung dan sebagainya (sketsa sebagai rancangan karya yang akan dibuat).

Sebagai media ekspresi dalam bentuk seni sketsa murni.

Komposisi Sketsa
Komposisi yang artinya susunan dalam seni rupa memiliki arti menyusun atau menata unsur-unsur seni rupa. Dengan mengatur komposisi dengan baik, maka akan terwujud karya sketsa yang baik. Oleh karena itu, komposisi memegang peranan penting sebab dengan komposisi akan diperoleh nuansa harmonis. Beberapa bagian komposisi seperti berikut.

Komposisi garis
Komposisi garis adalah garis yang memiliki peran utama di dalam membentuk komposisi. Jenis garis yang dapat membentuk komposis: komposisi garis lurus; komposisi garis lengkung.

Komposisi warna
Merupakan susunan warna-warna pada suatu bidang. Harmonis tidaknya tergantung bidang-bidang yang diatur menjadi harmonis.

Komposisi bidang
Komposisi bidang adalah garis-garis yang kita susun akan membentuk suatu susunan bidang. Susunan daripada bidang-bidang yang diatur menjadi harmonis.

Komposisi bentuk
Komposisi bentuk dihasilkan dari beberapa unsur garis. Keharmonisan dari komposisi bentuk ditentukan dari berbagai faktor unsur-unsurnya: komposisi simetris; komposisi asimetris; komposisi sentral; komposisi diagonal.

Ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan dalam membuat gambar sketsa :
Membuat kerangka gambar yang terdiri dari garis-garis vertikal, horizontal,diagonal maupun garis melengkung secara tipis-tipis.
Menggambar garis sekundernya, misalnya melukis kerangka kotak/kubus dalamkeadaan tipis.
Menebalkan garis-garis sketsa yang sudah benar. Ketebalan sesuai dengankarakter jenis garis yang diinginkan

Terdapat beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk membuat gambar sketsa :
Media gambar : kertas gambar (kertas HVS, kertas manila, kertas padalarang,kertas roti, kertas kalkir, kertas sketsa).
Alat gambar manual : pensil, rapido.
Alat gambar digital : komputer dengan program Computer Aided Design (CAD),digital pen, software design grafis.
Alat bantu gambar : light box, scanner, meja gambar, mesin gambar, mistargambar segitiga, busur derajat, mal, sablon, dan penghapus.

Kekuatan garis bergantung pada kertas yang dipergunakan. Makin kasar kertas yangdigunakan, makin gelap goresan pensil yang diperoleh. Sebaliknya makin licin kertas, makin abu-abu goresan itu.

GERAKAN KAMERA

Dalam Videografi, ada beberapa istilah yang lazim digunakan, salah satunya adalah istilah - istilah yg biasa digunakan untuk gerakan kamera saat mengambil gambar

Panning
Camera Panning atau yang biasa disingkat pann adalah gerakan kamera menyamping. Pann left gerakan ke arah kiri dan pann right gerakan ke arah kanan.




Tilting
Camera Tilting atau yg biasa disingkat Tilt adalah gerakan kamera secara vertical atau atas bawah. Tilt Up gerakan naik dan Tilt Down gerakan turun.



Tracking
Tracking adalah gerakan kamera dengan arah maju dan mundur atau depan belakang, bisa dengan bantuan doly atau rel kereta. Track In gerakan maju kedepan dan Track Out gerakan mundur kebelakang.

Dolly


Zoom In/ Zoom Out :
Kamera bergerak menjauh dan mendekati objek dengan menggunakan tombol zooming yang ada di kamera.




Crabbing
Crab atau crabbing adalah pergerakan kamera menyamping sejejar dengan subjek yang sedang berjalan atau berlari. Pergerakannya bisa ke kiri atau ke kanan sesuai dengan kebutuhan, seperti pergerakan kepiting.


Pedestral
Pedestal atau ped adalah pergerakan kamera yang dilakukan di atas pedestal, naik dan turun seperti pergerakan lift. Dengan pergerakan ini kamu bisa menghasilkan perubahan perspektif visual dari adegan.


Arc
Arc adalah pergerakan kamera dengan cara berputar ke kiri dan kanan yang biasanya dilakukan untuk melihat situasi atau kondisi lingkungan.


Crane
Crane adalah gerakan kamera meninggi atau merendah menggunakan Crane atau Jimmy Jib.

Adapun Video pembelajarannya Silahkan klik tautan berikut : Pergerakan Kamera

Selasa, 03 Agustus 2021

The Rule of Third



Apa sih The Rule of Third itu?

Prinsip dasar The Rule of Third adalah,kita membayangkan layar gambar kita terbagi menjadi 9 bagian secara vertikal dan horizontal








Dengan panduan garis – garis ini, usahakan untuk menghindari kotak bagian tengah










Mengapa The Rule of Third?


Karena dengan The Rule of Third, gambar kita akan lebih bermakna, memiliki nilai komunikasi, serta memberikan kesan ruang antara objek dengan latar belakang











Misalkan kita menggambil suatu gambar


Gambar ini terkesan statis,dimana posisi objek utama berada tepat di tengah gambar



Sekarang kita coba rubah posisi objek utama ke posisi kiri atas frame.



Bila kurang suka, bisa kita cari posisi lain




Kita geser garis horizontal ke 1/3 bagian bawah frame


Apa yang kita rasakan sekarang?





Berikut beberapa contoh

Gambar yg menerapkan The Rule of Third



Selamat mencoba

Minggu, 01 Agustus 2021

Kronologis Proses Kreativitas

Proses berkreasi tidak muncul begitu saja pada siapapun yang akan menjadi kreator, perlu banyak input, pengalaman dan perenungan, yang pada akhirnya akan melahirkan suatu konsep kebaruan dalam penciptaan suatu karya , khususnya dalam bidang seni dan desain. Tahapan yang seringkali harus dilalui pada proses kreativitas tersebut adalah sebagai berikut : 


a. Sensasi

Rangsangan dari luar yang ditangkap oleh mata dan telinga yang menimbulkan getaran yang disebut sensasi (sense = rasa). Akibat getaran ini timbul reaksi secara biologis yang bersifat bio kimiawi dan rasa tersebut berkesan dan tersimpan dalam otak menjadi stimulus awal pada proses berkreasi. 

b. Persepsi

Tahap dimana sensasi telah berkesan, disebut persepsi. Proses terjadinya persepsi akan berbeda pada tiap orang, karena akan sangat tergantung pada wawasan, pemahaman, selera dan pengalamannya dalam berinteraksi dengan berbagai objek dan fenomena yang terjadi.

Yang paling menarik dari proses persepsi ini adalah bahwa persepsi secara langsung juga menggerakkan proses asosiasi-asosiasi dan mekanisme lain seperti komparasi (perbandingan), differensiasi (pembeda-bedaan), analogi (persamaan) dan sintesis (penyimpulan). Semua proses tersebut menghasilkan pengertian yang lebih luas dan mendalam, sehingga yang semula hanya merupakan kesan (persepsi), sekarang telah menjadi keyakinan.

Pada tahapan ini otak secara simultan telah mempertimbangkan untuk melakukan proses kreativitas berdasarkan kapasitas pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang dimilikinya.

c. Impressi

Impressi adalah tahap di mana persepsi (kesan) telah menjadi keyakinan. Perbedaannya dengan persepsi adalah bahwa yang sudah bersifat impressi setiap waktu dapat diingatkan kembali, karena sudah tertanam di dalam wilayah kesadaran individu. Kondisi keyakinan tersebut pada akhirnya akan melahirkan dua proses yang secara sinergis berkembang bersamaan, yaitu emosi yang hadir melalui eksplorasi perasaan dan interpretasi yang muncul melalui pengkajian dan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan. Pada fase ini proses kreatifitas sudah mulai diwujudkan dalam bentuk konsep.

d. Emosi

Emosi adalah perasaan meluap yang tak dapat dikendalikan, yang hadir pada hati dan perasaan setiap manusia , misalnya jengkel, marah, kecewa, sedih, gembira, bahagia, bergairah dan perasaan yang penuh antusias. Pada fase ini antusiasme dalam berkreasi biasanya muncul dan tak terbendung, hingga realisasi dari kreativitas sebagai produk kerja otak dapat direalisasikan menjadi karya nyata. 

e. Interpretasi

Interpretasi menyangkut aktivitas dari daya fikir akibat impresi yang masuk ke wilayah kesadaran. Interpretasi merupakan fungsi aktif intelek manusia, yang karena ditambah dengan emosi akan menghasilkan pengertian yang lebih mendalam tentang apa yang dipersepsi. Setelah lebih mengerti apa yang telah diyakini, intelek tidak berhenti berfungsi, tetapi terus memikirkan dan merenungkan tentang interpretasi yang telah dilakukan.

Interpretasi dalam hal menilik kreativitas dalam aktivitas seni berkaitan dengan perenungan dan pemikiran kembali terhdap karya yang telah diwujudkan, hingga mencapai pada titik pemikiran bahwa produk tersebut sempurna menurut intelektual sang pencipta. Dalam kaitannya dengan interpretasi ini, formulasi karya dapat berubah mulai dari porsi yang terendah, hingga porsi yang terbanyak (berubah total). Proses interpretasi akan sangat berpengaruh terhadap kualitas produk ditinjau dari berbagai aspek, terutama pada aspek estetika yang sangat erat kaitannya dengan aspek visualisasi.

f. Evaluasi

Proses kreativitas tidak bisa dinilai dan dinikmati sendiri oleh seorang kreator, namun perlu melibatkan berbagai fihak (orang lain) untuk menilainya, sehingga hasil kreativitas tersebut memiliki nilai obektivitas. Penilaian dari berbagai fihak dengan berbagai latar belakang keilmuan akan menempatkan karya hasil kreativitas menjadi karya yang layak atau tidak layak untuk dinikmati oleh masyarakat.

Kreativitas dalam Seni

Karena wujud seni mencakup dua aspek, yakni nilai intrinsik dan nilai ekstrinsik seni, maka segi kreativitas dalam seni harus ditinjau dari dua sudut tersebut, meskipun tak mungkin sama sekali memisahkan kedua aspek itu tanpa „merusak‟ kesatuan atau keutuhan karya seni. Hakikat kreativitas adalah menemukan sesuatu yang baru atau hubungan-hubungan baru dari sesuatu yang telah ada. Manusia menciptakan sesuatu bukan dari kekosongan. Manusia menciptakan sesuatu dari sesuatu yang telah ada sebelumnya. Setiap seniman menjadi kreatif dan besar karena bertolak dari bahan yang telah tercipta sebelumnya. Inilah yang biasa kita sebut tradisi. Setiap seniman bertolak dari tradisi seni tertentu yang hidup dalam suatu masyarakat. Seorang seniman bukan manusia yang „jatuh‟ dari angkasa dan mampu menciptakan karya seni tanpa dukungan karya seni yang tersedia dalam masyarakatnya. Kita menulis sajak karena pernah membaca sajak yang kita peroleh dari masyarakat kita. Kita melukis karena sebelumnya telah punya pengalaman melihat karya lukis. Begitu pula orang menciptakan musik, lakon teater, tari, dan sebagainya dari khazanah seni disekitar kita. Penciptaan karya seni bertolak dari sesuatu yang telah tersedia dalam masyarakatnya.


Persoalannya apakah kita mampu menciptakan karya seni yang tidak mirip atau serupa dengan karya seni yang telah ada dalam tradisi. Apakah kita mampu menciptakan karya seni yang baru yang belum pernah ada dalam tradisi. Saya kira itulah prinsipnya. Hanya, yang perlu diperhatikan adalah aspek-aspek mana saja yang melibatkan kadar kebaruan itu. Semakin total pembaruannya semakin otentiklah ciptaannya.

Dorongan kreativitas sebenarnya berasal dari tradisi itu sendiri atau dari masyarakat lingkungannya. Setiap seniman dilahirkan dalam masyarakat tertentu dengan tradisi seni tertentu. Setiap seniman belajar berkesenian dari tradisi masyarakatnya. Tradisi seni atau budaya seni telah ada jauh sebelum seniman dilahirkan. Setiap karya yang merupakan kekayaan tradisi seni suatu masyarakat pada mulanya juga merupakan karya kreatif atau karya baru pada zamannya. Setiap khazanah tradisi seni merupakan kumpulan karya kreatif. Karya kreatif dari para seniman pendahulu ini sebenarnya juga merupakan hasil pergulatan seniman dengan berbagai persoalan budaya dan masyarakat pada zamannya. Setiap seniman yang kreatif adalah seniman yang peka dan tanggap terhadap lingkungan hidupnya, baik tradisi budayanya maupun kenyataan faktual lingkungannya. Kenyataan lingkungan manusia ini selalu berubah-ubah akibat perubahan yang disebabkan oleh kerja budaya (karya manusia) atau oleh sebab-sebab diluar budayanya.

Setiap seniman yang tanggap terhadap lingkungan budaya maupun kenyataan faktual masyarakatnya segera akan melihat kejanggalan yang muncul dalam kehidupan ini. Berbagai kejanggalan ini berhubungan dengan kaitan budaya dengan kenyataan faktual. Boleh jadi suatu budaya atau sikap hidup masyarakat sudah tak sesuai lagi dengan kenyataan faktual yang ada. Atau, seniman (juga golongan intelektual lain) tidak puas akan tradisi budayanya. Semua karya cipta manusia selalu mengarah pada nilai guna agar hidup ini berjalan semulus mungkin, sebahagia mungkin, sesejahtera mungkin. Maka, kalau terjadi kejanggalan, setiap intelektual selalu akan bertanya: dimana letak kesalahannya? Dan, lahirlah berbagai pemikiran untuk memecahkan atau menghilangkan kejanggalan hidup sosial itu. Kesalahannya mungkin terletak pada cara kita bersikap. Atau, mungkin cara kita bersikap sudah benar, hanya saja kenyataan faktual itu yang justru harus dirubah oleh budaya.

Orang yang mampu melahirkan sikap baru dan temuan baru untuk melenyapkan berbagai kejanggalan tersebut dapat disebut kreatif, meskipun caranya bersikap dipengaruhi atau bertolak dari sikap budaya yang telah tersedia dalam masyarakatnya. Kreativitas dapat ditujukan kepada tradisi budaya maupun kepada kenyataan faktual atau mungkin kedua-duanya.

Dalam kesenian, kreativitas dapat ditujukan pada kenyataan faktual yang diungkapkan karya seni lewat aspek ekstrinsiknya (moral, sosial, politik, ekonomi, teknologi, kejiwaan, dll) dan juga pada tradisi estetik seni itu sendiri. Misalnya, cara bersajak kaum pujangga baru dirasakan sudah tak sesuai lagi dengan kondisi faktual masyarakat pada zaman jepang dan revolusi, sehingga Khairil Anwar dkk, menciptakan cara baru bersajak yang lebih cocok dengan kondisi masyarakat yang sudah berubah. Dalam hal ini kondisi masyarakatlah yang telah berubah, sedangkan tradisi atau budaya bersajak masih tradisi zaman kolonial Belanda (Pujangga Baru tahun 1930-an). Disini lahir kreativitas terhadap aspek intrinsik seni bersajak, meskipun jelas aspek ekstrinsik ikut juga membentuknya. Tetapi, berbagai persoalan ekstrinsik, seperti persolan Tuhan, cinta, kemiskinan, semuanya ada, baik dalam puisi Pujangga Baru maupun Khairil Anwar. Dan persoalan ekstrinsik ternyata tetap terus ada sampai sekarang. Jadi, jasa Chairil terutama menonjol dalam bidang estetika, atau intrinsik seninya.

Setiap generasi seniman mengalami zamannya sendiri. Cara bersajak Chairil pada tahun 1940-an mungkin sudah tak sesuai lagi untuk menjawab tantangan zaman pada tahun 1970-an atau 1990-an ini. Maka, sudah selayaknya setiap generasi mempertanyakan persoalan atau kejanggalan masyarakatnya. Apakah kenyataan- kenyataan pada tahun 1970-an masih dapat dijawab dengan „tradisi Chairil‟? Apakah kenyataan sekarang ini bisa dijawab dengan estetika tahun 1940-an? Atau apakah estetika Chairil itu yang memang abadi dan mampu melewati semua zaman? Inilah pertanyaan bagi para ahli sejarah atau kritikus sastra.

Pada dasarnya setiap seniman adalah juga orang intelektual dalam tingkat apa pun, karena setiap seniman mencipta berdasarkan tanggapannya terhadap lingkungan budaya maupun lingkungan faktual. Setiap seniman juga mencipta bukan sekedar memenuhi hasrat estetikanya belaka, tetapi karena didorong oleh lahirnya berbagai kejanggalan dalam hidup lingkungannya. Aneka kejanggalan itu membuatnya sesak. Membuatnya gagal untuk berucap. Dan, karena jiwanya gagal, ia menggaruknya lewat karya seninya. Karya seni itu merupakan usaha menjawab atau menanggapi kejanggalan hidup zamannya. Jadi, titik tolak kreativitas adalah justru hal-hal yang sifatnya ekstrinsik seni. Persoalan ekstrinsik dicoba dijawab dengan ucapan otonomi seni, yakni aspek intrinsik seni. Dan, karena setiap ekstrinsik bersifat khas dan khusus untuk setiap zaman, akan ditemukan pula cara atau estetika pengucapannya. Saya kira tidak ada seniman yang hanya main-main saja dengan aspek intrinsik seni tanpa peduli pada aspek ekstrinsiknya. Memang pernah muncul semboyan „seni untuk seni‟, tetapi sisitu bukan usaha main-main dengan medium seni belaka. Disitu tetap ada pegangan bahwa yang indah itu segalanya, termasuk nilai moralnya. Yang indah itu tentu baik. Jadi, secar implisit mengacu juga pada aspek ekstrinsik, yakni moralitas manusia.

Dalam sejarah seni sering kita jumpai bahwa temuan baru dalam aspek intrinsik seni (estetik) disebabkan oleh adanya temuan aspek ekstrinsik. Gaya sastra yang disebut „arus kesadaran‟, yakni cara bercerita dalam fiksi yang campur aduk antara khayalan dan kenyataan, sekarang dan masa lampau, yang pernah terjadi dan mungkin terjadi, muncul saat ditemukannya ilmu jiwa Freud tentang kesadaran manusia. Psikologi dapat membimbing lahirnya cara bercerita dalam novel dan cerita pendek (estetika). Jelas bahwa kreativitas dalam seni bukan sekedar main-main dengan medium seni tanpa tuntunan pandangan mendalam yang baru terhadap kenyataan. Berfilsafat, berpandangan hidup secara mendalam, dapat menuntun pada lahirnya kreativitas dalam estetika (aspek intrinsik seni). Kreativitas dalam seni, seperti halnya kreativitas dalam bidang apa pun, adalah sikap baru yang mendalam terhadap kenyataan kehidupan ini. Kalu cara memandang hidup ini berubah, kenyataan faktual pun kita lihat dalam „cahaya‟ yang baru. Dan ini akan menuntut ditemukannya cara pengucapan baru dalam seni.

Memahami Kreativitas

Kreativitas adalah suatu kondisi, suatu sikap atau keadaan mental yang sangat khusus sifatnya dan hampir tak mungkin dirumuskan. Kreativitas adalah kegiatan mental yang sangat individual yang merupakan manifestasi kebebasan manusia sebagai individu. Manusia kreatif adalah manusia yang menghayati dan menjalankan kebebasan dirinya secara mutlak. Kreativitas menerjunkan seseorang kedalam keadaan ambang, yaitu keadaan antara yang ada dan belum ada. Dengan demikian, seorang yang kreatif selalu dalam kondisi „kacau‟, ricuh, kritis, gawat, mencari-cari, mencoba-coba untuk menemukan sesuatu yang belum pernah ada dari tatanan budaya yang pernah dipelajarinya. Inilah sebabnya dalam kreativitas diperlukan keberanian kreatif. Bukan hanya keberanian dalam menghadapi dirinya yang gawat, tetapi juga keberanian dalam menghadapi kebudayaannya, lingkungannya, masyarakat, dunia, sejarah.


Seorang yang kreatif adalah seorang yang berani menghadapi resiko, yaitu risiko berhasil atau tidak berhasil dalam pencarian sesuatu yang belum ada, juga risiko ditolak oleh lingkungannya apabila kreativitasnya berhasil. Dalam sejarah banyak contoh bagaimana manusia kreatif, manusia penemu, mengalami nasib malang, diejek, disingkirkan, dipenjara, dihukum bakar oleh zamannya.

Kreativitas bertolak dari apa yang sudah ada, dari kebudayaan, tradisi. Secara dikotomis, kebudayaan (yang sudah tersedia, sudah ada sebelum individu kreativitas menyadarinya) bersifat statis, tertutup, aman, imanen-manusia dapat hidup aman dan tenag didalamnya. Seseorang harus belajar, mengkondisikan diri pada kebudayaan tempatnya dilahirkan dan hidup. Sementara itu, kreativitas bersifat dinamis, terbuka, bebas, tidak biasa, penuh risiko (tidak aman dan nyaman), serta transenden.

Mengapa seseorang menempuh jalan penuh risiko dengan kreativitasnya? Karena manusia punya banyak dorongan individual. Dorongan dalam dirinya merupakan tanggapan terhadap rangsangan atau stimulus dari luar dirinya (budaya dan kenyataan kehidupan). Tanggapan itu bersifat total, dalam arti melibatkan kegiatan penginderaan, emosi, nalar atau rasio, dan intuisi. Jadi, kreativitas bersifat interpenetrasi seluruh potensi mental manusia. Kegiatan nalar belaka atau kegiatan emosi belaka, atau keduanya, tidak akan melahirkan sikap kreatif. Keseluruhan mental itu merupakan tanggapan atas keadaan budaya atau kenyataan hidup yang dianggap tak memuaskan dirinya, janggal, dan tak menentramkan pribadinya. Awal kreativitas adalah munculnya ketidakpuasan, kegelisahan atas lingkungan hidupnya.

Kreativitas mencuat kalau muncul obsesi dalam diri manusia kreatif. Obsesi muncul kalaau yang diinginkan individu tak sesuai dengan kenyataan diluar dirinya. Manusia kreatif bukanlah manusia kosong mental. Manusia kreatif adalah manusia yang memiliki gambaran suatu sikap baru, pandangan baru, konsep baru, sesuatu yang sifatnya esensial. Dan semua yang merupakan gambaran individual ini bertabrakan dengan kenyataan yang tidak sesuai. Maka, terjadilah kondisi gelisah, tak nyaman, tak sesuai, tidak tenang. Ketenangan jiwanya baru tercapai kalau antara apa yang diinginkannya dengan kenyataan itu mencapai kesesuaian. Disini manusia kreatif menemukan apa yang dicarinya, yang diinginkannya secara intuisi, nalar, rasa, dan inderawi. Disinilah manusia sering berbicara bahwa kreativitas itu suatu misteri, karena kreativitas bukan hanya muncul dari suatu hasil pemikiran atau dorongan perasaan, tetapi juga melibatkan kebenaran intuitif. Sesuatu yang intuitif itu bersifat bawah sadar. Baru diketahui kalau sudah ditemukan. Bagaimana menemukannya merupakan rahasia jiwa manusia. Bahwa yang ditemukannya itu sesuatu yang benar baru diketahui setelah terwujud, setelah dilahirkan, setelah ada, setelah diciptakan. Jadi, kreativitas selalu dimulai dengan ketidakpuasan. Dan ketidakpuasan muncul kalau seseorang memiliki „perasaan‟ (atau katakanlah intuisi) tentang sesuatu yang seharusnya.

Manusia kreatif adalah manusia yang memiliki kemampuan kreatif. Kemampuan kreatif antara lain kesigapan menghasilkan gagasan baru. Gagasan baru itu tentu baru muncul kalau seseorang telah mengenal secara jelas gagasan yang telah ada dan tersedia dalam lingkungan hidupnya. Tanpa mengenal dan menguasai budaya ditempat dia hidup, tak mungkin muncul gagasan baru. 

Gagasan kreatif umumnya adalah gagasan asli, otentik, unik, milik dirinya. Gagasan itu berbeda dan lain dari gagasan yang telah ada, yang telah lazim. Inilah yang membuat lahirnya gagasan baru dapat ditolak lingkungannya, hanya karena tak lazim, lain dari yang lain. Kontroversi lahirnya gagasan baru menunjukkan adanya unsur kreativitas didalamnya.

Orang yang kreatif juga orang yang sanggup melakukan berbagai pendekatan dalam menghadapi persoalan. Orang kreatif adalah penjelajah mental, terbuka, bebas sembari „bermain‟ didalam kemerdekaannya itu. Orang kreatif bukan orang fanatik buta yang terpaku pada suatu gagasan baku. Pada dasarnya orang kreatif itu orang yang menjunjung tinggi kebebasan. Ia sanggup menerim hal yang berbeda dengan gagasannya. Bahwa kebenaran itu relatif. Masalahnya apakah „kebenaran‟ yang selama ini ada dapat menjawab persoalan yang muncul.

Kreativitas terutama dalam seni, telah melahirkan berbagai teori, antara lain teori Emosi, teori Genius, dan teori Bawah Sadar. Sebagaimana semua teori, pada hakikatnya ada penekanan yang berlebihan terhadap salah satu aspek kegiatan mental kreativitas. Teori Emosi dengan sendirinya terlalu menekankan pentingnya kreativitas dari aspek emosi manusia. Seni yang baik, seni yang kreatif, adalah seni yang mengandung bobot emosi yang secara orisinal dialami senimannya. Tetapi, bobot emosi yang orisinal yang meluap-luap itu harus diarahkan atau dikontrol oleh pikiran. Artinya, emosi itu selalu diberi bentuk, diberi struktur, diatur dalam pola tertentu. „Puisi adalah bentuk istimewa dari bahasa emosi‟, kata kritikus IA Richards. Seni bukan merupakan ekspresi langsung emosi. Seni yang mengungkapkan penderitaan bukanlah luapan atau ekspresi orang yang sedang menderita. Senimannya tak perlu sedang menderita. Yang penting apakah karyanya mampu menciptakan perasaan derita itu. Jadi, ada kaitan antara objektivitas dengan emosi. Lebih jauh Leo Tolstoi menyatakan bahwa perasaan dalam seni bukanlah perasaan individual seniman, tetapi perasaan yang dialami oleh semua umat manusia.

Teori Genius menekankan lahirnya „jiwa besar‟ (greatness of soul) sebuah karya seni. Sebuah karya seni kreatif adalah karya yang tidak dibatasi aturan-aturan atau konvensi yang telah ada sebelumnya. Keaslian atau orisinalitas menjadi nilai utama dalam seni. Sebuah karya kreatif adalah kartya yang memiliki kualitas individual dan berbeda dari sebuah temuan yang orisinal. Nilai orisinalitas itu tentu saja tidak semata-mata individual, karena setiap karya seni, setiap ciptaan, selalu berorientasi keluar, kepada orang lain. Ciptaan itu bukan berorientasi pada diri senimannya sendiri. Seni itu bukan semata-mata subjektif, tetapi yang subjektif itu juga harus bersifat objektif yang berarti berlaku dan benar bagi orang lain.

Teori Bawah Sadar ditemukan bersamaan dengan berkembangnya ilmu jiwa dari Freud. Seni kreatif adalah seni yang menemukan sesuatu yang sama sekali baru yang belum pernah dikenal, tetapi secara intuitif dirasakan sebagai telah dikenal oleh seluruh sejarah umat mnusia. Karya yang menghadirkan sesuatu yang tak dikenal tapi yang secara samar-samar telah akrab dengan pengalaman kita itu merupakan nilai yang dijunjung tinggi.

Begitulah catatan kecil tentang makna kreativitas yang memang merupakan suatu misteri jiwa manusia. Kreativitas merupakan rahasia seperti rahasia jiwa manusia itu sendiri. Batasan yang telah dibuat tentu akan melahirkan batasan penantangnya. Karena jiwa manusia tak bisa dirumuskan.