Minggu, 17 Oktober 2021

Kisah seorang yang gila

Assalamualaikum WR WB
Alkisah di suatu masa, ada seorang yang gila sedang tertidur di bekas sebuah reruntuhan suatu rumah. Tak berselang lama, dia terbangun karena ada suatu benda menimpa kepalanya
dia mencari sumber benda tersebut, lalu dia melihat sekumpulan anak kecil yang sedang bermain, berlarian sambil saling melemparkan kerikil-kerikil kecil. Orang gila tersebut lalu memarahi sekumpulan anak - anak tersebut. Dia membalas dengan melempari anak-anak tersebut dengan kerikil-kerikil kecil yang ada didekatnya. Anak-anak tersebut kaget atas lemparan-lemparan orang gila tersebut, lalu memutuskan untuk pergi meninggalkan orang gila tersebut. Orang gila tersebut mengucapkan sumpah serapah kepada anak-anak yang meninggalkannya. Tak beberapa lama kepala orang gila tersebut tertimpa sesuatu kembali. kali ini dia melihat benda yang menimpanya dan ternyata benda yang menimpa kepalanya berasal dari atap bekas reruntuhan tersebut. Orang gila tersebut lalu menangis, dia menyadari kesalahannya, "Maafkan aku ya Tuhan, ternyata yang menimpaku adalah serpihan atap bekas reruntuhan bangunan ini, bukan karena anak-anak tadi", lalu ia pun melanjutkan tidurnya.

Minta maaf adalah tindakan sederhana, namun masih banyak yang enggan melakukan dan menganggapnya remeh. Padahal, di dalamnya terkandung kemuliaan. Bersegeralah meminta maaf biarpun kita dalam posisi benar, itulah kemuliaan. Apalagi jika kita bersalah, maka kita harus segera meminta maaf.

Dalam praktiknya, meminta maaf tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi jika kita merasa tidak bersalah. Namun Islam justru meminta pengikutnya untuk meminta maaf terlebih dulu, terlepas dari kita yang bersalah atau tidak, itulah Islam, Rahmatan lil alamanin. Agama terbukti mampu mengubah seseorang, karena agama membuat seseorang meyakini ada kekuatan besar yang bisa menjadikan dirinya lebih baik.

Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan kita dalam firmanNya, “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-Baqarah : 263).

Baik orang yang mau meminta maaf ataupun yang memberi maaf mereka adalah gambaran dari orang-orang yang bertaqwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala jika perbuatan tersebut semata-mata untuk mencari Ridho Allah.

Adapun beberapa keutamaan untuk orang yang meminta maaf dan memberi maaf yaitu sudah disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam firmannya,

“Dan jika kalian memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Qs. At Taghobun: 14). Allah saja maha pengampun, maha pemaaf, tapi kenapa kita manusia tidak?
layakkah kita yang makhluk ini lebih sombong daripada ALLAH?

Nah, dari cerita ini bisa kita petik hikmahnya
Seorang yang gila tadi, mau meminta maaf kepada TUHAN dan menyadari kesalahannya. Ini menjadi refleksi kepada diri, kalau orang gila saja mau meminta maaf dan menyadari kesalahannya, lalu kenapa kita yang dibilang "waras" justru kadang tidak mau meminta maaf, bahkan kadang tidak mau menyadari kesalahan kita?
sebenarnya siapa yang gila?
Kita atau tokoh utama dalam cerita ini?
mari kita renungkan
Sekian dari saya, mohon maaf jika ada salah kata ataupun perbuatan
Wassalamualaikum WR WB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar