suatu hari di kampus seni
Jamal : bang, gw mau ikut workshop fotografi, kemaren dapet ilmu baru nih gw
Bambang : aaahhhhh fotografi gampang tinggal jepret doank
Jamal : iye gw tau.....
Bambang : gak ada gunanya kan lo belajar fotografi....
Jamal : bodo amat, gw ini yg ngejalanin.....
Bambang : nilai seninya jg rendah, cemen.......
Jamal : iye lo menang dah.....
Bambang : eh iya bro besok gw mau interview di perusahaan barokah jaya, gw butuh foto 3x4 nih. fotoin gw donk bro
Jamal : loh kata lo kan gampang,....
LO POTO AJE MUKE LO SENDIRI, KLO KAGAK LO KIRIM DLM BENTUK PATUNG 3X4, LO CEPLAK PAKE TINTA GRAFIS MUKE LO, LO LUKIS DAH TUH MUKE, LO JADIIN LOGAM, LO BIKIN BATIK GAMBAR MUKE LO, BIKIN MAKET PERSIS MUKE LO, LO MURAL GAMBAR MUKE LO, LO BIKIN KRIYA BAMBU JADI MUKE LO, HAHAHAHA
MAAF : *(dialog diatas bukanlah untuk mendeskreditkan sebuah permasalahan ataupun kemampuan sebuah bidang seni terhadap seni yang lainnya, akan tetapi coba memberitahukan bahwa setiap bidang seni mempunyai fungsi masing-masing terhadap setiap permasalahan, yang membedakannya hanya media dan proses, hasil akhir tetap satu tujuan, yaitu KARYA)
contoh ini baru dari satu jenis seni,SENI RUPA atau SENI VISUAL, namun bisa juga terjadi pada Seni lain seperti SENI MUSIK,TARI dan lain - lain
pesan yg ingin disampaikan adalah TIDAK SEMUA SENIMAN BISA MENGHARGAI KARYA SENI LAINNYA, JADI BUAT PARA SENIMAN, MULAILAH MENGHARGAI KARYA SENI LAIN DILUAR BIDANGMU BILA INGIN KARYA SENIMU DIHARGAI SENIMAN LAINNYA
Minggu, 31 Oktober 2021
Senin, 25 Oktober 2021
Script Yayasan Yatim Satu Benih
SKRIP SYUTING VIDEO INFOGRAFI RUMAH YATIM SATU BENIH
Scene 1
EXTABLISH - LOKASI SATU BENIH - SIANGMengambil view dari depan sampai keseluruhan area + zoom tugu nama nama pemberi wakaf
Scene 2
INT - SATU BENIH- RUANG DALAM RUMAH MINI - SIANG
Personel: 1 orang anak perempuan berseragam sekolah
KEGIATAN:
Memasukkan buku buku pelajaran ke dalam tas sekolah, bersiap berangkat sekolah
Scene 3
"INT - SATU BENIH- RUANG DALAM RUMAH MINI - SIANG
Personel: 1 orang anak laki-laki pakai baju koko, sarung, peci
KEGIATAN
Membaca Alquran besar di atas meja lipat khusus kitab (pencahayaan temaram/dibuat dramatis)
Scene 4
EXT - SATU BENIH - RUANG KOMPUTER - SIANG
Personel: banyak anak
KEGIATAN
Aktivitas di depan komputer
Scene 5
EXT - SATU BENIH- HALAMAN MASJID - SIANG
Personel: Seluruh anak
KEGIATAN:
Saat adzan zuhur anak-anak serempak keluar dari rumah mini dengan menggunakan mukenah/sarung peci koko, berbondong bondong ke masjid datang dari segala arah + wudhu + solat berjamaah
Scene 6
INT - SATU BENIH - RUANG MAKAN - SIANG
Personil: Semua anak
KEGIATAN:
Makan siang bersama
Scene 7
EXT - SATU BENIH - LAPANGAN - SIANG
Personel : Semua anak
KEGIATAN:
Bermain di area terbuka segala permainan anak rakyat
- gobag sodor
- galaksin
- ular naga
(disepakati ada berapa permainan)
Scene 8
EXT-SATU BENIH-TUGU PRASASTI- SIANG
Personel: Pimpinan/Pengurus
KEGIATAN:
Menuturkan singkat visi/berdirinya Satu Benih, juga konsepnya sebagai rumah tinggal anak-anak yatim yang dibiayai sekolahnya di luar, jumlah anak sekarang, dan apa impian besar Satu Benih yang belum tercapai
Hasil jadi ada disini
MENGEMBANGKAN KARYA SENI
BEREKSPRESI DENGAN MENGEMBANGKAN KARYA SENI RUPA NUSANTARA
A. Memilih Unsur Seni Rupa Nusantara Untuk Dikembangkan Menjadi Karya Seni Rupa Murni
1. Bahan Seni Rupa Nusantara
Seni rupa nusantara tidak hanya memiliki keragaman corak, tetapi juga memiliki keragaman bahan, yang digunakan. Keragaman bahan ini dapat berpengaruh terhadap teknik yang digunakan.
Nusantara memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Kekayaan alam tersebut dapat dimanfaatkan dalam berkarya seni rupa. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila terdapat keragaman dalam bahan yang digunakan untuk karya seni rupa. Contohnya, bahan yang digunakan dalam seni lukis tidak hanya satu jenis, tetapi bermacam-macam, seperti cat air, cat kayu, pensil warna, krayon, konte atau pastel. Selain itu, medianya pun tidak hanya satu jenis, tetapi dapat menggunakan kertas, kain ataupun kaca.
2. Teknik Seni Rupa Nusantara
Keragaman bahan yang digunakan mengakibatkan munculnya berbagai teknik dalam berkarya seni rupa di nusantara. Berikut ini beberapa teknik yang digunakan untuk berkarya seni rupa di nusantara.
a. Teknik ukir/ teknik pahat merupakan teknik berkarya seni rupa dengan cara membentuk dan mengurangi bahan yang diukir dengan menggunakan peralatan ukir yaitu tatah ukir.
b. Teknik lukis merupakan teknik berkarya seni rupa dengan cara melukis, yaitu membuat gambar dengan menggunakan pensil, pulpen, kuas, dan sebagainya.
c. Teknik tenun merupakan teknik pembuatan kain tenun dengan cara menganyam. Teknik tenun hampir sama dengan teknik menganyam.
d. Teknik membentuk yaitu membuat karya seni rupa dengan media tanah liat. Pembuatan dengan teknik membentuk adalah dengan cara menbentuk tanah liat tersebut menjadi bentuk yang diinginkan.
e. Teknik cor merupakan pembuatan karya seni rupa dengan menggunakan cetakan atau di cor. Bahan terlebih dahulu dibuat adonan, kemudian dicor dan dituang kedalam cetakan.
f. Teknik anyam merupakan teknik membuat karya seni rupa dengan menganyam. Teknik anyam tidak menggunakan alat tetapi mengandalkan keterampilan tangan.
g. Teknik batik merupakan teknik memberi hiasan atau motif pada kain dengan cara memberi gambar dengan lilin panas atau malam. Alat yang digunakan adalah canting.
3. Unsur-Unsur Dalam Seni Rupa
a. Titik (awal dan akhir dari sebuah baris)
b. Garis (kumpulan dari titik)
- Garis lurus
- Garis lengkung
c. Bidang (pertemuan antara ruang)
d. Bayang-bayang
- Bayang-bayang sendiri
- Bayang-bayang langkah
Gelap terang bisa dihasilkan dari warna dan arsiran. Gelap terang disebut dengan helptoon.
e. Baris
f. Warna
- Primer; merah, kuning, biru
- Sekunder; ungu, oranye
- Tertier; coklat, abu-abu, youker (kuning tana), hitam
Warna terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya :
- Warna romantic; biru,biru tua, biru kehijauan, merah, merah kehitaman.
Warna dingin (Kesan); biru, hijau.
- Warna panas; merah kuning.
- Warna hangat; ungu, oranye.
Dalam setiap warna, memiliki arti tersendiri atau makna filosofi. Jika warna putih dicampur abu-abu disebut dengan TIN. Sedangkan warna dicampur dengan abu-abu disebut SHADE.
4. Gaya Seni Rupa
a. Modern : surealis, naturalis
b. Klasik : Borobudur, Temporer, Prambanan
c. Primitive : sederhana
5. Kaidah Seni Rupa
a. Proporsi (Perbandingan) yaitu unsure kesebandingan ideal yang dapat dicerap oleh persepsi pengamat sehingga terjadi keseimbangan harmonis objek gambar.
b. Tekstur (nilai rabaan)
- Kasar
- Halus
- Sedang
Dalam tekstur juga ada macam-macam lainnya :
- Semu
- Nyata
c. Komposisi adalah perbandingan objek benda dengan bidang gambar. Bidang gambar adalah tempat menggambar. Bidang gambar contohnya buku gambar, kaca, tembok.
d. Balance (Keseimbangan) yaitu pengaturan unsure-unsur seni yang dapat menciptakan suatu perbandingan dan intensitas sebanding yang bertitik pusat pada suatu tempat sehingga terdapat keseimbangan dari unsure-unsur yang digunakan.
e. Unity (kesatuan) merupakan unsure-unsuer seni yang dimanfaatkandalam suatu karya, terkait dalam kaidah-kaidah yang menimbulkan suatu ketergantungan.
f. Rytme (Irama) adalah pengulangan unsure-unsur secara konstan (teratur, continue, rutinitas) dan terjadinya suatu proses perubahan atau perpindahan unsure-unsur yang tidak begitu jelas.
g. Point of Interes (pusat perhatian) secara menyeluruh dan keutuhan karya terdapat unsure seni yang sengaja diperkuat intensitasnya dan memberikan suatu unsure pusat perhatian yang dapat mendominasi dari unsure keseluruhan dan tidak mengganggu kesempurnaan.
h. Harmoni (keselarasan) dan tidak saling tenggelam dan menonjol.
B. Berkreasi Seni Rupa Murni Yang Dikembangkan Dari Unsur Seni Rupa Nusantara
1. Melukis
Kegiatan melukis adalah kegiatan paling popular dalam seni rupa, melebihi kegiatan seni rupa lainnya. Namun demikian, sering kali orang merasa tidak mampu atau tidak memiliki bakat untuk melukis. Seni lukis adalah suatu kegiatan untuk menuangkan ide-ide atau gagasan/ membubuhkan cat diatas bidang datar yang divisualisasi dengan seni rupa dan kaidah-kaidah seni rupa.
6. Mengenal bahan dan teknik
Latihan mengenal bahan dan teknik dapat kita lakukan bersama-sama karena bahan, alat, dan teknik sebenarnya dapat dipisahkan. Ada beberapa macam teknik dalam melukis, diantaranya;
- Linear (menggunakan jari)
- Plakat/Ofaque (menggunakan cat poster)
- Pointilis (dengan titik)
- Blok
- Aquares (dengan cat air)
- Gusel dengan cara digosok dengan tangan dan bahan yang dibutuhkan pensil 2B-6B)
7. Gaya Melukis
- Realisme
Karya seni yang diciptakan manusia merupakan manifestasi ungkapan perasaan/emosi manusia. Penciptaan karya seni dihubungkan dengan karakter kejiwaan manusia seperi perasaan suka, senang, ceria, sedih, sakit, duka cita, dan sebagainya.
Sedangkan Seni sebagai ekspresi dalam konsep pendidikan seni merupakan pendidikan seni rupa dalam pendidikan sebagai penghalus rasa dan pendidikan emosi. Dalam berkarya seni, emosi disalurkan ke dalam wujud yang memiliki nilai ekspresi komunikasi. Kegiatan penguasaan dan penyaluran ekspresi tadi akan berjlan dengan baik jika proses ekspresi sering dilakukan.
Betapa pentingnya seni sebagai hasil cipta manusia, yang sewajarnya harus terus diajarkan di dalam pendidikan formal. Baik dari tingkat Taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi. Pembelajaran seni di sekolah atau madrasah jangan dianggap pelajaran pelengkap. Tentu ini menjadi tugas lembaga pendidikan dan para pengajar tentunya.
A. Memilih Unsur Seni Rupa Nusantara Untuk Dikembangkan Menjadi Karya Seni Rupa Murni
1. Bahan Seni Rupa Nusantara
Seni rupa nusantara tidak hanya memiliki keragaman corak, tetapi juga memiliki keragaman bahan, yang digunakan. Keragaman bahan ini dapat berpengaruh terhadap teknik yang digunakan.
Nusantara memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Kekayaan alam tersebut dapat dimanfaatkan dalam berkarya seni rupa. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila terdapat keragaman dalam bahan yang digunakan untuk karya seni rupa. Contohnya, bahan yang digunakan dalam seni lukis tidak hanya satu jenis, tetapi bermacam-macam, seperti cat air, cat kayu, pensil warna, krayon, konte atau pastel. Selain itu, medianya pun tidak hanya satu jenis, tetapi dapat menggunakan kertas, kain ataupun kaca.
2. Teknik Seni Rupa Nusantara
Keragaman bahan yang digunakan mengakibatkan munculnya berbagai teknik dalam berkarya seni rupa di nusantara. Berikut ini beberapa teknik yang digunakan untuk berkarya seni rupa di nusantara.
a. Teknik ukir/ teknik pahat merupakan teknik berkarya seni rupa dengan cara membentuk dan mengurangi bahan yang diukir dengan menggunakan peralatan ukir yaitu tatah ukir.
b. Teknik lukis merupakan teknik berkarya seni rupa dengan cara melukis, yaitu membuat gambar dengan menggunakan pensil, pulpen, kuas, dan sebagainya.
c. Teknik tenun merupakan teknik pembuatan kain tenun dengan cara menganyam. Teknik tenun hampir sama dengan teknik menganyam.
d. Teknik membentuk yaitu membuat karya seni rupa dengan media tanah liat. Pembuatan dengan teknik membentuk adalah dengan cara menbentuk tanah liat tersebut menjadi bentuk yang diinginkan.
e. Teknik cor merupakan pembuatan karya seni rupa dengan menggunakan cetakan atau di cor. Bahan terlebih dahulu dibuat adonan, kemudian dicor dan dituang kedalam cetakan.
f. Teknik anyam merupakan teknik membuat karya seni rupa dengan menganyam. Teknik anyam tidak menggunakan alat tetapi mengandalkan keterampilan tangan.
g. Teknik batik merupakan teknik memberi hiasan atau motif pada kain dengan cara memberi gambar dengan lilin panas atau malam. Alat yang digunakan adalah canting.
3. Unsur-Unsur Dalam Seni Rupa
a. Titik (awal dan akhir dari sebuah baris)
b. Garis (kumpulan dari titik)
- Garis lurus
- Garis lengkung
c. Bidang (pertemuan antara ruang)
d. Bayang-bayang
- Bayang-bayang sendiri
- Bayang-bayang langkah
Gelap terang bisa dihasilkan dari warna dan arsiran. Gelap terang disebut dengan helptoon.
e. Baris
f. Warna
- Primer; merah, kuning, biru
- Sekunder; ungu, oranye
- Tertier; coklat, abu-abu, youker (kuning tana), hitam
Warna terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya :
- Warna romantic; biru,biru tua, biru kehijauan, merah, merah kehitaman.
Warna dingin (Kesan); biru, hijau.
- Warna panas; merah kuning.
- Warna hangat; ungu, oranye.
Dalam setiap warna, memiliki arti tersendiri atau makna filosofi. Jika warna putih dicampur abu-abu disebut dengan TIN. Sedangkan warna dicampur dengan abu-abu disebut SHADE.
4. Gaya Seni Rupa
a. Modern : surealis, naturalis
b. Klasik : Borobudur, Temporer, Prambanan
c. Primitive : sederhana
5. Kaidah Seni Rupa
a. Proporsi (Perbandingan) yaitu unsure kesebandingan ideal yang dapat dicerap oleh persepsi pengamat sehingga terjadi keseimbangan harmonis objek gambar.
b. Tekstur (nilai rabaan)
- Kasar
- Halus
- Sedang
Dalam tekstur juga ada macam-macam lainnya :
- Semu
- Nyata
c. Komposisi adalah perbandingan objek benda dengan bidang gambar. Bidang gambar adalah tempat menggambar. Bidang gambar contohnya buku gambar, kaca, tembok.
d. Balance (Keseimbangan) yaitu pengaturan unsure-unsur seni yang dapat menciptakan suatu perbandingan dan intensitas sebanding yang bertitik pusat pada suatu tempat sehingga terdapat keseimbangan dari unsure-unsur yang digunakan.
e. Unity (kesatuan) merupakan unsure-unsuer seni yang dimanfaatkandalam suatu karya, terkait dalam kaidah-kaidah yang menimbulkan suatu ketergantungan.
f. Rytme (Irama) adalah pengulangan unsure-unsur secara konstan (teratur, continue, rutinitas) dan terjadinya suatu proses perubahan atau perpindahan unsure-unsur yang tidak begitu jelas.
g. Point of Interes (pusat perhatian) secara menyeluruh dan keutuhan karya terdapat unsure seni yang sengaja diperkuat intensitasnya dan memberikan suatu unsure pusat perhatian yang dapat mendominasi dari unsure keseluruhan dan tidak mengganggu kesempurnaan.
h. Harmoni (keselarasan) dan tidak saling tenggelam dan menonjol.
B. Berkreasi Seni Rupa Murni Yang Dikembangkan Dari Unsur Seni Rupa Nusantara
1. Melukis
Kegiatan melukis adalah kegiatan paling popular dalam seni rupa, melebihi kegiatan seni rupa lainnya. Namun demikian, sering kali orang merasa tidak mampu atau tidak memiliki bakat untuk melukis. Seni lukis adalah suatu kegiatan untuk menuangkan ide-ide atau gagasan/ membubuhkan cat diatas bidang datar yang divisualisasi dengan seni rupa dan kaidah-kaidah seni rupa.
6. Mengenal bahan dan teknik
Latihan mengenal bahan dan teknik dapat kita lakukan bersama-sama karena bahan, alat, dan teknik sebenarnya dapat dipisahkan. Ada beberapa macam teknik dalam melukis, diantaranya;
- Linear (menggunakan jari)
- Plakat/Ofaque (menggunakan cat poster)
- Pointilis (dengan titik)
- Blok
- Aquares (dengan cat air)
- Gusel dengan cara digosok dengan tangan dan bahan yang dibutuhkan pensil 2B-6B)
7. Gaya Melukis
- Realisme
Karya seni yang diciptakan manusia merupakan manifestasi ungkapan perasaan/emosi manusia. Penciptaan karya seni dihubungkan dengan karakter kejiwaan manusia seperi perasaan suka, senang, ceria, sedih, sakit, duka cita, dan sebagainya.
Sedangkan Seni sebagai ekspresi dalam konsep pendidikan seni merupakan pendidikan seni rupa dalam pendidikan sebagai penghalus rasa dan pendidikan emosi. Dalam berkarya seni, emosi disalurkan ke dalam wujud yang memiliki nilai ekspresi komunikasi. Kegiatan penguasaan dan penyaluran ekspresi tadi akan berjlan dengan baik jika proses ekspresi sering dilakukan.
Betapa pentingnya seni sebagai hasil cipta manusia, yang sewajarnya harus terus diajarkan di dalam pendidikan formal. Baik dari tingkat Taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi. Pembelajaran seni di sekolah atau madrasah jangan dianggap pelajaran pelengkap. Tentu ini menjadi tugas lembaga pendidikan dan para pengajar tentunya.
KOMUNIKASI KONSEP DASAR SENI
Konsep Dasar Pendidikan Seni di Pendidikan Formal
Konsep dasar pendidikan seni pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu seni dalam pendidikan dan pendidikan melalui seni.
Konsep Pertama : Seni dalam Pendidikan
Pada awalnya dikemukakan oleh golongan esensialis yang mengganggap bahwa secara hakiki materi seni penting diberikan kepada anak. Menurut konsep ini, keahlian seni seperti melukis, menyanyi dan sebagainya perlu diajarkan kepada anak dalam rangka pengembangan dan pelestariannya. Artinya seni harus diwariskan melalui lembaga pendidikan termasuk pendidik. Konsekuensi ini tentunya menuntut tenaga pendidik atau guru yang menguasai sepenuhnya dalam bidang kesenian.
Konsep Kedua : Pendidikan Melalui Seni
Konsep ini dipopulerkan oleh Herbert Read dalam Education Truought Art. Berdasarkan pandangan ini, seni dilihat sebagai sarana atau alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan bukan tujuan seni itu sendiri. Konsep Pendidikan Melalui Seni inilah yang dianggap paling sesuai untuk diajarkan atau diselenggarakan di sekolah umum, khususnya pada tingkat dasar dan prasekolah. Penerapan konsep Pendidikan Melalui Seni ini akan menekankan pada “proses” daripada “ hasil”.
Seni digunakan dalam pembelajaran di sekolah untuk mendorong perkembangan peserta didiknya secara optimal, menciptakan keseimbangan rasional dan emosional. Pendidikan melalui seni pada hakekatnya merupakan proses pembentukan manusia melalui seni. Pendidikan seni secara umum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan setiap peserta didik menemukan pemenuhan dirinya (personal fulfillment) dalam hidup.
Idelanya pendidikan mengajarkan anak-anak bagaimana menjadi merdeka ketika mereka berada dalam lingkungan yang terproteksi seperti dirumah dan disekolah misanya. Pengalaman disekolah diharpkan dapat memberi inspirasi yang berguna bagi mereka untuk melanjutkan pendidikannya hingga menjadi orang dewasa. Tujuan pendidikan melalui program seni akan memilihara prilaku tersebut sehingga menjadi lebih eensial membentuk kemandirian anak sebagai pembelajar seuur hidup.
Aplikasi Konsep Seni dalam Konsep Pendidikan Seni
Ada dua cara pengkonsepsian seni, yaitu : Pengkonsepsian atas dasar karya seni dan pengkonsepsian atas dasar modus seni. Cara pengkonsepsian seni yang berdasarkan karya seni dalam perkembangannya di masyarkat menghasilkan
1. Seni sebagai keindahan
2. Seni sebagai hiburan
3. Seni sebagai media komunikasi
Sementara itu seni atas dasar modus kreasi menghasilkan
1. Proses kreasi dengan modus imitasi
2. Proses kreasi dengan modus ekspresi
Seni sebagai Keindahan
a. Konsep Seni : Seni sebagai keindahan
Defisini seni yang sering kita dengar, orang secara umum juga tidak jarang yang masih mengatakan bahwa seni adalah segala keindahan yang dicipakan manusia. Hal ini sejalan dengan kajian seni secara etimologis bahwa kata seni dalam bahasa sanskerta disebut cilpa (kata sifat yang berarti berwarna), dan kata jadiannya sucilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihiasi dengan indah.
Hubungan seni dan keindahan sangat jelas, terutama ditinjau dari sudut kebentukan karya seni itu. Seonggok sampah pun jika ditata sedemikian rupa dan ditempatkan pada media atau ruang dengan komposisi tertentu juga akan memerikan nilai estetis karya yang disajikan tersebut.
Keindahan itu apa? Jika kita mempersoalkan keindahan, The Liang Gie mengemukanan teori keindahan yaitu teori keindahan subjektif dan teori keindahan objektif.
Teori keindahan subjektif adalah karya seni rupa itu menimbulkan rasa puas, nikmat, kagum, dan indah menurut perasaan seseorang. Hal ini akibat dari stimulus yang dipancarkan dari karya seni yang merespon pengamat yang menyentuh perasaannya.
Menurut teori keindahan subjektif, indah itu terletak pada diri yang melihat.
Sementara Teori keindahan Objektif memandang bahwa keindahan sebgai suatu kesan yang terdapat pada benda-benda atau karya seni rupa dengan ciri-ciri, kualitas, dan sifat keindahan yang dihasilkan dari suatu kesaatuan unsur seni yang tampak pada benda tersebut.
b. Konsep Pembelajaran Seni: seni Sebagai Keindahan.
Pada dasarnya proses pembelajaran Pendidikan Seni (istilah sekarang Pendidikan Seni Budaya) merupakan proses untuk menmbah pengalaman sisa terghada[p pengalaman estetik. Melalui kegiatan belajar, para siswa dapat melakukan pengamataan secara seksama. terhadpa objek yang diamati berdarkan minat dan kesukaanya. Objek yang diamati sangatlah beragam mulai dari benda-benda disekitar sekolah sampai benda-benda yang berada di rumahnya. Proses kegiatan pembelajaran dalam membina siswa untuk menguasai seni dan keindahan dapat dimulai dengan melakukan pengamatan langsung terhadap keindahan alam disekitar. Dari benda-benda yang diamatinya, mereka diarahkan untuk memilih objek yang memiliki cita rasa keindahan berdasrkan pengalamnnya., kemudian dari benda-tersebut pada siswa diajak secar langsung untuk memproduksi karya seni dari benda-benda tersebut menjadi karya seni.
Pengalam dalm proses kreasi melalui pemanfaatan alam memberi manfaat untuk meningkatkan kemampuan teknis siswa dalamberkarya. Selain itu mereka juga secar tidak langsung akan merasa dilatih untuk mencintai lingkungan seta mengetahui cara pemanfaatannya.
Jenis-jeins kegiatan untuk melatih kepekaan rasa keindahan akan rasa keindahan dari pemanfaatan alam di antaranya :
1. Membuat karya mozaik dan kolase dari bahan biji-bijian, batu-batuan dan benda lain yang ada di alam sekitar siswa.
2. merancang ornamen hias nusantara untuk menghiasi benda tiga dimensi.
3. Membuat benda hias interior seperti keramik, anyam, tenun, makrame, relief, ukiran dan sebagainya.
Seni sebagai Hiburan
Pada umumnya orang cenderung menyukai akan kesenangan. Salah satu aspek dalam kehidupan kita yang memiliki sifat menyenangkan adalah bidang kesenian. Dalam konsep pembelajaran seni sebagai hiburan pelaksanaan seni budaya dalam kontek pendidikan formal berfungsi sebagai penyeimbang antara pembinaan potensi logika, etika dan estetika.
Sudah sewajarnya pelakanaan pendidikan seni diupayakan untuk menciptkan kondisi yang menyenangkan sehingga memberikan pengalaman hiburan.Suasana ini akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan siswa ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam praktek pembelajran seni sebagai media hiburanini, sebaiknya guru mempertimbangkan
1. Topik yang akan disajikan dalam proses pembelajaran dupayakan dipilih berdasarkan mintat dan kesenangan anak dan jenis kelamin
2. Berikan siswa untuk memilih objek yang menyenangkan untuk disajikan materi bahan ajar.
3. Berikan kesempatan siswa untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok.
4. ciptakan suasana yang harmonis melalui kegaitan kerjasama/kerjakelompok melalui menyelenggarakan pameran atau pertunjukan.
5. Berikan kesempatan anak untuk ikut merasakan manfaat secara langsung dari proses pembelajaran sehingga kegiataan pembelajaran yang dilakukan memberi manfaat kepada perkembangan dirinya.
6. Berikan kesempatan kepada anak untuk mengkomunikasikan pengalaman yang menyenangkan atau mengesankan baik secara lisan maupun tulisan.
Seni Sebagai Media Komunikasi
Salah satu hasil karya seni rupa yang sering kita jumpai dalam kegiatan komunikasi adalah poster. Media ini dirancang dengan tujuan untuk mempengaruhi masyarakat yang melihat harya tersebut. Poster pada umumnya digunakan sebagai media penyampaian pesan pendidikan, agama, sosial dan sebagainya.
Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga dapat menggerakan jiwa perasaan manusia yang lain, yang menikmati karya seni tersebut.
Konsep pendidikan seni seni sebagai media komunikasi mengandung maksud bahwa melalui proses pembelajaran seni, siswa dilatih untuk menggunakan seni ini sebagai media penyampaian pesan. Dalam kehidupan anak-anak, goresan atau jejak gambar anak-anak memiliki ungkapan komunnikasi.
Jenis-jenis kegiatan pembelajran untuk memfungsikan seni sebagai media komunikasi di antaranya:
a. Merancang dan membuat poster baik poster sosial maupun komersial
b. Belajar menggambar karakter anatomi manusia baik secara realistis maupun secara kartunis. Pengalaman ini akanmemekali mereka untuk mampau menggambarkan suasana kejiwaaan manusia yang menjadi objek gambarnya.
c. Memperlajari tipografi dan karakter huruf dalam proses perancangan dan pembuatan poster, spanduk, leafet, kartu undangan, kartu hari raya, dan sebagainya. Melalui kegiatan ini akan memiliki kompetensi pemilihan dan penataan unsur visual sebagai alat untuk komunikasi.
d. Mengetahui dan mengenal psikologis warna-warna. Melalui kegiatn ini mereka akan mamapu mempertimbangkan pemilihan dan penataan warna yang tepat berdasarkan tujuan dan sasarannya.
Seni Sebagai Imitasi.
Konsep seni, seni sebagai imitasi maksudnya bahwa perkembangan seni merupakan bentuk tiruan yang ada di alam. Manusia berusaha meniru semirip mungkin. Namun dalam perkembangan berikutnya anggapan ini mengalami perubahan. Seniman menggambarkan fenomena alam ini tidak lagi menggambarkan sesuatu yang mirip, namun sudah ada upaya perubahan, misalnya dengan deformasi, abstraksi dan stilasi.
Konsep seni sebagai imitasi dalam Konsep Pendidikan Seni ini maksudnya kegiatan meniru merupakan potensi natural yang dimiliki oleh setiap orang, termasuk peserta didik. Kebiasaan ini memberikan manfaat kepada siswa untuk melakukan pengulangan prilaku dalam merespon suatu objek
SEJARAH SENI RUPA BARAT
Gaya Klasik (Romawi)
Sebelum berdirinya Kerajaan Romawi, Italia Tengah didiami oleh bangsa Etruska. Kebudayaan bangsa ini banyak sekali dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani ketika bangsa ini menduduki Italia. Pengarang Romawi, Vitruvius menceritakan bahwa dalam seni bangunan, terutama kuil-kuil, banyak sekali kelihatan pengaruh tersebut. Kuburan-kuburan dibangun menyerupai cugung Yunani dan pada bagian bawah, yakni di dalam tanah dibuat seperti ruang-ruang jenazah orang Mesi Dalam membangung keperluan-keperluan yang langsung dipergunakan, seperti jembatan-jembatan dan gerbang-gerbang kota, mereka memakai bentuk-bentuk lengkung dan relung-relung yang menurut dugaan para ahli adalah tiruan dari bangunan relung Mesopotamia, pengaruh yang dibawa oleh pelaut-pelaut Fenisia.
Seni lukis Romawi dapat dijumpai di dalam rumah-rumah bangsawan di kota Pompei. Lukisan ini merupakan lukisan dinding dari kapur lembab (fresco).
Ciri-ciri yang jelas adalah unsur-unsur perspektif yang dikemukakan yang bertentangan atau berlawanan dengan pengertian hiasan datar. Oleh karena itu lukisan ini membawa efek lain, yaitu tidak seperti kita melihat dinding yang digambari, melainkan melihat pemandangan alam yang sebenarnya. Kadang-kadang bagian yang kecil dari tembok dilukisi dengan cerita-cerita mitos yang mengesankan lukisan dinding (mural).
Di dalam istana-istana Rordapat juga lantai-lantai dalam bentuk mozaik yang memperlihatkan suasana ilusionis disebabkan unsur perspektif serta gelap dan terang dipergunakan. Contoh yang indah adalah suatu mozaik lantai yang menggambarkan pertempuran Iskandar Agung melawan orang Persia, yaitu pertempuran dekat Issus.
Demikianlah karya-karya seni lukis Romawi yang dianggap mengikuti jejak seni lukis Yunani.
Gaya Nasrani Kuno
a. Zaman Katakomba
Sesuatu yang tak kalah pentingnya dengan liang-liang katakomba dan ruang-ruang ibadat ialah tulisan-tulisan pada kuburan-kuburan dan kisah-kisah yang dilukiskan pada dinding dan langit-langit. Tulisan-tulisan merupakan ucapan-ucapan hormat dan cinta kasih kepada yang meninggal. Semua lukisan merupakan hiburan dan pendorong bagi yang hidup. Semua lukisan menggambarkan kebangunan-kebangunan di dalam kuburan dan pertolongan-pertolongan ajaib (mukjizat) dari siksaan dan malapetaka. Kebangkitan Lazarus, hikayat Yunus dengan ikan paus, Daniel di liang singa, Suzanna dan orang tua, tentang tiga orang laki-laki dalam api pembakaran, Nabi Nuh dengan kapalnya, hikayat Nabi Musa dan sebagainya. Ada pula lukisan-lukisan orang-orang yang telah mati sedang bersembahyang di sorga atau sedang menikmati hidangan yang lezat-lezat.
Karya seni lukis Nasrani Kuno ini tampaknya memang masih sangat dipengaruhi seni lukis Romawi. Maka tidak jarang lukisan Nabi Isa yang terdapat dalam Katakomba dibuat seperti Orpheus yang dengan nyanyiannya menjinakkan binatang buas. Makhluk dalam kisah Andromeda dilukiskan sebagai ikan paus dalam hikayat Yunus, peti kepunyaan Danae sebagai kapal Nabi Nuh. Burung bangau dalam mitos Yunani ditiru sebagai lambang keabadian, dan burung nuri sebagai lambang kebangkitan. Roh-roh dilukiskan sebagai Dewi Psyche Yunani, dewi cinta sebagai Eros, bidadari sebagai cupido bersayap, dan kebahagiaan di sorga digambarkan sebagai orang-orang yang muda belia dan sebagainya.
Di samping itu muncul pula gambar-gambar motif Nasrani asli yang murni. Lambang-lambang ini dipilih demikian rupa sehingga oleh orang-orang Nasrani yang percaya dan beriman dapat dipahami, seperti pelepah pohon zaitun, pelepah pohon palma, perahu, jangkar, pohon anggur, ikan, anak domba, burung dara, huruf dan monogram.
Jika kepercayaan Romawi dalam menanggapi suatu benda hanya lahiriahnya saja, tidak memberikanarti rohaniah, maka kaum Nasrani sebaliknya. Mereka mempercayai akan adanya pembalasan, sahid, kemenangan, serta pahala; mempercayai lambang-lambang Sakramen Nasrani serta Nabi Isa.
Lukisan-lukisan di dalam Katakomba bukanlah dimaksudkan sebagai lukisan yang menggambarkan keadaan sehari-hari, melainkan selalu membawakan pengertian keagamaan, pengertian akan hari akhirat.
b. Zaman Basilika
Dalam tahun 313 Kaisar Konstantin memberi kebebasan kepada kaum Nasrani untuk menjalankan siar agamnya (undang-undang Milano). Dan dalam tahun 380 Kaisar Theodosius mengeluarkan pengumuman, bahwa agama Nasrani telah dijadikan agama negara. Sejak saat itu kesenian Nasrani dapat berkembang dengan leluasa.
Di bidang seni lukis, lukisan-lukisan dinding merupakan teknik mozaik yang oleh bangsa Romawi dalam zaman berhala sudah dikerjakan pada lantai-lantai istana. Seniman-seniman Nasrani lebih pandai dalam mengatur warna dan lebih cepat dapat memberi efek berkilau-kilauan dengan mempergunakan kepingan-kepingan pualam berwarna atau beling-beling yang bercat perada. Terutama warna emas latar belakang yang disapu dnegan perada, amat kemilau tampaknya, sehingga dikatakan “mozaik emas”. Kecuali perbedaan warna serta bahan yang dipergunakan, seni mozaik Nasrani Kuno sama dengan karya orang Romawi, sama dalam kebebasan komposisi, efek warna, dan cahaya serta bayangan, dan sebagainya. Contoh-contoh yang indah adalah mozaik-mozaik di makam Galla Placidia di Ravenna.
c. Zaman Byzantium
Keping-keping (panel) kecil terbuat dari papan atau tembaga yang dilukisi, disebut ikon, banyak dijumpai. Tetapi sebagian besar telah hancur dan binasa. Sebagai ciri khusus, tampak kekasaran dalam gaya. Garis-garis lurus pada kerut-kerut pakaian, sikap yang tegak, wajah yang kaku, dan tidak banyak meniru alam sesungguhnya. Ciri-ciri ini terdapat juga pada karya-karya gambar cat kaca dan mozaik-mozaik. Mozaik-mozaik di Aya Sophia oleh orang Turki telah dilabur, yang tadinya adalah hasil kesenian yang amat indah.
Setelah Kaisar Theodorik meninggal, Kaisar Justinianus memerintahkan menyelesaikan gereja-gereja yang terbengkalai di Ravenna. Kemudian disuruhnya pula membuat mozaik yang menggambarkan baginda dengan permaisuri diiringi seisi istana. Raja dan ratu tampak memakai nimbus sebagai mahkota. Dalam barisan yang lurus tampak iring-iringan berjalan bersisi-sisian. Pad agambar-gambar suci, baik kerut-kerutan pakaian, sikap dan roman muka, tampaknya amat serupa, sehingga kelihatannya seperti hiasan yang bermotif itu-itu juga atau diulang-ulang, tidak merupakan gambar-gambar daripada orang-orang yang berlainan. Cara yang kasar dan kaku ini adalah ciri khas seni Bizantium yang berkesan dekoratif.
Gaya Romanesk (Romanisme)
Peradaban orang Eropa Utarajauh terbelakang dibandingkan dengan peradaban orang Bizantium dan Romawi. Perpindahan penduduk secara besar-besaran dan berakhirnya kekuasaan Kekaisaran Romawi menyebabkan terhentinya peradaban di Eropa Utara, yang sesungguhnya baru mulai ditingkatkan oleh orang Romawi. Ada juga rahib-rahib dari gereja Benendikta pada abad ke-8 yang berusaha membawa peradaban ke utara, yang disokong oleh Karel Agung. Usaha itu banyak membawa kemajuan, tetapi kemudian hancur pula oleh peperangan-peperangan yang dilakukan oleh turunan Karel Agung sendiri. Dan dengan adanya penyerbuan bajak-bajak laut Norwegia pada tahun 800-1000, diganyang pula sisa-sisa yang masih ada. Maka hancurlah kebudayaan Eropa.
Keadaan pada abad ke-9 dan ke-10 sedemikian bergolaknya, sehingga ilmu pengetahuan dan kesenian hanya dapat berkembang di biara-biara saja. Maka taklah dapat disangkal, kalau abad ke-10 itu dinamakan orang “Abad Besi”.
Setelah berlalu tahun 1000, kemajuan-kemajuan mulai terlihat. Usaha ini pada masa itu hanya dipimpin oleh kaum agama. Oleh sebab itu kesenian pada abad tersebut amat dipengaruhi oleh suasana keagamaan. Usaha-usaha dalam berbagai bidang pun mulai bergerak cepat.
Tentang bangunan-bangunan atau kesenian profan belum menjadi persoalan dan tidak pernah dipikirkan.
Seni lukis Zaman Romanesk hanya terbatas pada lukisan di atas kertas perkamen sebagai ilustrasi buku yang ditulis dengan tangan. Lukisan-lukisan dinding pada gereja-gereja Romaneska yang gelap boleh dikatakan sedikit sekali. Lukisan-lukisan dalam bentuk keping-keping (panel) dapat dikatakan tidak ada sama sekal.
Apa yang terlihat dalam seni patung, maka pada seni lukis demikian pula. Penggambaran senantiasa lebih mengutamakan cita agama daripada kenyataan duniawi. Jadi, kesenian hasil seni Romanesk disebut ideoplastis. Pengertian yang dikandung lebih diutamakan daripada bentuk. Tuhan dan agama menjadi pusat kegiatan mencipta.
Penjelmaan lain dari bentuk alam adalah ciri yang menonjol dari gaya Romanesk, sama kuatnya di bidang seni patung dan seni lukis. Unsur perspektif tidak ada. Warna terdapat pada bidang rata, sehingga mengesankan karya dekoratif sesuai dengan bentuk miniaturnya. Demikian pula dengan seni mosaik, kaca patri pada jendela-jendela memberikan kesan yang serupa. Jadi, pada lukisan tidak terdapat perspektif bentuk maupun perspektif warna.
Gaya Gotik
a. Seni Lukis Kaca
Seni kaca jendela yang tertua menunjukkan dibuat pada abad ke-12. Kaca-kaca berwarna dipotong-potong menurut bentuk yang telah ditentukan, lalu disambung-sambung dengan patrian. Kecuali timah-timah, dipakai juga besi sebagai bingkai untuk penahan tekanan angin. Jendela-jendela dibagi pula atas petak-petak yang sama dan tiap-tiap petak mempunyai gambar sendiri-sendiri. Tetapi ada juga jendela-jendela yang keseluruhan bidangnya merupakan sebuah lukisan. Palang-palang besi bingkai dipasang membelah-belah lukisan.
Seni lukis kaca yang demikian ini tidak dapat dibuat orang lagi sesudah abad ke-12,13. Sebabnya justru karena hasil dari teknik yang belum sempurna, penuh dengan susunan kaca yang tidak sama jenisnya, itulah yang menimbulkan efek yang kemilau. Sebenarnya karya ini merupakan mozaik kaca.
Jendela-jendela Chartres yang termasyur adalah karya-karya Gotik masa permulaan perkembangannya, yakni karya abad ke-12 dan permulaan abad ke-13.
b. Lukisan Dinding dan Lukisan Panel
Pada zaman Romanesk seni lukis terbatas pada pelukisan-pelukisan miniatur. Pada zaman permulaan Gotik hampir tidak berbeda hanya gayanya lebih menggambarkan corak “fisioplastis” (meniru bentuk alam), yakni menekankan pada lahiriah.
Sesudah tahun 1300 barulah terdapat lukisan-lukisan pada kepingan (panel) atau lukisan di tembok-tembok. Tetapi orang menganggap para ahli agak keberatan untuk memasukkannya ke dalam golongan karya Gotik, karena di Italia Gotik kurang mendapat penghargaan.
Pelopor fisioplastis adalah Cimabue (± 1240 – 1300). Yang dapat dikatakan sealiran, meskipun baru dalam taraf permulaan, adalah Duccio. Murid Cimabue yang menjadi terkenal ialah Giotto (1260 – 1330). Meskipun Gotto ini melukis keadaan alam seperti kenyataannya, tetapi tidak jarang ia melukis menurut perasaan-perasaannya. Untuk mendapat efek warna, gambar kuda diberinya warna merah, pohon-pohon biru, dan sebagainya. Perspektif juga diabaikan dengan tujuan untuk mendapatkan efek yang lebih memuaskan.
Pelukis besar pada zaman Gotik ini ialah pelukis Belanda, Jan van Eyck. Dan yang terakhir termasuk besar pula adalah Jeroen Bosch (± 1450 – 1516). Meskipun masa kerjanya terus sampai ke abad ke-16, tetapi ia masih tergolong seniman akhir zaman tengah.
Perbedaan Jeroen Bosch dengan pelukis-pelukis lainnya ialah, jika pelukis-pelukis lain melukiskan tema-tema agama dalam unsur kesucian, seperti pahala, bidadari, dan sebagainya, Bosch sebaliknya. Ia melukiskan tema-tema agama dalam bentuk unsur-unsur dosa, neraka, iblis, kedurhakaan dan lain-lain. Dialah pelukis besar penutup zaman tengah.
Akhir zaman tengah ini melahirkan pelukis-pelukis terkenal, dari Perancis Jean Fouquet (1415–1485),Jerman mempunyai Stephan Lochner (± 1400 – 1452),Martin Schongauer (1455–1491), Michael Wolgmunt (1434–1519), dan Belanda Comelis Engebrechtsz (1468–1533).
Renaissance
Aliran Renaissance adalah suatu aliran baru yang lahir di Italia. Bermula pada abad ke-15 dan mencapai puncaknya pada abad ke-16. kota yang terkenal tempat berpusatnya aliran ini adalah Florence.
Renaissance berarti kelahiran baru, suatu pandangan hidup yang merupakan sanggahan bagi Zaman Tengah. Untuk mengetahui dan menelaah aliran Renaissance dan sebab-sebab adanya kelahiran baru ini, hendaklah kita menoleh kembali, ke abad-abad sebelumnya, terutama ke Zaman Tengah.
Sebabnya periode ini dinamakan kelahiran baru, karena pada abad-abad sebelumnya, apa-apa yang lahir baru ini sudah lahir juga pada masa itu. Hanya saja karena pada abad-abad yang lalu itu apa-apa yang lahir itu tidak atau belum mendapat perhatian, bahkan mendapat tekanan. Maka pada permulaan abad ke-15 ia lahir kembali, akan tetapi tidak berarti bahwa ia tidak mendapat tantangan atau halangan-halangan pula. Halangan-halangan dan rintangan tetap ada.
Sebagai contoh bahwa pada permulaan abad ke-15 ini paham Renaissance masih keras ditentang, terjadi pada diri Bruno (1548 – 1600). Ia dihukum bakar karena mengemukakan pahamnya yang dianggap menentang agama Nasrani. Demikian juga dengan Galileo (1564 – 1642), ahli ilmu falak dan filsuf utama yang dihukum penjara dengan tidak ditentukan lamanya, jadi rintangan itu masih ada dan sama benar dengan peristiwa yang menimpa diri Socrates (470 – 400 SM). Ia dihukum mati (minum racun) karena ia telah berani menurunkan filsafat dari langit ke bumi. Jadi, apa yang dilakukan oleh Socrates, filsuf besar itu, belum mendapat sambutan yang baik atau tidak ditampatkan pada tempat yang sewajarnya. Hal ini masih terjadi pada Zaman Renaissance ini. Jadi nyatlah bahwa rintangan itu masih ada, hanya saja desakan serta nafas zaman ini lebih memberi kesempatan untuk menanggapi segala buah pikiran dan penemuan-penemuan baru.
Sejarah seni rupa tidak terlepas dari perkembangan sejarah dunia. Sejarah dunia dibagi atas 4 bagian, yaitu:
1. Zaman Kuna : dari ± 4000 sebelum tarikh Masehi, sampai 476 sesudah tarikh Masehi, yaitu jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat;
2. Zaman Tengah : dari 476 – 1492, yaitu sampai ditemukannya Benua Amerika;
3. Zaman Baru : dari 1492 – 1789, yaitu sampai Revolusi Perancis;
4. Zaman Modern : dari 1789 – sekarang;
Maka sejarah seni rupa termasuk pada bagian-bagian tersebut denagn periodenya masing-masing.
Zaman Prasejarah termasuk dalam golongan ke-1, yaitu Zaman Kuna. Kemudian disusul dengan Zaman Mesir, Babilonia, Asiria, Persia, Yunani dan Romawi, yang semuanya tergolong Zaman Kuna.
Dari ± 500 s/d ± 1000 disebutkan masa pembentukan. Tahun ± 1000 s/d 1300 disebutkan masa berkembang (gemilang), dan 1300 s/d 1500 disebut masa kemunduran. Inilah yang termasuk dalam Zaman Tengah.
Dari ± 1500 ialah Zaman Renaissance, yang sesungguhnya masa pembentukkannya telah dimulai ± 1420. Aliran Renaissance ini dilanjutkan dengan aliran Barok hingga akhir abad ke-18.
Dari akhir abad ke-18 sampai sekarang ini termasuk Zaman Modern yang melahirkan aliran-aliran seni rupa modern, seperti Impresionisme, Ekspresionisme, Kubisme, Dadaisme, Futurisme, dan lain-lain.
Mengapakah Renaissance justru lahir di Italia? Sebabnya, oleh karena kebudayaan Romawi yang telah demikian tinggi dan majunya, maka perekonomian dan perdagangan berkembang dengan baik, sehingga melahiorkan golongan-golongan saudagar dan hartawan yang berdiam di bandar-bandar Italia.
Pada Zaman Tengah yang berkuasa adalah kaum agama. Pendeta dan gereja memegang peranan penting dalam politik pemerintah, serta kegiatan seni pada umumnya, dan seni rupa pada khususnya dipengaruhi pula oleh cara berpikir dan suasana masyarakat dewasa ini. Semua kegiatan seni adalah untuk hal-hal yang berhubungan dengan ketuhanan dan kerohanian. Cita rasa, keserasian pandangan menurut estetika Gotik, terlukis pada komposisi yang menjulang ke atas (vertikalisme), melambangkan keyakinan akan kekuasaan gaib di atas segala-galanya.
Paham Zaman Tengah ini disebut teosentris, oleh karena segala kegiatan dipusatkan kepada Tuhan. Manusia merasa dirinya tidak berdaya, hina papa – segala-galanya adalah kehendak Yang Maha Kuasa.
Dengan timbulnya golongan hartawan yang mempunyai harta benda yang berlimpah-limpah, maka mereka tetap berusaha untuk tetap hidup mewah dan mengumpulkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu, zaman ini disebut juga zaman permulaan kapitalisme.
Golongan hartawan ini tidak berminat lagi untuk menyuruh anak-anak mereka menjadi pendeta atau pahlawan perang. Perhatian mereka mulai ditunjukkan pada hal-hal duniawi dan sifat Renaissance yang mudah dikenal antara lain, ialah ciri-cirinya yang individualistis.
Untuk melaksanakaan keinginan kaum hartawan tersebut, tentulah mereka harus lebih banyak memperhatikan masalah manusia di sekitarnya. Perdagangan dan pelayaran harus diperluas. Terutama ke negeri-negeri timur yang dianggap kaya raya; menurut khayalan orang pada masa itu pantainya berpasirkan intan permata dan berbatukan bungkalan emas.
Untuk mencapai cita-cita ini mereka harus lebih banyak mengenal alam seperti mengenal bumi, bulan serta bintang-bintang di cakrawala guna kepentingan ilmu pelayaran. Juga membiayai usaha-usaha ilmiah seperti penyempurnaan pedoman hingga dapat memperluas dunia pelayaran sampai-sampai ke India (Vasco da Gama 1497) dan ke Amerika (Columbus 1492).
Para sarjana haruis dibantu usahanya semikian juga seniman-seniman yang bekerja untuk memberikan kemewahan, baik dalam seni pakai, seni murni, seni suara, dan musik semuanya mendapat perhatian dan sokongan besar dari para hartawan
Dalam Zaman Renaissance ini kaum cerdik pandai dan seniman mulai mendapat perhatian dan bantuan yang sangat menguntungkan bagi usaha-usaha mereka. Dan kaum hartawan menilai dari segi keuntungan material yang dapat mereka peroleh dengan adanya usaha-usaha membantu kaum cerdik pandai dan seniman.
Pandangan yang tadinya dipusatkan pada masalah ketuhanan, sekarang dibelokkan ke arah pandangan baru, yaitu memusatkan kepada manusia, sehingga aliran ini dikatakan bersifat antroposentris.
Selain dari timbulnya gejala kapitalisme, individualisme, memperbedakan seorang dengan yang lain, sebab yang utama juga ialah karena ada timbul aliran atau paham baru yang menentang agama Katolik – Roma.
Banyak pemimpin agama yang tidak menaati undang-undang atau peraturan gereja, penyelewengan dan korupsi dalam pengangkatan uskup-uskup, dan sebagainya. Maka kekuasaan kaum agama mendapat reaksi besar. Kelanjutannya muncul gerakan Reformasi yang dipimpin oleh Martin Luther (seorang guru besar pada perguruan tinggi di Wittenberg, terkenal dengan Konfesi Augsburg sebagai pengakuan mashabnya). Pandangan baru di kalangan reformasi yang beranggapan bahwa bukan hanya gereja saja sebagai alat satu-satunya untuk dapat menyatukan diri dengan Tuhan, menjadi salah satu unsur pula dalam kelahiran sifat-sifat antroposentris.
Pada gambar-gambar atau lukisan maupun seni pahat serta seni bangunan zaman Renaissance, dapat terlihat cirinya yang nyata melalui hukum naturalisme dan komposisi yang melebar atau horizontal.
Jika dalam karya gotik kita melihat karya yang serba ke atas (vertical), maka karya zaman Renaissance ini kita melihat yang serba melebar (horizontal).
Pengaruh Renaissance dalam seni lukis terlihat pada anatomi, proporsi, perspektif, warna, cahaya, komposisi, dan juga mengenai tema.
Tokoh-tokoh Renaissance :
1. Leonardo da Vinci (1452 – 1519) Karyanya yang terkenal :The Last Supper Monalisa
2. Raffael Santi (1483 – 1520)Karyanya yang terkenal : Madonna im grunen
3. Michelangelo (1475 – 1564)Karyanya yang terkenal :Caravaggio
Barok
Barok (Baroque) lahir pada bagian kedua dari pertengahan abadak ke-16, sebagai pertanda bermulanya pengaruh kesenian di Italia yang sesudah tahun 1600 menyerbu ke seluruh Eropa.
Barok berasal dari kata Romawi yang berarti “tidak beraturan” atau “menyimpang”. Dalam perkembangannya, Michelangelo dan Palladio dianggap sebagai Bapak Barok, karena keduanyalah seniman yang menjiwai paham ini.
Renaissance melepaskan cara berpikir Zaman Tengah yang berbau gereja. Akibat kelanjutan pandangan hidup ini ia bergerak makin maju, lebih memperhatikan dunia ini secara rasional. Kemajuan pandangan inilah yang menghayati seni Barok, sebagaimana lazimnya pertumbuhan seni yang sudah-sudah.
Peter Paul Rubens (1577 – 1640), seorang seniman Belanda, pergi ke Italia untuk belajar pada seniman-seniman besar Italia pada zaman itu. Akhirnya Rubens inilah yang terkenal sebagai pelopor seni Barok.
Rubens melukiskan tubuh-tubuh orang penuh dengan otot-otot serta tokoh-tokoh perkasa seperti karya gurunya, Michelangelo disertai pula oleh warna yang gilang-gemilang yang diwarisi dari gurunya, Titian. Komposisinya merupakan manusia yang banyak dengan erak yang bergejolak gelisah.
Ciri yang jelas terlihat pada Zaman Barok ini ialah seniman lebih bebas atau leluasan menempatkan dirinya pada hasil-hasil karyanya, sehingga warna tampaknya lebih cemerlang serta ukir-ukiran lebih bergaya, dan efek cahaya lebih mengesankan. Juga gerak dan karakter pakaian, kain-kain (drapery) pada seni patung diberi aksen hingga lebih memperlihatkan gerak yang hidup dan wajar. Karya Rubens: Maria Medici
Zaman ini melahirkan pula pelukis besar yang amat terkenal ke seluruh dunia hingga masa sekarang. Dia adalah Rembrandt van Rijn (1606 – 1669)
Lukisa Rembrandt yang terkenal adalah “Nacht Wacht”. Ia tidak banyak mempergunakan warna seperti Rubens. Kadang-kadang ia hanya mempergunakan warna yang monoton saja. Kekuatan Rembrandt adalah pada penyusunan cahaya. Dengan permainan cahaya ia dapat mengemukakan tema lukisannya. Di samping teknik yang dikuasainya, hasil karyanya dapat menyelami lubuk hati manusia. Karya Rembrandt: Nacht Wacht
Rococo
Pada abad ke-17 Roma adalah pusat perhatian dunia di lapangan seni rupa, seperti Paris pada masa sekarang. Di situ berkumpul seniman-seniman dari seluruh Eropa. Banyak juga yang bermukim untu mempelajari karya-karya besar seniman Rennaissance dan Barok.
Salah satu pengaruh yang amat menonjol dan hubungan seniman-seniman luar Italia dengan seniman-seniman Rennasissance adalah penempatan pemandangan cara Italia. Mereka mengikuti jejak-jejak seniman-seniman Rennaissance yang mempergunakan komposisi Rennaissance yang berdasarkan komposisi Klasik, sehingga taman-taman, pohon-pohonanm semuanya dipangkas rata, tidak menjulang ke udara. Demikian pula aliran horizontalisme kaut berpengaruh, yang disebut gaya Italia.
Pada pertengahan abad ke-18 kelihatan pengaruh Barok mulai menurun. Sifat-sifatnya yang lincah, penuh perasaan, mulai kabur. Hal ini disebabkan oleh karena seni Barok sudah demikian tinggi mencapai tingkat yang ditujunya, sehingga sudah tidak melihat lagi jalan untuk perkembangan selanjutnya. Keadaan yang demikian dinamakan “Rococo”, yakni suatu istilah penamaan bagi kemunduran seni Barok. Istilah ini diambil dari kata “Rocaille”, yakni seni kulit kerang, suatu hiasan yang amat digemari pada waktu itu. Tetapi bukanlah karya seni yang tinggi mutunya, melainkan seni pasaran saja.
Di Perancis terlihat pengaruh Rococo lebih meluas setelah wafatnya Louis IV. Gaya Rococo Prancis yang khas adalah lukisan –lukisan Jean Antoine Watteau (1684 – 1721). Aliran ini membawakan sikap-sikap yang berkehendak kepada kebebasan kosong, berlebih-lebihan, dan dibuat-buat.
Abad Kesembilan Belas
a. Klasisisme
Pada zaman ini Napoleon mengagumi kegagahan bangsa Romawi. Ia menyenangi arsitekturnya yang kukuh tegas, melambangkan keperkasaan. Akan tetapi, meskipun Napoleon menyenangi sifat-sifat yang kukuh perkasa itu, unsur-unsur yang baik dari Zaman Yunani dan dari Zaman Tengah diterimanya juga. Oleh karena itu periode ini disebut “Klasisisme”.
Kehidupan para seniman sampai pertengahan abad ke-19 masih tetap tergantung atau dilindungi oleh kaum bangsawan atau orang-orang kaya, sehingga mereka masih menduduki kelas yang baik dalam masyarakat.
Pada permulaan abad ke-19 lahir berbagai aliran neo. Hal ini disebabkan karena orang telah mulai menemui kebuntuan setelah mengalami klimaksnya pada Zaman Barok, yang telah ditandai oleh kelahiran Rococo.
Pada setiap zaman, jika pegangan orang banyak sudah mulai kabur, biasanya lahir pula seseorang yang membawakan napas baru yang segar. Maka tokoh-tokoh seni rupa mulai pula membawakan udara baru bagi perkembangan seni rupa. Seperti juga yang sudah terlazim atau menjadi tradisi manusia, jika mereka telah berada semikian maju dalam suatu kegiatannya dan menemui kebuntuan, maka ia menggali kembali apa-apa yang sudah lama yang telah terpendam untuk dijadikan unsur baru bagi perkembangan kegiatannya. Maka sebagai kelanjutan Klasisisme, tumbuh Neo-gotik dengan pesat.
b. Romantik
Aliran Romantik ditandai oleh kontras cahaya yang tegas, kaya dengan warna, dan komposisi yang hidup.
Perbedaan Romantik dengan Klasisisme terlihat juga pada pengambilan tema. Aliran Romantik senantiasa memilih kejadian-kejadian dahsyat sebagai tema, penuh khayal dan perasaan, petualangan, atau tentang kejadian-kejadian masa kuno atau tentang negeri-negeri Timur yang fantastis. Aliran ini lebih menekankan bagian yang emosional dari tingkah laku dan sifat manusia, daripada sifat yang rasional lebih mengutamakan kepercayaan dan intuisi, bukannya kecerdasan. Meskipun dalam teknik kaum Romantik sangat mahir, tetapi khayalannya akan lebih menguasai buah ciptaan mereka.
Aliran Romantik di Prancis amat kuat terlihat. Pada seni bangunannya, seperti Notre Dame, aliran ini amat jelas mengambil unsur-unsur seni Romawi dan Yunani yang diungkapkan secara romantis. Aliran ini lebih cenderung mengemukakan temperamen senimannya daripada tekniknya.
Pelukis Romantik yang terkenal adalah Theodore Gericault (1791 – 1824) dan Eugene Delacroix (1798 – 1863). Mereka senantiasa melukiskan kejadian-kejadian yang dahsyat, kegemilangan sejarah, serta peristiwa-peristiwa yang sangat gugah perasaan. Pelukis pemandangan yang dalam periose Romantik ini amat terkenal adalah Jean Baptiste Camille Corot (1796 – 1875).
c. Impresionisme
Kata Impresionisme sebenarnya adalah kata ejekan pada lukisan Claude Monet (1840 – 1926), yang dipertunjukkan pada pameran di Paris tahun 1874.
Lukisan Claude Monet ini menggambarkan bunga teratai dalam suasana cuaca pagi hari. Warna-warnanya lembut, bentuk-bentuknya tidak tegas, kekabur-kaburan oleh cuaca dan embun pagi. Karya Monet ini ditolak oleh sebgian besar kritikus dengan dicap impresionisme (terlalu mengesankan pandangan biasa), yakni sebagai kata ejekan. Monet sebagai pelopor Impresionisme tetap meneruskan gaya melukis yang diejek ini. Ia melukiskan pemandangan alam, kesibukan kota, dan lain-lain, dengan menitikberatkan pada cuaca, yakni peralihan cuaca sepanjang hari. Aliran ini didukung oleh pelukis-pelukis Prancis lainnya yang terkenal, seperti Eduard Manet (1832 – 1883), Edgar Degas (1834 – 1971), Aguste Renoir (1841 – 1919), Camille Pissaro (1831 – 1903), dan Alfred Sesley (1840 – 1898). Di Jerman muncul pelukis Impresionisme Adolf Menzel (1815 – 1905) dan Lieberman (1874 – 1935).
d. Neo Impresionisme
Makin majunya pengetahuan manusia tentang ilmu alam, membantu juga bagi para pelukis dalam bidangnya. Dengan ditemukannya teor warna spektrum, yang menyanggah anggapan bahwa cahaya matahari warnanya polos saja, menimbulkan inspirasi pada pelukis Signac untuk membuat teori bahwa suasana selalu dipengaruhi oleh spektrum yang berubah-ubah. endapat ini melahirkan cara melukis yang lain dari biasa. Jika biasanya orang melukis mencampurkan cat atau warna-warna terlebih dahulu diatas palet, baru kemudian disapukan pada kanvas, maka cara baru ini menempatkan langsung warna-warna secara berdekatan satu sama lain. Cara ini dinamakan divisionisme. Sebagai contoh nyata dapat dilihat pada karya mozaik. Jadi, prinsip mozaik itu ada persamaannya dengan divisinisme, meskipun bukanlah itu yang menjadi dasar. Makin kecil petak-petak warna ini, yang hampir merupakan titik-titik, maka ia dinamakan pointilisme. Kesemuanya adalah bertujuan untuk membuat efek cahaya yang kuat. Dan aliran ini disebut Luminisme, yaitu Neo Impresionisme.
Munculnya Luminisme ini disekitar tahun 1885, didukung oleh pelukis George Seurat (1859 – 1891) dan Paul Signac (1863 – 1935). Neo Impresionisme ini didukung pula oleh Paul Cezanne (1839 – 1906) dan Paul Gauguin (1848 – 1903).
e. Realisme
Setelah menemui aliran Impresionisme, seniman-seniman mulai melihat kembali kepada kenyataan. Sesungguhnya aliran Impresionisme tidak banyak mendapat pengikut. Para pelukis lebih menaruh minta kepada kenyataan yang sesungguhnya dan meresapkannya, melukiskan kenyataan sehari-hari tanpa memberi suasana di luar kenyataan, tanpa menjiwai dengan perasaan romantis. Yang dikemukakan terutama kenyataan dari kepahitan hidup, penderita pekerja kasar, kesibukan-kesibukan kota dan pelabuhan. Cara-cara memperindah lukisan seperti kaum Romantik, mereka tinggalkan. Juga mereka menentang sikap hidup kaum Impresionis yang banyak melarikan diri dari keriuhan manusia, mencari alam yang tenang dan sepi. Pelukis Realisme yang terkenal adalah George Hendrik Breitner (1857 – 1923), sedangkan pematung Realis adalah Rodin (Perancis)
f. Simbolisme dan Monumentalisme
Keadaan masyarakat tidak terpisahkan dari perkembangan seni. Akhirnya pandangan yang menganggap bahwa agama pun bukan saja penting, tetapi adalah faktor yang menentukan pula di dalam seni, mulai meresapi jiwa para seniman. Maka timbullah ilham untuk mewujudkan pandangan ini dalam bentuk seni. Para seniman sudah tidak puas lagi dengan kenyataan lahiriah saja. Mereka ingin menyelami lebih dari itu dan membawakannya ke atas kanvas. Rangsangan baru ini dinamakan Simbolisme. Simbolisme jangan dikacaukan atau diacampuradukkan artinya dengan pengertian simbolis. Arti simbolis ialah melambangkan sesuatu. Seperti jangkar adalah lambang harapan, timbangan dengan wanita tertutup matanya adalah lambang pengadilan, dan sebagainya. Karya Simbolisme ini pada umumnya melukiskan pergolakan batin yang menghadapi berbagai perasaan. Simbolisme yang dibawa kepada bentuk yang lebih sederhana mewujudkan hiasan atau perlambangan, maka ia dinamakan juga Monumentalisme. Simbolisme lebih mengutamakan unsur-unsur kerohanian. Sebagai imbangan dari periode Impresionisme yang telah mengabaikan faktor ketuhanan, maka pelopor-pelopor Simbolisme memulai dengan membawakan aliran ini untuk menyadari kembali akan hukum ada dan tiada.
Abad Kedua Puluh
Aliran-aliran baru yang lahir pada pertengahan bagian kedua dari abad ke-19, seperti Impresionisme, Realisme, Simbolisme, dan Monumentalisme, pada abad ke-20 masih melanjutkan perkembangannya.
Tokoh-tokoh terkemukanya , kecuali Vincent van Gogh (meniggal pada tahun 1980), semuanya meninggal pada permulaan abad ke-20, seperti Gauguin (1903), Cezanne (1960), dan Douanier (1910).
Karya keempat pelukis yang disebutkan di atas menjadi pembicaraan resmi di antara tahun 1905 – 1920. banyak orang memperdebatkan, membicarakan, dan menulis serta berteori tentang karya-karya mereka ini. Dan hasil-hasil teori inilah yang memberikan nama kepada setiap aliran itu.
a. Fauvisme
Pelopor aliran ini ialah Henri Matiasse. Syarat untuk melihat lukisan-lukisan mereka ini hendaklah kita menyampingkan apa yang dimaksud dengan lukisan itu. Pelukisnya adalah pencinta, dan melukis karena cinta akan melukis. Kita tidak usah mencari kesungguhan isi atau meminta sesuatu yang mengandung pengertian. Mereka melukiskan apa saja yang mereka sukai. Pemandangan alam, pantai laut, alam benda, bunga-bungaan dan sebagainya, memberi warna semaunya, bahkan kalau dirasa perlu, bentuk-bentuknya diberi garis pinggir yang tegas.
b. Kubisme
Aliran ini membawa objeknya kepada wujud bersegi-segi, punya kesan yang monumental, terutama untuk seni patung. Tokoh aliran ini adalah :
Pablo Picasso, G. Braque, Paul Cezanne
c. Futurisme
Aliran ini sangat mengagungkan peperangan. Futurisme dapat dipandang sebagai pendobrakan faham kubisme, yang dianggap statis dalam soal komposisi, garis dan pewarnaan. Futurisme mengabdikan diri pada gerak, sehingga dalam contoh lukisannya, yaitu anjing lari dibuat kakinya banyak sekali. Tokoh aliran ini adalah :
Umbrto Boccioni, Carlo Carra, dll.
d. Absolutisme
Alira absolutisme membuang sama sekali bentuk alam. Menurut faham aliran ini, seni lukis haruslah secara murni merupakan kesatuan dari warna-warna, garis-garis, dan bidang-bidang. Bentuk alam tiadalah tempatnya pada suatu lukisan.
Pelopor aliran ini adalah Wassily Kadinsky. Ia adalah orang Rusia yang menetap di Munchen pada tahun 1911.
e. Esensialisme
Menurut faham aliran ini, yang esensial dalam keseimbangan kosmis adalah kesatuan dari daya angkat yang menyebabkan semuanya berada di tempatnya masing-masing. Keseimbangan kosmis adalah yang esensial dari semua yang ada. Pengungkapan yang esensial ini adalah tujuan seni. Maka itu aliran ini dinamakan Esensialisme.
Pelopor aliran ini adalah pelukis Belanda Piet Mondriaan (1872 – 1945) yang tinggal di Paris.
f. Elementarisme
Istilah Elementarisme ini diucapkan oleh Theo van Doesburg, seorang seniman Belanda yang berpendirian bahwa dalam menciptakan hasil seni, jiwa haruslah dalam keadaan sebebas-bebasnya.
Pada karya-karya aliran ini tampak bidang-bidang diisi dengan garisi-garis miring yang dimaksud sebagai gerak, mengesankan suatu kegiatan perjuangan..
g. Ekspresionisme
Aliran ini berusaha mencurahkan jiwa atau perasaan seluruhnya pada waktu melukis untuk menyatakan segala sesuatu yang dipiirkan maupun dirasakan pelukis terhadap objeknya. Pengolahan bentuk dan warna dicurahkan secara cepat dan spontan, sejujur-jujurnya menurut perasaan pelukis. Tokohnya adalah :
Vincent van Gogh, Paul Gaguin, Ernast, dll.
h. Dadaisme
Aliran dada merupakan isyarat nihilistis dari ailran yang berikutnya. Aliran ini lahir di Zurich, tumbuh dalam suasana perang dunia I. sifatnya anti seni. Anti perasaan, cenderung kepada kekerasan. Karyanya serba aneh. Misalnya lukisan “Monalisa” yang diberi kumis. Tokohnya ialah Ruigi Russalo, Severini.
i. Surealisme
Kaum surealisme berusaha membebaskan diri dari kontrol kesadaran, menghendaki kebebasan besar sebebas orang bermimpi. Gerakannya sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran ilmu jiwa. Tokoh aliran ini ialah:
Salvador Dali dan J. Miro
j. Neo Realisme
Pokok lukisan selalu diambil dari hal-hal yang nyata dan biasa. Makin biasa makin baik. Hal ini adalah suatu tantangan terhadap aliran yang diperindah, bersifat poetis, sentimental, dan romantis.
Pelukis-pelukis Neo-Realisme adalah Fermhout (1922), Schumacher (1894), Willink (1900), Pijke Kock (1910), Raoul Hynckes (1893), Dick Ket (1902).
k. Neo Klasisme
Seni rupa yang berkembang di Eropa, mula-mula lahir di Yunani kuno. Berpusat pada homosentris. Dengan pelopornya Louis David.
Kesimpulan
Faktor utama , seni adalah sesuatu yang abstrak, terutama seni murni. Akan tetapi seni modern yang dipelopori oleh seniman-seniman Kubisme, dapatlah dilihat hasilnya yang positif, yaitu di bidang seni pakai.
Sejak abad ke-20 ini seni rupa, terutama seni lukis, telah diberi batas tegas, mana yang seni murni dan mana yang bukan. Dulu hal ini campur aduk saja, sehingga orang selalu menemui kesulitan dalam menilai. Sejak adanya batas-batas ini, terutama di bidang seni niaga yang erat sekali hubungannya dengan perekonomian, para penilai tidak mendapat kesulitan lagi. Meskipun di satu pihak mutu seninya sudah menjadi rendah daripada pihak yang lain, akan tetapi di dalam fungsinya ia mencapai tujuannya.
Seni abstrak berpengaruh besar di bidang seni bangunan. Maka untuk mengimbangi kemajuan yang pesat ini, seni pakai menjadi pelopor. Ia menerima unsur-unsur Abstrak, gaya Kubisme dari bidang seni murni. Dan haslnya sedikit banyaknya, meskipun secara tidak atau belum disadari, mendatangkan keuntungan juga bagi seni murni. Tentulah untuk menguraikan tentang perkembangan seni Abstrak ini memerlukan penulisan secara khusus. Akan tetapi dapat disimpulkan bahwa seni Abstrak untuk permulaan dan hingga ke penghujung abad ini dapat diterima oleh masyarakat ramai.
Sebelum berdirinya Kerajaan Romawi, Italia Tengah didiami oleh bangsa Etruska. Kebudayaan bangsa ini banyak sekali dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani ketika bangsa ini menduduki Italia. Pengarang Romawi, Vitruvius menceritakan bahwa dalam seni bangunan, terutama kuil-kuil, banyak sekali kelihatan pengaruh tersebut. Kuburan-kuburan dibangun menyerupai cugung Yunani dan pada bagian bawah, yakni di dalam tanah dibuat seperti ruang-ruang jenazah orang Mesi Dalam membangung keperluan-keperluan yang langsung dipergunakan, seperti jembatan-jembatan dan gerbang-gerbang kota, mereka memakai bentuk-bentuk lengkung dan relung-relung yang menurut dugaan para ahli adalah tiruan dari bangunan relung Mesopotamia, pengaruh yang dibawa oleh pelaut-pelaut Fenisia.
Seni lukis Romawi dapat dijumpai di dalam rumah-rumah bangsawan di kota Pompei. Lukisan ini merupakan lukisan dinding dari kapur lembab (fresco).
Ciri-ciri yang jelas adalah unsur-unsur perspektif yang dikemukakan yang bertentangan atau berlawanan dengan pengertian hiasan datar. Oleh karena itu lukisan ini membawa efek lain, yaitu tidak seperti kita melihat dinding yang digambari, melainkan melihat pemandangan alam yang sebenarnya. Kadang-kadang bagian yang kecil dari tembok dilukisi dengan cerita-cerita mitos yang mengesankan lukisan dinding (mural).
Di dalam istana-istana Rordapat juga lantai-lantai dalam bentuk mozaik yang memperlihatkan suasana ilusionis disebabkan unsur perspektif serta gelap dan terang dipergunakan. Contoh yang indah adalah suatu mozaik lantai yang menggambarkan pertempuran Iskandar Agung melawan orang Persia, yaitu pertempuran dekat Issus.
Demikianlah karya-karya seni lukis Romawi yang dianggap mengikuti jejak seni lukis Yunani.
Gaya Nasrani Kuno
a. Zaman Katakomba
Sesuatu yang tak kalah pentingnya dengan liang-liang katakomba dan ruang-ruang ibadat ialah tulisan-tulisan pada kuburan-kuburan dan kisah-kisah yang dilukiskan pada dinding dan langit-langit. Tulisan-tulisan merupakan ucapan-ucapan hormat dan cinta kasih kepada yang meninggal. Semua lukisan merupakan hiburan dan pendorong bagi yang hidup. Semua lukisan menggambarkan kebangunan-kebangunan di dalam kuburan dan pertolongan-pertolongan ajaib (mukjizat) dari siksaan dan malapetaka. Kebangkitan Lazarus, hikayat Yunus dengan ikan paus, Daniel di liang singa, Suzanna dan orang tua, tentang tiga orang laki-laki dalam api pembakaran, Nabi Nuh dengan kapalnya, hikayat Nabi Musa dan sebagainya. Ada pula lukisan-lukisan orang-orang yang telah mati sedang bersembahyang di sorga atau sedang menikmati hidangan yang lezat-lezat.
Karya seni lukis Nasrani Kuno ini tampaknya memang masih sangat dipengaruhi seni lukis Romawi. Maka tidak jarang lukisan Nabi Isa yang terdapat dalam Katakomba dibuat seperti Orpheus yang dengan nyanyiannya menjinakkan binatang buas. Makhluk dalam kisah Andromeda dilukiskan sebagai ikan paus dalam hikayat Yunus, peti kepunyaan Danae sebagai kapal Nabi Nuh. Burung bangau dalam mitos Yunani ditiru sebagai lambang keabadian, dan burung nuri sebagai lambang kebangkitan. Roh-roh dilukiskan sebagai Dewi Psyche Yunani, dewi cinta sebagai Eros, bidadari sebagai cupido bersayap, dan kebahagiaan di sorga digambarkan sebagai orang-orang yang muda belia dan sebagainya.
Di samping itu muncul pula gambar-gambar motif Nasrani asli yang murni. Lambang-lambang ini dipilih demikian rupa sehingga oleh orang-orang Nasrani yang percaya dan beriman dapat dipahami, seperti pelepah pohon zaitun, pelepah pohon palma, perahu, jangkar, pohon anggur, ikan, anak domba, burung dara, huruf dan monogram.
Jika kepercayaan Romawi dalam menanggapi suatu benda hanya lahiriahnya saja, tidak memberikanarti rohaniah, maka kaum Nasrani sebaliknya. Mereka mempercayai akan adanya pembalasan, sahid, kemenangan, serta pahala; mempercayai lambang-lambang Sakramen Nasrani serta Nabi Isa.
Lukisan-lukisan di dalam Katakomba bukanlah dimaksudkan sebagai lukisan yang menggambarkan keadaan sehari-hari, melainkan selalu membawakan pengertian keagamaan, pengertian akan hari akhirat.
b. Zaman Basilika
Dalam tahun 313 Kaisar Konstantin memberi kebebasan kepada kaum Nasrani untuk menjalankan siar agamnya (undang-undang Milano). Dan dalam tahun 380 Kaisar Theodosius mengeluarkan pengumuman, bahwa agama Nasrani telah dijadikan agama negara. Sejak saat itu kesenian Nasrani dapat berkembang dengan leluasa.
Di bidang seni lukis, lukisan-lukisan dinding merupakan teknik mozaik yang oleh bangsa Romawi dalam zaman berhala sudah dikerjakan pada lantai-lantai istana. Seniman-seniman Nasrani lebih pandai dalam mengatur warna dan lebih cepat dapat memberi efek berkilau-kilauan dengan mempergunakan kepingan-kepingan pualam berwarna atau beling-beling yang bercat perada. Terutama warna emas latar belakang yang disapu dnegan perada, amat kemilau tampaknya, sehingga dikatakan “mozaik emas”. Kecuali perbedaan warna serta bahan yang dipergunakan, seni mozaik Nasrani Kuno sama dengan karya orang Romawi, sama dalam kebebasan komposisi, efek warna, dan cahaya serta bayangan, dan sebagainya. Contoh-contoh yang indah adalah mozaik-mozaik di makam Galla Placidia di Ravenna.
c. Zaman Byzantium
Keping-keping (panel) kecil terbuat dari papan atau tembaga yang dilukisi, disebut ikon, banyak dijumpai. Tetapi sebagian besar telah hancur dan binasa. Sebagai ciri khusus, tampak kekasaran dalam gaya. Garis-garis lurus pada kerut-kerut pakaian, sikap yang tegak, wajah yang kaku, dan tidak banyak meniru alam sesungguhnya. Ciri-ciri ini terdapat juga pada karya-karya gambar cat kaca dan mozaik-mozaik. Mozaik-mozaik di Aya Sophia oleh orang Turki telah dilabur, yang tadinya adalah hasil kesenian yang amat indah.
Setelah Kaisar Theodorik meninggal, Kaisar Justinianus memerintahkan menyelesaikan gereja-gereja yang terbengkalai di Ravenna. Kemudian disuruhnya pula membuat mozaik yang menggambarkan baginda dengan permaisuri diiringi seisi istana. Raja dan ratu tampak memakai nimbus sebagai mahkota. Dalam barisan yang lurus tampak iring-iringan berjalan bersisi-sisian. Pad agambar-gambar suci, baik kerut-kerutan pakaian, sikap dan roman muka, tampaknya amat serupa, sehingga kelihatannya seperti hiasan yang bermotif itu-itu juga atau diulang-ulang, tidak merupakan gambar-gambar daripada orang-orang yang berlainan. Cara yang kasar dan kaku ini adalah ciri khas seni Bizantium yang berkesan dekoratif.
Gaya Romanesk (Romanisme)
Peradaban orang Eropa Utarajauh terbelakang dibandingkan dengan peradaban orang Bizantium dan Romawi. Perpindahan penduduk secara besar-besaran dan berakhirnya kekuasaan Kekaisaran Romawi menyebabkan terhentinya peradaban di Eropa Utara, yang sesungguhnya baru mulai ditingkatkan oleh orang Romawi. Ada juga rahib-rahib dari gereja Benendikta pada abad ke-8 yang berusaha membawa peradaban ke utara, yang disokong oleh Karel Agung. Usaha itu banyak membawa kemajuan, tetapi kemudian hancur pula oleh peperangan-peperangan yang dilakukan oleh turunan Karel Agung sendiri. Dan dengan adanya penyerbuan bajak-bajak laut Norwegia pada tahun 800-1000, diganyang pula sisa-sisa yang masih ada. Maka hancurlah kebudayaan Eropa.
Keadaan pada abad ke-9 dan ke-10 sedemikian bergolaknya, sehingga ilmu pengetahuan dan kesenian hanya dapat berkembang di biara-biara saja. Maka taklah dapat disangkal, kalau abad ke-10 itu dinamakan orang “Abad Besi”.
Setelah berlalu tahun 1000, kemajuan-kemajuan mulai terlihat. Usaha ini pada masa itu hanya dipimpin oleh kaum agama. Oleh sebab itu kesenian pada abad tersebut amat dipengaruhi oleh suasana keagamaan. Usaha-usaha dalam berbagai bidang pun mulai bergerak cepat.
Tentang bangunan-bangunan atau kesenian profan belum menjadi persoalan dan tidak pernah dipikirkan.
Seni lukis Zaman Romanesk hanya terbatas pada lukisan di atas kertas perkamen sebagai ilustrasi buku yang ditulis dengan tangan. Lukisan-lukisan dinding pada gereja-gereja Romaneska yang gelap boleh dikatakan sedikit sekali. Lukisan-lukisan dalam bentuk keping-keping (panel) dapat dikatakan tidak ada sama sekal.
Apa yang terlihat dalam seni patung, maka pada seni lukis demikian pula. Penggambaran senantiasa lebih mengutamakan cita agama daripada kenyataan duniawi. Jadi, kesenian hasil seni Romanesk disebut ideoplastis. Pengertian yang dikandung lebih diutamakan daripada bentuk. Tuhan dan agama menjadi pusat kegiatan mencipta.
Penjelmaan lain dari bentuk alam adalah ciri yang menonjol dari gaya Romanesk, sama kuatnya di bidang seni patung dan seni lukis. Unsur perspektif tidak ada. Warna terdapat pada bidang rata, sehingga mengesankan karya dekoratif sesuai dengan bentuk miniaturnya. Demikian pula dengan seni mosaik, kaca patri pada jendela-jendela memberikan kesan yang serupa. Jadi, pada lukisan tidak terdapat perspektif bentuk maupun perspektif warna.
Gaya Gotik
a. Seni Lukis Kaca
Seni kaca jendela yang tertua menunjukkan dibuat pada abad ke-12. Kaca-kaca berwarna dipotong-potong menurut bentuk yang telah ditentukan, lalu disambung-sambung dengan patrian. Kecuali timah-timah, dipakai juga besi sebagai bingkai untuk penahan tekanan angin. Jendela-jendela dibagi pula atas petak-petak yang sama dan tiap-tiap petak mempunyai gambar sendiri-sendiri. Tetapi ada juga jendela-jendela yang keseluruhan bidangnya merupakan sebuah lukisan. Palang-palang besi bingkai dipasang membelah-belah lukisan.
Seni lukis kaca yang demikian ini tidak dapat dibuat orang lagi sesudah abad ke-12,13. Sebabnya justru karena hasil dari teknik yang belum sempurna, penuh dengan susunan kaca yang tidak sama jenisnya, itulah yang menimbulkan efek yang kemilau. Sebenarnya karya ini merupakan mozaik kaca.
Jendela-jendela Chartres yang termasyur adalah karya-karya Gotik masa permulaan perkembangannya, yakni karya abad ke-12 dan permulaan abad ke-13.
b. Lukisan Dinding dan Lukisan Panel
Pada zaman Romanesk seni lukis terbatas pada pelukisan-pelukisan miniatur. Pada zaman permulaan Gotik hampir tidak berbeda hanya gayanya lebih menggambarkan corak “fisioplastis” (meniru bentuk alam), yakni menekankan pada lahiriah.
Sesudah tahun 1300 barulah terdapat lukisan-lukisan pada kepingan (panel) atau lukisan di tembok-tembok. Tetapi orang menganggap para ahli agak keberatan untuk memasukkannya ke dalam golongan karya Gotik, karena di Italia Gotik kurang mendapat penghargaan.
Pelopor fisioplastis adalah Cimabue (± 1240 – 1300). Yang dapat dikatakan sealiran, meskipun baru dalam taraf permulaan, adalah Duccio. Murid Cimabue yang menjadi terkenal ialah Giotto (1260 – 1330). Meskipun Gotto ini melukis keadaan alam seperti kenyataannya, tetapi tidak jarang ia melukis menurut perasaan-perasaannya. Untuk mendapat efek warna, gambar kuda diberinya warna merah, pohon-pohon biru, dan sebagainya. Perspektif juga diabaikan dengan tujuan untuk mendapatkan efek yang lebih memuaskan.
Pelukis besar pada zaman Gotik ini ialah pelukis Belanda, Jan van Eyck. Dan yang terakhir termasuk besar pula adalah Jeroen Bosch (± 1450 – 1516). Meskipun masa kerjanya terus sampai ke abad ke-16, tetapi ia masih tergolong seniman akhir zaman tengah.
Perbedaan Jeroen Bosch dengan pelukis-pelukis lainnya ialah, jika pelukis-pelukis lain melukiskan tema-tema agama dalam unsur kesucian, seperti pahala, bidadari, dan sebagainya, Bosch sebaliknya. Ia melukiskan tema-tema agama dalam bentuk unsur-unsur dosa, neraka, iblis, kedurhakaan dan lain-lain. Dialah pelukis besar penutup zaman tengah.
Akhir zaman tengah ini melahirkan pelukis-pelukis terkenal, dari Perancis Jean Fouquet (1415–1485),Jerman mempunyai Stephan Lochner (± 1400 – 1452),Martin Schongauer (1455–1491), Michael Wolgmunt (1434–1519), dan Belanda Comelis Engebrechtsz (1468–1533).
Renaissance
Aliran Renaissance adalah suatu aliran baru yang lahir di Italia. Bermula pada abad ke-15 dan mencapai puncaknya pada abad ke-16. kota yang terkenal tempat berpusatnya aliran ini adalah Florence.
Renaissance berarti kelahiran baru, suatu pandangan hidup yang merupakan sanggahan bagi Zaman Tengah. Untuk mengetahui dan menelaah aliran Renaissance dan sebab-sebab adanya kelahiran baru ini, hendaklah kita menoleh kembali, ke abad-abad sebelumnya, terutama ke Zaman Tengah.
Sebabnya periode ini dinamakan kelahiran baru, karena pada abad-abad sebelumnya, apa-apa yang lahir baru ini sudah lahir juga pada masa itu. Hanya saja karena pada abad-abad yang lalu itu apa-apa yang lahir itu tidak atau belum mendapat perhatian, bahkan mendapat tekanan. Maka pada permulaan abad ke-15 ia lahir kembali, akan tetapi tidak berarti bahwa ia tidak mendapat tantangan atau halangan-halangan pula. Halangan-halangan dan rintangan tetap ada.
Sebagai contoh bahwa pada permulaan abad ke-15 ini paham Renaissance masih keras ditentang, terjadi pada diri Bruno (1548 – 1600). Ia dihukum bakar karena mengemukakan pahamnya yang dianggap menentang agama Nasrani. Demikian juga dengan Galileo (1564 – 1642), ahli ilmu falak dan filsuf utama yang dihukum penjara dengan tidak ditentukan lamanya, jadi rintangan itu masih ada dan sama benar dengan peristiwa yang menimpa diri Socrates (470 – 400 SM). Ia dihukum mati (minum racun) karena ia telah berani menurunkan filsafat dari langit ke bumi. Jadi, apa yang dilakukan oleh Socrates, filsuf besar itu, belum mendapat sambutan yang baik atau tidak ditampatkan pada tempat yang sewajarnya. Hal ini masih terjadi pada Zaman Renaissance ini. Jadi nyatlah bahwa rintangan itu masih ada, hanya saja desakan serta nafas zaman ini lebih memberi kesempatan untuk menanggapi segala buah pikiran dan penemuan-penemuan baru.
Sejarah seni rupa tidak terlepas dari perkembangan sejarah dunia. Sejarah dunia dibagi atas 4 bagian, yaitu:
1. Zaman Kuna : dari ± 4000 sebelum tarikh Masehi, sampai 476 sesudah tarikh Masehi, yaitu jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat;
2. Zaman Tengah : dari 476 – 1492, yaitu sampai ditemukannya Benua Amerika;
3. Zaman Baru : dari 1492 – 1789, yaitu sampai Revolusi Perancis;
4. Zaman Modern : dari 1789 – sekarang;
Maka sejarah seni rupa termasuk pada bagian-bagian tersebut denagn periodenya masing-masing.
Zaman Prasejarah termasuk dalam golongan ke-1, yaitu Zaman Kuna. Kemudian disusul dengan Zaman Mesir, Babilonia, Asiria, Persia, Yunani dan Romawi, yang semuanya tergolong Zaman Kuna.
Dari ± 500 s/d ± 1000 disebutkan masa pembentukan. Tahun ± 1000 s/d 1300 disebutkan masa berkembang (gemilang), dan 1300 s/d 1500 disebut masa kemunduran. Inilah yang termasuk dalam Zaman Tengah.
Dari ± 1500 ialah Zaman Renaissance, yang sesungguhnya masa pembentukkannya telah dimulai ± 1420. Aliran Renaissance ini dilanjutkan dengan aliran Barok hingga akhir abad ke-18.
Dari akhir abad ke-18 sampai sekarang ini termasuk Zaman Modern yang melahirkan aliran-aliran seni rupa modern, seperti Impresionisme, Ekspresionisme, Kubisme, Dadaisme, Futurisme, dan lain-lain.
Mengapakah Renaissance justru lahir di Italia? Sebabnya, oleh karena kebudayaan Romawi yang telah demikian tinggi dan majunya, maka perekonomian dan perdagangan berkembang dengan baik, sehingga melahiorkan golongan-golongan saudagar dan hartawan yang berdiam di bandar-bandar Italia.
Pada Zaman Tengah yang berkuasa adalah kaum agama. Pendeta dan gereja memegang peranan penting dalam politik pemerintah, serta kegiatan seni pada umumnya, dan seni rupa pada khususnya dipengaruhi pula oleh cara berpikir dan suasana masyarakat dewasa ini. Semua kegiatan seni adalah untuk hal-hal yang berhubungan dengan ketuhanan dan kerohanian. Cita rasa, keserasian pandangan menurut estetika Gotik, terlukis pada komposisi yang menjulang ke atas (vertikalisme), melambangkan keyakinan akan kekuasaan gaib di atas segala-galanya.
Paham Zaman Tengah ini disebut teosentris, oleh karena segala kegiatan dipusatkan kepada Tuhan. Manusia merasa dirinya tidak berdaya, hina papa – segala-galanya adalah kehendak Yang Maha Kuasa.
Dengan timbulnya golongan hartawan yang mempunyai harta benda yang berlimpah-limpah, maka mereka tetap berusaha untuk tetap hidup mewah dan mengumpulkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu, zaman ini disebut juga zaman permulaan kapitalisme.
Golongan hartawan ini tidak berminat lagi untuk menyuruh anak-anak mereka menjadi pendeta atau pahlawan perang. Perhatian mereka mulai ditunjukkan pada hal-hal duniawi dan sifat Renaissance yang mudah dikenal antara lain, ialah ciri-cirinya yang individualistis.
Untuk melaksanakaan keinginan kaum hartawan tersebut, tentulah mereka harus lebih banyak memperhatikan masalah manusia di sekitarnya. Perdagangan dan pelayaran harus diperluas. Terutama ke negeri-negeri timur yang dianggap kaya raya; menurut khayalan orang pada masa itu pantainya berpasirkan intan permata dan berbatukan bungkalan emas.
Untuk mencapai cita-cita ini mereka harus lebih banyak mengenal alam seperti mengenal bumi, bulan serta bintang-bintang di cakrawala guna kepentingan ilmu pelayaran. Juga membiayai usaha-usaha ilmiah seperti penyempurnaan pedoman hingga dapat memperluas dunia pelayaran sampai-sampai ke India (Vasco da Gama 1497) dan ke Amerika (Columbus 1492).
Para sarjana haruis dibantu usahanya semikian juga seniman-seniman yang bekerja untuk memberikan kemewahan, baik dalam seni pakai, seni murni, seni suara, dan musik semuanya mendapat perhatian dan sokongan besar dari para hartawan
Dalam Zaman Renaissance ini kaum cerdik pandai dan seniman mulai mendapat perhatian dan bantuan yang sangat menguntungkan bagi usaha-usaha mereka. Dan kaum hartawan menilai dari segi keuntungan material yang dapat mereka peroleh dengan adanya usaha-usaha membantu kaum cerdik pandai dan seniman.
Pandangan yang tadinya dipusatkan pada masalah ketuhanan, sekarang dibelokkan ke arah pandangan baru, yaitu memusatkan kepada manusia, sehingga aliran ini dikatakan bersifat antroposentris.
Selain dari timbulnya gejala kapitalisme, individualisme, memperbedakan seorang dengan yang lain, sebab yang utama juga ialah karena ada timbul aliran atau paham baru yang menentang agama Katolik – Roma.
Banyak pemimpin agama yang tidak menaati undang-undang atau peraturan gereja, penyelewengan dan korupsi dalam pengangkatan uskup-uskup, dan sebagainya. Maka kekuasaan kaum agama mendapat reaksi besar. Kelanjutannya muncul gerakan Reformasi yang dipimpin oleh Martin Luther (seorang guru besar pada perguruan tinggi di Wittenberg, terkenal dengan Konfesi Augsburg sebagai pengakuan mashabnya). Pandangan baru di kalangan reformasi yang beranggapan bahwa bukan hanya gereja saja sebagai alat satu-satunya untuk dapat menyatukan diri dengan Tuhan, menjadi salah satu unsur pula dalam kelahiran sifat-sifat antroposentris.
Pada gambar-gambar atau lukisan maupun seni pahat serta seni bangunan zaman Renaissance, dapat terlihat cirinya yang nyata melalui hukum naturalisme dan komposisi yang melebar atau horizontal.
Jika dalam karya gotik kita melihat karya yang serba ke atas (vertical), maka karya zaman Renaissance ini kita melihat yang serba melebar (horizontal).
Pengaruh Renaissance dalam seni lukis terlihat pada anatomi, proporsi, perspektif, warna, cahaya, komposisi, dan juga mengenai tema.
Tokoh-tokoh Renaissance :
1. Leonardo da Vinci (1452 – 1519) Karyanya yang terkenal :The Last Supper Monalisa
2. Raffael Santi (1483 – 1520)Karyanya yang terkenal : Madonna im grunen
3. Michelangelo (1475 – 1564)Karyanya yang terkenal :Caravaggio
Barok
Barok (Baroque) lahir pada bagian kedua dari pertengahan abadak ke-16, sebagai pertanda bermulanya pengaruh kesenian di Italia yang sesudah tahun 1600 menyerbu ke seluruh Eropa.
Barok berasal dari kata Romawi yang berarti “tidak beraturan” atau “menyimpang”. Dalam perkembangannya, Michelangelo dan Palladio dianggap sebagai Bapak Barok, karena keduanyalah seniman yang menjiwai paham ini.
Renaissance melepaskan cara berpikir Zaman Tengah yang berbau gereja. Akibat kelanjutan pandangan hidup ini ia bergerak makin maju, lebih memperhatikan dunia ini secara rasional. Kemajuan pandangan inilah yang menghayati seni Barok, sebagaimana lazimnya pertumbuhan seni yang sudah-sudah.
Peter Paul Rubens (1577 – 1640), seorang seniman Belanda, pergi ke Italia untuk belajar pada seniman-seniman besar Italia pada zaman itu. Akhirnya Rubens inilah yang terkenal sebagai pelopor seni Barok.
Rubens melukiskan tubuh-tubuh orang penuh dengan otot-otot serta tokoh-tokoh perkasa seperti karya gurunya, Michelangelo disertai pula oleh warna yang gilang-gemilang yang diwarisi dari gurunya, Titian. Komposisinya merupakan manusia yang banyak dengan erak yang bergejolak gelisah.
Ciri yang jelas terlihat pada Zaman Barok ini ialah seniman lebih bebas atau leluasan menempatkan dirinya pada hasil-hasil karyanya, sehingga warna tampaknya lebih cemerlang serta ukir-ukiran lebih bergaya, dan efek cahaya lebih mengesankan. Juga gerak dan karakter pakaian, kain-kain (drapery) pada seni patung diberi aksen hingga lebih memperlihatkan gerak yang hidup dan wajar. Karya Rubens: Maria Medici
Zaman ini melahirkan pula pelukis besar yang amat terkenal ke seluruh dunia hingga masa sekarang. Dia adalah Rembrandt van Rijn (1606 – 1669)
Lukisa Rembrandt yang terkenal adalah “Nacht Wacht”. Ia tidak banyak mempergunakan warna seperti Rubens. Kadang-kadang ia hanya mempergunakan warna yang monoton saja. Kekuatan Rembrandt adalah pada penyusunan cahaya. Dengan permainan cahaya ia dapat mengemukakan tema lukisannya. Di samping teknik yang dikuasainya, hasil karyanya dapat menyelami lubuk hati manusia. Karya Rembrandt: Nacht Wacht
Rococo
Pada abad ke-17 Roma adalah pusat perhatian dunia di lapangan seni rupa, seperti Paris pada masa sekarang. Di situ berkumpul seniman-seniman dari seluruh Eropa. Banyak juga yang bermukim untu mempelajari karya-karya besar seniman Rennaissance dan Barok.
Salah satu pengaruh yang amat menonjol dan hubungan seniman-seniman luar Italia dengan seniman-seniman Rennasissance adalah penempatan pemandangan cara Italia. Mereka mengikuti jejak-jejak seniman-seniman Rennaissance yang mempergunakan komposisi Rennaissance yang berdasarkan komposisi Klasik, sehingga taman-taman, pohon-pohonanm semuanya dipangkas rata, tidak menjulang ke udara. Demikian pula aliran horizontalisme kaut berpengaruh, yang disebut gaya Italia.
Pada pertengahan abad ke-18 kelihatan pengaruh Barok mulai menurun. Sifat-sifatnya yang lincah, penuh perasaan, mulai kabur. Hal ini disebabkan oleh karena seni Barok sudah demikian tinggi mencapai tingkat yang ditujunya, sehingga sudah tidak melihat lagi jalan untuk perkembangan selanjutnya. Keadaan yang demikian dinamakan “Rococo”, yakni suatu istilah penamaan bagi kemunduran seni Barok. Istilah ini diambil dari kata “Rocaille”, yakni seni kulit kerang, suatu hiasan yang amat digemari pada waktu itu. Tetapi bukanlah karya seni yang tinggi mutunya, melainkan seni pasaran saja.
Di Perancis terlihat pengaruh Rococo lebih meluas setelah wafatnya Louis IV. Gaya Rococo Prancis yang khas adalah lukisan –lukisan Jean Antoine Watteau (1684 – 1721). Aliran ini membawakan sikap-sikap yang berkehendak kepada kebebasan kosong, berlebih-lebihan, dan dibuat-buat.
Abad Kesembilan Belas
a. Klasisisme
Pada zaman ini Napoleon mengagumi kegagahan bangsa Romawi. Ia menyenangi arsitekturnya yang kukuh tegas, melambangkan keperkasaan. Akan tetapi, meskipun Napoleon menyenangi sifat-sifat yang kukuh perkasa itu, unsur-unsur yang baik dari Zaman Yunani dan dari Zaman Tengah diterimanya juga. Oleh karena itu periode ini disebut “Klasisisme”.
Kehidupan para seniman sampai pertengahan abad ke-19 masih tetap tergantung atau dilindungi oleh kaum bangsawan atau orang-orang kaya, sehingga mereka masih menduduki kelas yang baik dalam masyarakat.
Pada permulaan abad ke-19 lahir berbagai aliran neo. Hal ini disebabkan karena orang telah mulai menemui kebuntuan setelah mengalami klimaksnya pada Zaman Barok, yang telah ditandai oleh kelahiran Rococo.
Pada setiap zaman, jika pegangan orang banyak sudah mulai kabur, biasanya lahir pula seseorang yang membawakan napas baru yang segar. Maka tokoh-tokoh seni rupa mulai pula membawakan udara baru bagi perkembangan seni rupa. Seperti juga yang sudah terlazim atau menjadi tradisi manusia, jika mereka telah berada semikian maju dalam suatu kegiatannya dan menemui kebuntuan, maka ia menggali kembali apa-apa yang sudah lama yang telah terpendam untuk dijadikan unsur baru bagi perkembangan kegiatannya. Maka sebagai kelanjutan Klasisisme, tumbuh Neo-gotik dengan pesat.
b. Romantik
Aliran Romantik ditandai oleh kontras cahaya yang tegas, kaya dengan warna, dan komposisi yang hidup.
Perbedaan Romantik dengan Klasisisme terlihat juga pada pengambilan tema. Aliran Romantik senantiasa memilih kejadian-kejadian dahsyat sebagai tema, penuh khayal dan perasaan, petualangan, atau tentang kejadian-kejadian masa kuno atau tentang negeri-negeri Timur yang fantastis. Aliran ini lebih menekankan bagian yang emosional dari tingkah laku dan sifat manusia, daripada sifat yang rasional lebih mengutamakan kepercayaan dan intuisi, bukannya kecerdasan. Meskipun dalam teknik kaum Romantik sangat mahir, tetapi khayalannya akan lebih menguasai buah ciptaan mereka.
Aliran Romantik di Prancis amat kuat terlihat. Pada seni bangunannya, seperti Notre Dame, aliran ini amat jelas mengambil unsur-unsur seni Romawi dan Yunani yang diungkapkan secara romantis. Aliran ini lebih cenderung mengemukakan temperamen senimannya daripada tekniknya.
Pelukis Romantik yang terkenal adalah Theodore Gericault (1791 – 1824) dan Eugene Delacroix (1798 – 1863). Mereka senantiasa melukiskan kejadian-kejadian yang dahsyat, kegemilangan sejarah, serta peristiwa-peristiwa yang sangat gugah perasaan. Pelukis pemandangan yang dalam periose Romantik ini amat terkenal adalah Jean Baptiste Camille Corot (1796 – 1875).
c. Impresionisme
Kata Impresionisme sebenarnya adalah kata ejekan pada lukisan Claude Monet (1840 – 1926), yang dipertunjukkan pada pameran di Paris tahun 1874.
Lukisan Claude Monet ini menggambarkan bunga teratai dalam suasana cuaca pagi hari. Warna-warnanya lembut, bentuk-bentuknya tidak tegas, kekabur-kaburan oleh cuaca dan embun pagi. Karya Monet ini ditolak oleh sebgian besar kritikus dengan dicap impresionisme (terlalu mengesankan pandangan biasa), yakni sebagai kata ejekan. Monet sebagai pelopor Impresionisme tetap meneruskan gaya melukis yang diejek ini. Ia melukiskan pemandangan alam, kesibukan kota, dan lain-lain, dengan menitikberatkan pada cuaca, yakni peralihan cuaca sepanjang hari. Aliran ini didukung oleh pelukis-pelukis Prancis lainnya yang terkenal, seperti Eduard Manet (1832 – 1883), Edgar Degas (1834 – 1971), Aguste Renoir (1841 – 1919), Camille Pissaro (1831 – 1903), dan Alfred Sesley (1840 – 1898). Di Jerman muncul pelukis Impresionisme Adolf Menzel (1815 – 1905) dan Lieberman (1874 – 1935).
d. Neo Impresionisme
Makin majunya pengetahuan manusia tentang ilmu alam, membantu juga bagi para pelukis dalam bidangnya. Dengan ditemukannya teor warna spektrum, yang menyanggah anggapan bahwa cahaya matahari warnanya polos saja, menimbulkan inspirasi pada pelukis Signac untuk membuat teori bahwa suasana selalu dipengaruhi oleh spektrum yang berubah-ubah. endapat ini melahirkan cara melukis yang lain dari biasa. Jika biasanya orang melukis mencampurkan cat atau warna-warna terlebih dahulu diatas palet, baru kemudian disapukan pada kanvas, maka cara baru ini menempatkan langsung warna-warna secara berdekatan satu sama lain. Cara ini dinamakan divisionisme. Sebagai contoh nyata dapat dilihat pada karya mozaik. Jadi, prinsip mozaik itu ada persamaannya dengan divisinisme, meskipun bukanlah itu yang menjadi dasar. Makin kecil petak-petak warna ini, yang hampir merupakan titik-titik, maka ia dinamakan pointilisme. Kesemuanya adalah bertujuan untuk membuat efek cahaya yang kuat. Dan aliran ini disebut Luminisme, yaitu Neo Impresionisme.
Munculnya Luminisme ini disekitar tahun 1885, didukung oleh pelukis George Seurat (1859 – 1891) dan Paul Signac (1863 – 1935). Neo Impresionisme ini didukung pula oleh Paul Cezanne (1839 – 1906) dan Paul Gauguin (1848 – 1903).
e. Realisme
Setelah menemui aliran Impresionisme, seniman-seniman mulai melihat kembali kepada kenyataan. Sesungguhnya aliran Impresionisme tidak banyak mendapat pengikut. Para pelukis lebih menaruh minta kepada kenyataan yang sesungguhnya dan meresapkannya, melukiskan kenyataan sehari-hari tanpa memberi suasana di luar kenyataan, tanpa menjiwai dengan perasaan romantis. Yang dikemukakan terutama kenyataan dari kepahitan hidup, penderita pekerja kasar, kesibukan-kesibukan kota dan pelabuhan. Cara-cara memperindah lukisan seperti kaum Romantik, mereka tinggalkan. Juga mereka menentang sikap hidup kaum Impresionis yang banyak melarikan diri dari keriuhan manusia, mencari alam yang tenang dan sepi. Pelukis Realisme yang terkenal adalah George Hendrik Breitner (1857 – 1923), sedangkan pematung Realis adalah Rodin (Perancis)
f. Simbolisme dan Monumentalisme
Keadaan masyarakat tidak terpisahkan dari perkembangan seni. Akhirnya pandangan yang menganggap bahwa agama pun bukan saja penting, tetapi adalah faktor yang menentukan pula di dalam seni, mulai meresapi jiwa para seniman. Maka timbullah ilham untuk mewujudkan pandangan ini dalam bentuk seni. Para seniman sudah tidak puas lagi dengan kenyataan lahiriah saja. Mereka ingin menyelami lebih dari itu dan membawakannya ke atas kanvas. Rangsangan baru ini dinamakan Simbolisme. Simbolisme jangan dikacaukan atau diacampuradukkan artinya dengan pengertian simbolis. Arti simbolis ialah melambangkan sesuatu. Seperti jangkar adalah lambang harapan, timbangan dengan wanita tertutup matanya adalah lambang pengadilan, dan sebagainya. Karya Simbolisme ini pada umumnya melukiskan pergolakan batin yang menghadapi berbagai perasaan. Simbolisme yang dibawa kepada bentuk yang lebih sederhana mewujudkan hiasan atau perlambangan, maka ia dinamakan juga Monumentalisme. Simbolisme lebih mengutamakan unsur-unsur kerohanian. Sebagai imbangan dari periode Impresionisme yang telah mengabaikan faktor ketuhanan, maka pelopor-pelopor Simbolisme memulai dengan membawakan aliran ini untuk menyadari kembali akan hukum ada dan tiada.
Abad Kedua Puluh
Aliran-aliran baru yang lahir pada pertengahan bagian kedua dari abad ke-19, seperti Impresionisme, Realisme, Simbolisme, dan Monumentalisme, pada abad ke-20 masih melanjutkan perkembangannya.
Tokoh-tokoh terkemukanya , kecuali Vincent van Gogh (meniggal pada tahun 1980), semuanya meninggal pada permulaan abad ke-20, seperti Gauguin (1903), Cezanne (1960), dan Douanier (1910).
Karya keempat pelukis yang disebutkan di atas menjadi pembicaraan resmi di antara tahun 1905 – 1920. banyak orang memperdebatkan, membicarakan, dan menulis serta berteori tentang karya-karya mereka ini. Dan hasil-hasil teori inilah yang memberikan nama kepada setiap aliran itu.
a. Fauvisme
Pelopor aliran ini ialah Henri Matiasse. Syarat untuk melihat lukisan-lukisan mereka ini hendaklah kita menyampingkan apa yang dimaksud dengan lukisan itu. Pelukisnya adalah pencinta, dan melukis karena cinta akan melukis. Kita tidak usah mencari kesungguhan isi atau meminta sesuatu yang mengandung pengertian. Mereka melukiskan apa saja yang mereka sukai. Pemandangan alam, pantai laut, alam benda, bunga-bungaan dan sebagainya, memberi warna semaunya, bahkan kalau dirasa perlu, bentuk-bentuknya diberi garis pinggir yang tegas.
b. Kubisme
Aliran ini membawa objeknya kepada wujud bersegi-segi, punya kesan yang monumental, terutama untuk seni patung. Tokoh aliran ini adalah :
Pablo Picasso, G. Braque, Paul Cezanne
c. Futurisme
Aliran ini sangat mengagungkan peperangan. Futurisme dapat dipandang sebagai pendobrakan faham kubisme, yang dianggap statis dalam soal komposisi, garis dan pewarnaan. Futurisme mengabdikan diri pada gerak, sehingga dalam contoh lukisannya, yaitu anjing lari dibuat kakinya banyak sekali. Tokoh aliran ini adalah :
Umbrto Boccioni, Carlo Carra, dll.
d. Absolutisme
Alira absolutisme membuang sama sekali bentuk alam. Menurut faham aliran ini, seni lukis haruslah secara murni merupakan kesatuan dari warna-warna, garis-garis, dan bidang-bidang. Bentuk alam tiadalah tempatnya pada suatu lukisan.
Pelopor aliran ini adalah Wassily Kadinsky. Ia adalah orang Rusia yang menetap di Munchen pada tahun 1911.
e. Esensialisme
Menurut faham aliran ini, yang esensial dalam keseimbangan kosmis adalah kesatuan dari daya angkat yang menyebabkan semuanya berada di tempatnya masing-masing. Keseimbangan kosmis adalah yang esensial dari semua yang ada. Pengungkapan yang esensial ini adalah tujuan seni. Maka itu aliran ini dinamakan Esensialisme.
Pelopor aliran ini adalah pelukis Belanda Piet Mondriaan (1872 – 1945) yang tinggal di Paris.
f. Elementarisme
Istilah Elementarisme ini diucapkan oleh Theo van Doesburg, seorang seniman Belanda yang berpendirian bahwa dalam menciptakan hasil seni, jiwa haruslah dalam keadaan sebebas-bebasnya.
Pada karya-karya aliran ini tampak bidang-bidang diisi dengan garisi-garis miring yang dimaksud sebagai gerak, mengesankan suatu kegiatan perjuangan..
g. Ekspresionisme
Aliran ini berusaha mencurahkan jiwa atau perasaan seluruhnya pada waktu melukis untuk menyatakan segala sesuatu yang dipiirkan maupun dirasakan pelukis terhadap objeknya. Pengolahan bentuk dan warna dicurahkan secara cepat dan spontan, sejujur-jujurnya menurut perasaan pelukis. Tokohnya adalah :
Vincent van Gogh, Paul Gaguin, Ernast, dll.
h. Dadaisme
Aliran dada merupakan isyarat nihilistis dari ailran yang berikutnya. Aliran ini lahir di Zurich, tumbuh dalam suasana perang dunia I. sifatnya anti seni. Anti perasaan, cenderung kepada kekerasan. Karyanya serba aneh. Misalnya lukisan “Monalisa” yang diberi kumis. Tokohnya ialah Ruigi Russalo, Severini.
i. Surealisme
Kaum surealisme berusaha membebaskan diri dari kontrol kesadaran, menghendaki kebebasan besar sebebas orang bermimpi. Gerakannya sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran ilmu jiwa. Tokoh aliran ini ialah:
Salvador Dali dan J. Miro
j. Neo Realisme
Pokok lukisan selalu diambil dari hal-hal yang nyata dan biasa. Makin biasa makin baik. Hal ini adalah suatu tantangan terhadap aliran yang diperindah, bersifat poetis, sentimental, dan romantis.
Pelukis-pelukis Neo-Realisme adalah Fermhout (1922), Schumacher (1894), Willink (1900), Pijke Kock (1910), Raoul Hynckes (1893), Dick Ket (1902).
k. Neo Klasisme
Seni rupa yang berkembang di Eropa, mula-mula lahir di Yunani kuno. Berpusat pada homosentris. Dengan pelopornya Louis David.
Kesimpulan
Faktor utama , seni adalah sesuatu yang abstrak, terutama seni murni. Akan tetapi seni modern yang dipelopori oleh seniman-seniman Kubisme, dapatlah dilihat hasilnya yang positif, yaitu di bidang seni pakai.
Sejak abad ke-20 ini seni rupa, terutama seni lukis, telah diberi batas tegas, mana yang seni murni dan mana yang bukan. Dulu hal ini campur aduk saja, sehingga orang selalu menemui kesulitan dalam menilai. Sejak adanya batas-batas ini, terutama di bidang seni niaga yang erat sekali hubungannya dengan perekonomian, para penilai tidak mendapat kesulitan lagi. Meskipun di satu pihak mutu seninya sudah menjadi rendah daripada pihak yang lain, akan tetapi di dalam fungsinya ia mencapai tujuannya.
Seni abstrak berpengaruh besar di bidang seni bangunan. Maka untuk mengimbangi kemajuan yang pesat ini, seni pakai menjadi pelopor. Ia menerima unsur-unsur Abstrak, gaya Kubisme dari bidang seni murni. Dan haslnya sedikit banyaknya, meskipun secara tidak atau belum disadari, mendatangkan keuntungan juga bagi seni murni. Tentulah untuk menguraikan tentang perkembangan seni Abstrak ini memerlukan penulisan secara khusus. Akan tetapi dapat disimpulkan bahwa seni Abstrak untuk permulaan dan hingga ke penghujung abad ini dapat diterima oleh masyarakat ramai.
PERKEMBANGAN SENI RUPA INDONESIA
A. Sifat – Sifat Umum Seni Rupa Indonesia
1. Bersifat tradisional/statis
Dengan adanya kebudayaan agraris mengarah pada bentuk kesenian yang berpegang pada suatu kaidah yang turun temurun
2. Bersifat Progresif
Dengan adanya kebudayaan maritim. Kesenian Indonesia sering dipengaruhi kebudayaan luar yang kemudian di padukan dan dikembangkan sehingga menjadi milik bangsa Indonesia sendiri
3. Bersifat Kebinekaan
Indonesia terdiri dari beberapa daerah dengan keadaan lingkungan dan alam yang berbeda, sehingga melahirkan bentuk ungkapan seni yang beraneka ragam
4. Bersifat Seni Kerajinan
Dengan kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan bermacam – macam bahan untuk membuat kerajinan
5. Bersifat Non Realis
Dengan latar belakang agama asli yang primitif berpengaruh pada ungkapan seni yang selalu bersifat perlambangan / simbolisme
B. Seni Rupa Prasejarah Indonesia
Jaman prasejarah (Prehistory) adalah jaman sebelum ditemukan sumber – sumber atau dokumen – dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat simbolisme)
Jaman prasejarah Indonesia terbagi atas: Jaman Batu dan Jaman Logam
1. Seni Rupa Jaman Batu
Jaman batu terbagi lagi menjadi: jaman batu tua (Palaeolithikum), jaman batu menengah (Mesolithikum), Jaman batu muda (Neolithikum), kemudian berkembang kesenian dari batu di jaman logam disebut jaman megalithikum (Batu Besar)
Peninggalan – peninggalannya yaitu:
a. Seni Bangunan
Manusia phaleolithikum belum meiliki tempat tinggal tetap, mereka hidup mengembara (nomaden) dan berburu atau mengumpulkan makanan (food gathering) tanda – tanda adanya karya seni rupa dimulai dari jaman Mesolithikum. Mereka sudah memiliki tempat tinggal di goa – goa. Seperti goa yang ditemukan di di Sulawesi Selatan dan Irian Jaya. Juga berupa rumah – rumah panggung di tepi pantai, dengan bukti – bukti seperti yang ditemukan di pantai Sumatera Timur berupa bukit – bukit kerang (Klokkenmodinger) sebagai sisa – sisa sampah dapur para nelayan
Kemudian jaman Neolithikum, manusia sudah bisa bercocok tanah dan berternak (food producting) serta bertempat tinggal tinggal di rumah – rumah kayu / bambu
Pada jaman megalithikum banyak menghasilkan bangunan – bangunan dari batu yang berukuran besar untuk keperluan upacara agama, seperti punden, dolmen, sarkofaq, meja batu dll
b. Seni Patung
Seni patung berkembang pada jaman Neolithikum, berupa patung – patung nenek moyang dan patung penolak bala, bergaya non realistis, terbuat dari kayu atau batu. Kemudian jaman megalithikum banyak itemukan patung – patung berukuran besar bergaya statis monumental dan dinamis piktural
c. Seni Lukis
Dari jaman Mesolithikum ditemukan lukisan – lukisan yang dibuat pada dinding gua seperti lukisan goa di Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan Irian Jaya. Tujuan lukisan untuk keperluan magis dan ritual, seperti adegang perburuan binatang lambang nenek moyang dan cap jari. Kemudian pada jaman neolithikum dan megalithikum, lukisan diterapkan pada bangunan – bangunan dan benda – benda kerajinan sebagai hiasan ornamentik (motif geometris atau motif perlambang)
2. Seni Rupa Jaman Logam
Jaman logam di Indonesia dikenal sebagai jaman perunggu, Karena banyak ditemukan benda – benda kerajinan dari bahan perunggu seperti ganderang, kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni tersebut dibuat dengan teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2 teknik mencetak:
1) Bivalve, ialah teknik mengecor yang bisaa di ualng berulang
2)Acire Perdue, ialah teknim mengecor yang hany satu kali pakai (tidak bisa diulang)
C. Seni Rupa Indonesia Hindu
Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia sekitar abad pertama Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama dan politik. Pusat perkembangannya di Jawa, Bali dan Sumatra yang kemudian bercampur (akulturasi) dengan kebudayaan asli Indonesia (kebudayaan istana dan feodal). Prose akulturasi kebudayan India dan Indonesia berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu yang lama, yaitu dengan proses:
a. Proses peniruan (imitasi)
b. Proses Penyesuaian (adaptasi)
c. Proses Penguasaan (kreasi)
1. Ciri – Ciri Seni rupa Indonesia Hindu
a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja (kultus Raja)
b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama
c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum agama (Silfasastra)
d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan indonesia
2. Karya Seni Rupa Indonesia Hindu
a. Seni Bangunan:
1) Bangunan Candi
Candi berasala dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian (Dugra). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan mnumen untuk memuliakan Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati, selain itu candi pula berfungsi sebagai:
Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha, contoh candi Borobudur
Candi Pintu Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contohnya candi Bajang Ratu
Candi Balai Kambang / Tirta: didirikan didekat / ditengah kolam, contoh candi Belahan
Candi Pertapaan: didirikan di lereng – lereng tempat Raja bertapa, contohnya candi Jalatunda
Candi Vihara: didirikan untuk tempat para pendeta bersemedi contohnya candi Sari
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian
Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk segi empat, ujur sangkar atau segi 20)
Tubuh candi. Terdapat kamar – kamar tempat arca atau patung
Atap candi: berbentuk limas an, bermahkota stupa, lingga, ratna atau amalaka
Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua system dalam pengelempokan candi, yaitu:
Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu induk candi berada di tengah – tengah anak – anak candi, contohnya kelompok candi lorojongrang dan prambanan
System membelakangi (hasil kreasi asli Indonesia )yaitu induk candi berada di belakang anak – anak candi, contohnya candi penataran
2) Bangunan pura
Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran yaitu:
- Halaman depan terdapat balai pertemuan
- Halaman tengah terdapat balai saji
- Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
Seluruh bangunan dikelilingi dinding keliling dengan pintu gerbangnya ada yang berpintu / bertutup (kori agung) ada yang terbuka ( candi bentar)
- Pura agung, didirikan di komplek istana
- Pura gunung, didirikan di lereng gunung tempat bersemedhi
- Pura subak, didirikan di daerah pesawahan
- Pura laut, didirikan di tepi pantai
3) Bangunan Puri
Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb
b. Seni patung Hindu Budha
Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya Trimurti: Dewa Brahma Wisnu dan Siwa. Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut keDewaan (laksana/ciri), misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat, bertangan empat dan kendaraanhya (wahana) hangsa). Sedangkan pada patung wisnu laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan tengkorak, kendaraannya lembu, (nadi) dsb
Dalam agama Budha bisaa dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha, Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda – tanda kesucian, yaitu:
- Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)
- Diantara keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya panjang (lamba-karnapasa)
- Terdapat juga kerutan di leher
- Memakai jubah sanghati
c. Seni hias Hindu Budha
Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa
Oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam pegunungan, yaitu dengan motif flora dan fauna serta mahluk azaib. Bentuk hiasan candi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk struktur bangunan candi, contohnya:
- Hiasan mahkota pada atap candi
- Hisana menara sudut pada setiap candi
- Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
- Hiasan makara, simbar filaster,dll
2) Hiasan bidang ialah hiasan bersifat dua dimensional yang terdapat pada dinding / bidang candi, contohnya
- Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan pada candi Budha adalah Jataka, Lalitapistara
- Hiasan flora dan fauna
- Hiasan pola geometris
- Hiasan makhluk khayangan
3. Kronologis Sejarah Seni rupa Hindu Budha
a. Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Tengah, terbagi atas:
1) Jaman Wangsa Sanjaya
Candi – candi hanya didirikan di daerah pegunungan. Seni patungnya merupakan perwujudan antara manusia dengan binatang (lembu atau garuda)
2) Jaman Wangsa Syailendra
Peninggalan candinya : kelompok Candi Prambanan, Kelompok Candi Sewu, Candi Borobudurm, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Mendut Dan Kelompok Candi Plaosan
Seni patungnya bersifat Budhis, contohnya patung Budha dan Budhisatwa di Candi Borobudur
b. Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Timur, terbagi atas:
1) Jaman Peralihan
Pada seni bangunannya sudah meperlihatkan tanda – tanda gaya seni jawa timur seperti tampak pada Candi Belahan yaitu pada perubahan kaki candi yang bertingkat dan atapnya yang makin tinggi. Kemudian pada seni patungnya dudah tidak lagi memperlihatkan tradisi India, tetapi sudah diterapkan proposisi Indonesia seperti pada patung Airlangga
2) Jaman Singasari
Pada seni bangunannya sudah benar – benar meperlihatkan gaya seni Jawa Timur baik pada struktur candi maupun pada hiasannya, contohnya: candi singosari, candi kidal, dan candi jago. Seni patungnya bergaya Klasisistis yang bertolak dari gaya seni Jawa Tengah, hanya seni patung singosari lebih lebih halus pahatannya dan lebih kaya dengan hiasan contohnya patung Prajnaparamita, Bhairawa dan Ganesha.
3) Jaman Majapahit
Candi – candi Majapahit sebagian besar sudah tidak utuh lagi karena terbuat dari batu bata, perbedaan dengan candi di Jawa Tengah yang terbuat dari batu kali / andhesit peninggalan candinya: kelompok candi Penataran, Candi Bajangratu, candi Surowono, candi Triwulan dll
Kemudian pada seni patungnya sudah tidak lagi memperlihatkan gaya klasik Jawa Tengah, melainkan gayaIndonesia seperti tampak pada raut muka, pakaian batik dan perhiasan khasIndonesia. Selain patung dari batu juga dikelan patung realistic dari Terakotta (tanah liat) hasil pengaruh darin Campa dan China, contohnya patung wajah Gajah Mada magis monumental yang lebih menonjolkan tradisi
c. Seni Rupa Bali Hindu
Di Bali jarang ditemukan candi sebab masyarakatnya tidak mengenal Kultus Raja. Seni bangunan utama di Bali adalah Pura dan Puri. Pura sebagai bangunan suci tetapi di dalamnya tidak terdapat patung perwujudan Dewa karena masyarakat Bali tidak mengenal an-Iconis yaitu tidak mengebal patung sebagai objek pemujaan, adapun patung hanya sebagai hiasan saja
4. Perbedaan Gaya Seni Jawa Tengah Dengan Jawa Timur
a. Perbedaan struktur bangunan candi
Candi Jateng terbuat dari batu adhesit, sedangkan di Jatim terbuat dari batu bata
Candi Jateng bentuknya tambun, sedangkan di Jatim bentuknya ramping
Kaki candi Jateng tidak berundak sedangkan di Jatim berundak
Atap candi Jateng pendek, sedangkan di Jatim lebih tinggi
Kumpulan candi di Jateng dengan system konsentris, sedangkan di Jatim dengan system membelakangi
b. Perbedaan pada seni patungnya
Patung – patung di Jateng hanya sebagai perwujudan Dewa/Raja sedangkan di Jatim ada pula perwujudan manusia bisa
Seni patung Jateng bergaya simbolis realistis, sedangkan di Jatim jaman Singasari bergaya klasisitis dan jaman Majapahit bergaya magis monumentalPrambandala (lingkaran kesaktian) pada patung Jateng terdapat pada bagian belakang kepala, sedangkan di Jatim terdapat di bagian
belakang seluruh tubuh menyerupai lidah api
Pakaian Raja / Dewa pada seni patung Jateng masih dipengaruhi tradisi India, sedangkan di Jatim khas Indonesia seperti pakaian batik, selendang dan ikat kepala
c. Perbedaan hiasan candi
Hiasan adegan cerita pada candi Jateng bergala realis, sedangkan di Jatim bergaya Wayang (distorsi)
Adegan cerita pada candi Jateng hanya tentang Mahabarata dan Ramayana, sedangkan di Jatim ada pula adegan cerita asli Indonesia, misalnya cerita Panji
Motif hias pada candi di Jateng bersifat Hindu dan Budha sedangkan di Jatim ada pula hias asliIndonesia sperti motif penawakan dan gunungan serta perlambangan.
d. Seni Rupa Indonesia Islam
Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang dari India, Persia dan Cina. Mereka menyebarkan ajaran Islam sekligus memperkenalkan kebudayaannya masing – masing, maka timbul akulturasi kebudayaan. Seni rupa Islam juga dikembangkan oleh para empu di istana – istana sebagai media pengabdian kepada para penguasa (Raja/Sultan) kemudian dalam kaitannya dengan penyebaran agama Islam, para walipun berperan dalam mengembangkan seni di masyarakat pedesaan, misalnya da’wah Islam disampaikan dengan media seni wayang
1. Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia Islam
a. Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media pengabdian kepada Raja / sultan
b. Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu Budha)
c. Berperan
2. Karya Seni Rupa Indonesia Islam
a. Seni Bangunan
1. Mesjid
Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas bersusun ganjil (seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya atap mesjid Agung Demak dan Mesjid Agung Banten
2. Istana
Istana / keraton berfungsi sebagai tempat tinggal Raja, pusat pemerintahan. Pusat kegiatan agama dan budaya. Komplek istana bisaanya didirikan di pusat kota yang dikelilingi oleh dinding keliling dan parit pertahanan.
3. Makam
Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil pengaruh dari tradisi non muslim. Pengaruh seni prasejarah tampak pada bentuk makam seperti punden berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak pada nisannya yang diberi hiasan motif gunungan atau motif kala makara. Adapun pengaruh dari Gujarat India yaitu pada makam yang beratap sungkup
b. Seni Kaligrafi
Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian Islam menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian ayat – ayat suci Al – Qur’an. Berdasarkan fungsinya seni kaligrafi dibedakan menjadi, yaitu:
1) Kaligrafi terapan berfungsi sebagai dekorasi / hiasan
2) Kaligrafi piktural berfungsi sebagai pembentuk gambar
3) Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai media ungkapan perasaan seperti kaligrafi karya AD. Pireus dan Ahmad Sadeli
c. Seni Hias
Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara realis, maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya (digayakan) atau diformasi (disederhanakan) dengan bentuk tumbuh – tumbuhan
E. Seni Rupa Indonesi Modern
Istilah “modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu betuk dan perwujudan seni yang terjadi akibat dari pengaruh kaidah seni Barat / Eropa. Dalam perkembangannya sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan
1. Masa Perintis
Dimulai dari prestasi Raden Saleh Syarif Bustaman (1807 – 1880), seorang seniman Indonesiayang belajar kesenian di eropa dan sekembalinya di Indonesia ia menyebarkan hasil pendidikannya. Kemudian Raden Saleh dikukuhkan sebagai bapak perintis seni lukisan modern
2. Masa seni lukis Indonesia jelita / moek (1920 – 1938)
Ditandai dengan hadirnya sekelompok pelukis barat yaitu Rudolf Bonnet, Walter Spies, Arie Smite, R. Locatelli dan lain – lain. Ada beberapa pelukis Indonesia yang mengikuti kaidah / teknik ini antara lain: Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah, Wakidi dan Wahid Somantri
3. Masa PERSAGI (1938 – 1942)
PERSAGI (Peraturan Ahli Gambar Indonesia) didirikan tahun 1938 di Jakarta yang diketuai oleh Agus Jaya Suminta dan sekreTarisnya S. Sujoyono, seangkan anggotanya Ramli, Abdul Salam, Otto Jaya S, Tutur, Emira Sunarsa (pelukis wanita pertama Indonesia) PERSAGI bertujuan agar para seniman Indonesia dapat menciptakan karya seni yang kreatif dan berkepribadan Indonesia
4. Masa Pendudukan Jepang (1942 – 1945)
Pada jaman Jepang para seniman Indonesia disediakan wadah pada balai kebudayaan Keimin Bunka Shidoso. Para seniman yang aktif ialah: Agus Jaya, Otto Jaya, Zaini, Kusnadi dll. Kemudian pada tahun 1945 berdiri lembaga kesenian dibawah naungan POETRA (Pusat tenaga Rakyat) oleh empat sekawan: Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH. Mansur
5. Masa Sesudah Kemerdekaan (1945 – 1950)
Pada masa ini seniman banyak teroragisir dalam kelompok – kelompok diantaranya:
Sanggar seni rupa masyarakat di Yogyakarta oleh Affandi, Seniman Indonesia Muda (SIM) di Madiun, oleh S. Sujiono, Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI) Djajengasmoro, Himpunan Budaya Surakarta (HBS) dll
6. Masa Pendidikan Seni Rupa Melalui Pendidikan Formal
Pada tahun 1950 di Yogyakarta berdiri ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) yang sekarang namanya menjadi STSRI (Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia) yang dipelopori oleh RJ. Katamsi, kemudian di Bandung berdiri Perguruan Tinggi Guru Gambar (sekarang menjadi Jurusan Seni Rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof. Syafe Sumarja. Selanjutnya LPKJ (Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta) disusul dengan jurusan – jurusan di setiap IKIP Negeri bahkan sekarag pada tingat SLTA
7. Masa Seni Rupa Baru Indonesia
Pada tahun 1974 muncul para seniman Muda baik yang berpendidikan formal maupun otodidak, seperti Jim Supangkat, S. Priaka, Harsono, Dede Eri Supria, Munni Ardhi, Nyoman Nuarta, dll
1. Bersifat tradisional/statis
Dengan adanya kebudayaan agraris mengarah pada bentuk kesenian yang berpegang pada suatu kaidah yang turun temurun
2. Bersifat Progresif
Dengan adanya kebudayaan maritim. Kesenian Indonesia sering dipengaruhi kebudayaan luar yang kemudian di padukan dan dikembangkan sehingga menjadi milik bangsa Indonesia sendiri
3. Bersifat Kebinekaan
Indonesia terdiri dari beberapa daerah dengan keadaan lingkungan dan alam yang berbeda, sehingga melahirkan bentuk ungkapan seni yang beraneka ragam
4. Bersifat Seni Kerajinan
Dengan kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan bermacam – macam bahan untuk membuat kerajinan
5. Bersifat Non Realis
Dengan latar belakang agama asli yang primitif berpengaruh pada ungkapan seni yang selalu bersifat perlambangan / simbolisme
B. Seni Rupa Prasejarah Indonesia
Jaman prasejarah (Prehistory) adalah jaman sebelum ditemukan sumber – sumber atau dokumen – dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat simbolisme)
Jaman prasejarah Indonesia terbagi atas: Jaman Batu dan Jaman Logam
1. Seni Rupa Jaman Batu
Jaman batu terbagi lagi menjadi: jaman batu tua (Palaeolithikum), jaman batu menengah (Mesolithikum), Jaman batu muda (Neolithikum), kemudian berkembang kesenian dari batu di jaman logam disebut jaman megalithikum (Batu Besar)
Peninggalan – peninggalannya yaitu:
a. Seni Bangunan
Manusia phaleolithikum belum meiliki tempat tinggal tetap, mereka hidup mengembara (nomaden) dan berburu atau mengumpulkan makanan (food gathering) tanda – tanda adanya karya seni rupa dimulai dari jaman Mesolithikum. Mereka sudah memiliki tempat tinggal di goa – goa. Seperti goa yang ditemukan di di Sulawesi Selatan dan Irian Jaya. Juga berupa rumah – rumah panggung di tepi pantai, dengan bukti – bukti seperti yang ditemukan di pantai Sumatera Timur berupa bukit – bukit kerang (Klokkenmodinger) sebagai sisa – sisa sampah dapur para nelayan
Kemudian jaman Neolithikum, manusia sudah bisa bercocok tanah dan berternak (food producting) serta bertempat tinggal tinggal di rumah – rumah kayu / bambu
Pada jaman megalithikum banyak menghasilkan bangunan – bangunan dari batu yang berukuran besar untuk keperluan upacara agama, seperti punden, dolmen, sarkofaq, meja batu dll
b. Seni Patung
Seni patung berkembang pada jaman Neolithikum, berupa patung – patung nenek moyang dan patung penolak bala, bergaya non realistis, terbuat dari kayu atau batu. Kemudian jaman megalithikum banyak itemukan patung – patung berukuran besar bergaya statis monumental dan dinamis piktural
c. Seni Lukis
Dari jaman Mesolithikum ditemukan lukisan – lukisan yang dibuat pada dinding gua seperti lukisan goa di Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan Irian Jaya. Tujuan lukisan untuk keperluan magis dan ritual, seperti adegang perburuan binatang lambang nenek moyang dan cap jari. Kemudian pada jaman neolithikum dan megalithikum, lukisan diterapkan pada bangunan – bangunan dan benda – benda kerajinan sebagai hiasan ornamentik (motif geometris atau motif perlambang)
2. Seni Rupa Jaman Logam
Jaman logam di Indonesia dikenal sebagai jaman perunggu, Karena banyak ditemukan benda – benda kerajinan dari bahan perunggu seperti ganderang, kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni tersebut dibuat dengan teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2 teknik mencetak:
1) Bivalve, ialah teknik mengecor yang bisaa di ualng berulang
2)Acire Perdue, ialah teknim mengecor yang hany satu kali pakai (tidak bisa diulang)
C. Seni Rupa Indonesia Hindu
Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia sekitar abad pertama Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama dan politik. Pusat perkembangannya di Jawa, Bali dan Sumatra yang kemudian bercampur (akulturasi) dengan kebudayaan asli Indonesia (kebudayaan istana dan feodal). Prose akulturasi kebudayan India dan Indonesia berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu yang lama, yaitu dengan proses:
a. Proses peniruan (imitasi)
b. Proses Penyesuaian (adaptasi)
c. Proses Penguasaan (kreasi)
1. Ciri – Ciri Seni rupa Indonesia Hindu
a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja (kultus Raja)
b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama
c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum agama (Silfasastra)
d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan indonesia
2. Karya Seni Rupa Indonesia Hindu
a. Seni Bangunan:
1) Bangunan Candi
Candi berasala dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian (Dugra). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan mnumen untuk memuliakan Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati, selain itu candi pula berfungsi sebagai:
Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha, contoh candi Borobudur
Candi Pintu Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contohnya candi Bajang Ratu
Candi Balai Kambang / Tirta: didirikan didekat / ditengah kolam, contoh candi Belahan
Candi Pertapaan: didirikan di lereng – lereng tempat Raja bertapa, contohnya candi Jalatunda
Candi Vihara: didirikan untuk tempat para pendeta bersemedi contohnya candi Sari
Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian
Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk segi empat, ujur sangkar atau segi 20)
Tubuh candi. Terdapat kamar – kamar tempat arca atau patung
Atap candi: berbentuk limas an, bermahkota stupa, lingga, ratna atau amalaka
Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua system dalam pengelempokan candi, yaitu:
Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu induk candi berada di tengah – tengah anak – anak candi, contohnya kelompok candi lorojongrang dan prambanan
System membelakangi (hasil kreasi asli Indonesia )yaitu induk candi berada di belakang anak – anak candi, contohnya candi penataran
2) Bangunan pura
Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran yaitu:
- Halaman depan terdapat balai pertemuan
- Halaman tengah terdapat balai saji
- Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa
Seluruh bangunan dikelilingi dinding keliling dengan pintu gerbangnya ada yang berpintu / bertutup (kori agung) ada yang terbuka ( candi bentar)
- Pura agung, didirikan di komplek istana
- Pura gunung, didirikan di lereng gunung tempat bersemedhi
- Pura subak, didirikan di daerah pesawahan
- Pura laut, didirikan di tepi pantai
3) Bangunan Puri
Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb
b. Seni patung Hindu Budha
Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan Dewa penitisnya. Orang Hindu percaya adanya Trimurti: Dewa Brahma Wisnu dan Siwa. Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut keDewaan (laksana/ciri), misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat, bertangan empat dan kendaraanhya (wahana) hangsa). Sedangkan pada patung wisnu laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan tengkorak, kendaraannya lembu, (nadi) dsb
Dalam agama Budha bisaa dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha, Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda – tanda kesucian, yaitu:
- Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha)
- Diantara keningnya terdapat titik (urna)
- Telinganya panjang (lamba-karnapasa)
- Terdapat juga kerutan di leher
- Memakai jubah sanghati
c. Seni hias Hindu Budha
Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa
Oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam pegunungan, yaitu dengan motif flora dan fauna serta mahluk azaib. Bentuk hiasan candi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk struktur bangunan candi, contohnya:
- Hiasan mahkota pada atap candi
- Hisana menara sudut pada setiap candi
- Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu
- Hiasan makara, simbar filaster,dll
2) Hiasan bidang ialah hiasan bersifat dua dimensional yang terdapat pada dinding / bidang candi, contohnya
- Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan pada candi Budha adalah Jataka, Lalitapistara
- Hiasan flora dan fauna
- Hiasan pola geometris
- Hiasan makhluk khayangan
3. Kronologis Sejarah Seni rupa Hindu Budha
a. Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Tengah, terbagi atas:
1) Jaman Wangsa Sanjaya
Candi – candi hanya didirikan di daerah pegunungan. Seni patungnya merupakan perwujudan antara manusia dengan binatang (lembu atau garuda)
2) Jaman Wangsa Syailendra
Peninggalan candinya : kelompok Candi Prambanan, Kelompok Candi Sewu, Candi Borobudurm, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Mendut Dan Kelompok Candi Plaosan
Seni patungnya bersifat Budhis, contohnya patung Budha dan Budhisatwa di Candi Borobudur
b. Seni rupa Jawa Hindu periode Jawa Timur, terbagi atas:
1) Jaman Peralihan
Pada seni bangunannya sudah meperlihatkan tanda – tanda gaya seni jawa timur seperti tampak pada Candi Belahan yaitu pada perubahan kaki candi yang bertingkat dan atapnya yang makin tinggi. Kemudian pada seni patungnya dudah tidak lagi memperlihatkan tradisi India, tetapi sudah diterapkan proposisi Indonesia seperti pada patung Airlangga
2) Jaman Singasari
Pada seni bangunannya sudah benar – benar meperlihatkan gaya seni Jawa Timur baik pada struktur candi maupun pada hiasannya, contohnya: candi singosari, candi kidal, dan candi jago. Seni patungnya bergaya Klasisistis yang bertolak dari gaya seni Jawa Tengah, hanya seni patung singosari lebih lebih halus pahatannya dan lebih kaya dengan hiasan contohnya patung Prajnaparamita, Bhairawa dan Ganesha.
3) Jaman Majapahit
Candi – candi Majapahit sebagian besar sudah tidak utuh lagi karena terbuat dari batu bata, perbedaan dengan candi di Jawa Tengah yang terbuat dari batu kali / andhesit peninggalan candinya: kelompok candi Penataran, Candi Bajangratu, candi Surowono, candi Triwulan dll
Kemudian pada seni patungnya sudah tidak lagi memperlihatkan gaya klasik Jawa Tengah, melainkan gayaIndonesia seperti tampak pada raut muka, pakaian batik dan perhiasan khasIndonesia. Selain patung dari batu juga dikelan patung realistic dari Terakotta (tanah liat) hasil pengaruh darin Campa dan China, contohnya patung wajah Gajah Mada magis monumental yang lebih menonjolkan tradisi
c. Seni Rupa Bali Hindu
Di Bali jarang ditemukan candi sebab masyarakatnya tidak mengenal Kultus Raja. Seni bangunan utama di Bali adalah Pura dan Puri. Pura sebagai bangunan suci tetapi di dalamnya tidak terdapat patung perwujudan Dewa karena masyarakat Bali tidak mengenal an-Iconis yaitu tidak mengebal patung sebagai objek pemujaan, adapun patung hanya sebagai hiasan saja
4. Perbedaan Gaya Seni Jawa Tengah Dengan Jawa Timur
a. Perbedaan struktur bangunan candi
Candi Jateng terbuat dari batu adhesit, sedangkan di Jatim terbuat dari batu bata
Candi Jateng bentuknya tambun, sedangkan di Jatim bentuknya ramping
Kaki candi Jateng tidak berundak sedangkan di Jatim berundak
Atap candi Jateng pendek, sedangkan di Jatim lebih tinggi
Kumpulan candi di Jateng dengan system konsentris, sedangkan di Jatim dengan system membelakangi
b. Perbedaan pada seni patungnya
Patung – patung di Jateng hanya sebagai perwujudan Dewa/Raja sedangkan di Jatim ada pula perwujudan manusia bisa
Seni patung Jateng bergaya simbolis realistis, sedangkan di Jatim jaman Singasari bergaya klasisitis dan jaman Majapahit bergaya magis monumentalPrambandala (lingkaran kesaktian) pada patung Jateng terdapat pada bagian belakang kepala, sedangkan di Jatim terdapat di bagian
belakang seluruh tubuh menyerupai lidah api
Pakaian Raja / Dewa pada seni patung Jateng masih dipengaruhi tradisi India, sedangkan di Jatim khas Indonesia seperti pakaian batik, selendang dan ikat kepala
c. Perbedaan hiasan candi
Hiasan adegan cerita pada candi Jateng bergala realis, sedangkan di Jatim bergaya Wayang (distorsi)
Adegan cerita pada candi Jateng hanya tentang Mahabarata dan Ramayana, sedangkan di Jatim ada pula adegan cerita asli Indonesia, misalnya cerita Panji
Motif hias pada candi di Jateng bersifat Hindu dan Budha sedangkan di Jatim ada pula hias asliIndonesia sperti motif penawakan dan gunungan serta perlambangan.
d. Seni Rupa Indonesia Islam
Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang dari India, Persia dan Cina. Mereka menyebarkan ajaran Islam sekligus memperkenalkan kebudayaannya masing – masing, maka timbul akulturasi kebudayaan. Seni rupa Islam juga dikembangkan oleh para empu di istana – istana sebagai media pengabdian kepada para penguasa (Raja/Sultan) kemudian dalam kaitannya dengan penyebaran agama Islam, para walipun berperan dalam mengembangkan seni di masyarakat pedesaan, misalnya da’wah Islam disampaikan dengan media seni wayang
1. Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia Islam
a. Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media pengabdian kepada Raja / sultan
b. Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu Budha)
c. Berperan
2. Karya Seni Rupa Indonesia Islam
a. Seni Bangunan
1. Mesjid
Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas bersusun ganjil (seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya atap mesjid Agung Demak dan Mesjid Agung Banten
2. Istana
Istana / keraton berfungsi sebagai tempat tinggal Raja, pusat pemerintahan. Pusat kegiatan agama dan budaya. Komplek istana bisaanya didirikan di pusat kota yang dikelilingi oleh dinding keliling dan parit pertahanan.
3. Makam
Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil pengaruh dari tradisi non muslim. Pengaruh seni prasejarah tampak pada bentuk makam seperti punden berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak pada nisannya yang diberi hiasan motif gunungan atau motif kala makara. Adapun pengaruh dari Gujarat India yaitu pada makam yang beratap sungkup
b. Seni Kaligrafi
Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian Islam menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian ayat – ayat suci Al – Qur’an. Berdasarkan fungsinya seni kaligrafi dibedakan menjadi, yaitu:
1) Kaligrafi terapan berfungsi sebagai dekorasi / hiasan
2) Kaligrafi piktural berfungsi sebagai pembentuk gambar
3) Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai media ungkapan perasaan seperti kaligrafi karya AD. Pireus dan Ahmad Sadeli
c. Seni Hias
Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara realis, maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya (digayakan) atau diformasi (disederhanakan) dengan bentuk tumbuh – tumbuhan
E. Seni Rupa Indonesi Modern
Istilah “modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu betuk dan perwujudan seni yang terjadi akibat dari pengaruh kaidah seni Barat / Eropa. Dalam perkembangannya sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan
1. Masa Perintis
Dimulai dari prestasi Raden Saleh Syarif Bustaman (1807 – 1880), seorang seniman Indonesiayang belajar kesenian di eropa dan sekembalinya di Indonesia ia menyebarkan hasil pendidikannya. Kemudian Raden Saleh dikukuhkan sebagai bapak perintis seni lukisan modern
2. Masa seni lukis Indonesia jelita / moek (1920 – 1938)
Ditandai dengan hadirnya sekelompok pelukis barat yaitu Rudolf Bonnet, Walter Spies, Arie Smite, R. Locatelli dan lain – lain. Ada beberapa pelukis Indonesia yang mengikuti kaidah / teknik ini antara lain: Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah, Wakidi dan Wahid Somantri
3. Masa PERSAGI (1938 – 1942)
PERSAGI (Peraturan Ahli Gambar Indonesia) didirikan tahun 1938 di Jakarta yang diketuai oleh Agus Jaya Suminta dan sekreTarisnya S. Sujoyono, seangkan anggotanya Ramli, Abdul Salam, Otto Jaya S, Tutur, Emira Sunarsa (pelukis wanita pertama Indonesia) PERSAGI bertujuan agar para seniman Indonesia dapat menciptakan karya seni yang kreatif dan berkepribadan Indonesia
4. Masa Pendudukan Jepang (1942 – 1945)
Pada jaman Jepang para seniman Indonesia disediakan wadah pada balai kebudayaan Keimin Bunka Shidoso. Para seniman yang aktif ialah: Agus Jaya, Otto Jaya, Zaini, Kusnadi dll. Kemudian pada tahun 1945 berdiri lembaga kesenian dibawah naungan POETRA (Pusat tenaga Rakyat) oleh empat sekawan: Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH. Mansur
5. Masa Sesudah Kemerdekaan (1945 – 1950)
Pada masa ini seniman banyak teroragisir dalam kelompok – kelompok diantaranya:
Sanggar seni rupa masyarakat di Yogyakarta oleh Affandi, Seniman Indonesia Muda (SIM) di Madiun, oleh S. Sujiono, Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI) Djajengasmoro, Himpunan Budaya Surakarta (HBS) dll
6. Masa Pendidikan Seni Rupa Melalui Pendidikan Formal
Pada tahun 1950 di Yogyakarta berdiri ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) yang sekarang namanya menjadi STSRI (Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia) yang dipelopori oleh RJ. Katamsi, kemudian di Bandung berdiri Perguruan Tinggi Guru Gambar (sekarang menjadi Jurusan Seni Rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof. Syafe Sumarja. Selanjutnya LPKJ (Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta) disusul dengan jurusan – jurusan di setiap IKIP Negeri bahkan sekarag pada tingat SLTA
7. Masa Seni Rupa Baru Indonesia
Pada tahun 1974 muncul para seniman Muda baik yang berpendidikan formal maupun otodidak, seperti Jim Supangkat, S. Priaka, Harsono, Dede Eri Supria, Munni Ardhi, Nyoman Nuarta, dll
SEJARAH SENI RUPA NUSANTARA
Seni menurut Popo Iskandar adalah karya cipta manusia yang bersifat kreatif dan memiliki nilai seni yangdapat dikomunikasikan kepada orang lain. Seni memiliki beberapa cabang, antara lain seni musik, senirupa, seni tari, dan seni teater. Pada materi berikut ini yang kita pelajari adalah cabang seni rupa. Seni rupa di wilayah Nusantara sudah ada sejak zaman prasejarah. Hal ini dibuktikan dengan diketemukannya hasil karya seni rupa, baik berupa lukisan di dinding-dinding gua maupun benda-benda yang digunakanuntuk meramu. Hasil seni rupa pada zaman tersebut diperkiraan sebagai sarana untuk melakukan ritual tertentu. Kehidupan manusia gua. Seni rupa adalah cabang seni yang menggunakan media rupa dalam penyampaiannya. Unsur media rupaini dapat berupa titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, gelap-terang. Seni rupa menurut kegunaannya dibedakan menjadi tiga yaitu seni rupa murni, seni rupa terapan dan desain. Seni rupa murni adalah suatu karya seni yang menggunakan media visual yang digunakan sebagai pemuas ekspresi pribadi atau karya yang dibuat hanya digunakan untuk kepuasan dirinya sendiri. Seni rupa murni terdiri dari seni lukis, seni grafis, seni patung, seni instalasi. Sedangkan seni rupa terapan adalah karya seni rupa yang menitik beratkan pada aspek kegunaan atau fungsi. Seni rupa terapan terdiri dari berbagai macam hasil karya seni kriya, baik kriya kayu, kriya kulit, kriya logam, kriya keramik, kriya tekstil, batik. Seni rupadesain terdiri dari desain produk, desain grafis, desain arsitektur, desain interior-eksterior. Seni rupa Nusantara adalah suatu karya seni rupa yang terdapat di wilayah Nusantara. Seni rupa Nusantara menurut periode perkembangan dibagi menjadi Zaman Batu, Zaman Klasik, dan Zaman Indonesia Baru.
.
ZAMAN BATU
a. Zaman Batu Tua ( paleolithikum)
Zaman paleolithikum ini ditandai dengan diketemukannya benda-benda dari batu kasar, berupa kapakgenggam (chopper) yang ditemukan di Pacitan (Jawa Timur), Parigi (Sulawesi), Gombong (JawaTengah), Sukabumi (Jawa Barat). Di Ngandong (Jawa Tengah) ditemukan alat-alat dari batu beranekawarna yang berfungsi untuk mengorek-orek ubi yang disebut flakes dan peralatan dari tulang (
boneculture). Selain itu juga ditemukan lukisan kuno di gua Leang-leang (Sulawesi Selatan) objek lukisan digua ini berupa telapak tangan dan tubuh manusia. Di Papua objek lukisannya berupa binatang terdapatcipratan darah yang dicampur dengan lemak.
Lukisan dinding gua LascauxSerpihan batu peninggalan palaelithikumBone culture
b. Zaman Batu Tengah (mezolithikum)
Pada zaman ini kehidupan nenek moyang kita sudah mulai maju dan berkembang. Hal ini dibuktikandengan diketemukannya ujung panah, flakes, batu penggiling, pipisan, kapak batu dan alat-alat daritanduk rusa. Nenek moyang kita pada zaman ini diperkirakan sudah mulai menetap. hal ini dibuktikandengan diketemukan tumpukan kulit kerang setinggi tujuh meter di pantai timur Sumatra dan juga sudahdiketemukan pecahan tembikar dari tanahliat.
Kapak batuPeninggalan mezolithikum
c. Zaman Batu Muda (neolithikum)
Pada zaman ini nenek moyang kita sudah tinggal menetap. Dalam mencari mata pencaharian merekasudah mulai bercocok tanam. Pada periode ini telah ditemukan kapak lonjong dan persegi. Kapak persegi(ditemukan di Lahat, Bogor, Sukabumi, Karawang, Pacitan, Tasikmalaya dan lereng Gunung Ijen) diperkirakan untuk bercocok tanam, memahat dan untuk memotong kayu. Sedangkan kapak lonjong (ditemukan di Papua, Minahasa, Serawak dan Kepulauan Tanimbar) bentuknya bulat memanjang dengan bagian ujung lancip dan tajam.Pada zaman ini juga sudah diketemukan tembikar dari tanah liat yang sudah diberi motif hiasan yang bersifat magis, perhiasan cincin, kalung, gelang dari batu dan pakaian dari kulit kayu. Kapak lonjongGerabah peninggalan masa neolithikum
d. Zaman Batu Besar (megalithikum)
Zaman Batu Besar ditandai dengan adanya peninggalan monumen-monumen batu sebagai upacara keagamaan yang dianut masyarakat pada saat itu. Peninggalan tersebut berupa dolmen ( sejenis meja dari batu berukuran besar berfungsi untuk meletakkan sesaji di atasnya dan juga sebagai tanda bahwa di bawahnya ada kuburannya), (bangunan yang menyerupai tugu sebagai tanda bersemayamnya roh.
ESTETIKA
Istilah estetika sangat dekat dan erat hubungannya dengan kata seni, pada saat yang sama para ahli banyak yang mengkategorikan kedua hal tersebut kedalam definisi yang sama, akan tetapi tidak sedikit yang menyatakan bahwa estetika adalah sebuah bentuk dari keindahan yang berbeda dengan istilah seni.
Estetika sering dihubungakan dengan sesuatu yang berbau seni karena mengandung keindahan yang dapat diapandang. Sejak kemunculannya estetika selalu digunakan untuk mengutarakan bahasa filsafat terhadap karya seni. Namun pada kenyataanyasei tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang indah sehingga harus ada bidang yang digunakan untuk menjawab hakekat seni sebenarnya yaitu filsafat seni.
Kata estetika sendiri berakar dari bahasa latin “aestheticus” atau bahasa Yunani “aestheticos” yang merupakan kata yang bersumber dari istilah “aishte” yang memiliki makna merasa. Estetika dapat didefinisikan sebagai susunan bagian dari sesuatu yang mengandung pola, dimana pola tersebut mempersatukan bagian-bagian yang membentuknya dan mengandung keselarasan dari unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan. Dari hal tersebut dapat diartikan bahwa esetetika menyangkut hal perasaan seseorang, dan perasaan ini dikhususkan akan perasaan yang indah. Nilai indah yang dimaksudakan tidak hanya semata-mata mendefinisikan bentuknya tetapi bisa juga menyangkut keindahan dari isi atau makna yang terkandung didalamnya.
Estetika sering dihubungakan dengan sesuatu yang berbau seni karena mengandung keindahan yang dapat diapandang. Sejak kemunculannya estetika selalu digunakan untuk mengutarakan bahasa filsafat terhadap karya seni. Namun pada kenyataanyasei tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang indah sehingga harus ada bidang yang digunakan untuk menjawab hakekat seni sebenarnya yaitu filsafat seni.
Kata estetika sendiri berakar dari bahasa latin “aestheticus” atau bahasa Yunani “aestheticos” yang merupakan kata yang bersumber dari istilah “aishte” yang memiliki makna merasa. Estetika dapat didefinisikan sebagai susunan bagian dari sesuatu yang mengandung pola, dimana pola tersebut mempersatukan bagian-bagian yang membentuknya dan mengandung keselarasan dari unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan. Dari hal tersebut dapat diartikan bahwa esetetika menyangkut hal perasaan seseorang, dan perasaan ini dikhususkan akan perasaan yang indah. Nilai indah yang dimaksudakan tidak hanya semata-mata mendefinisikan bentuknya tetapi bisa juga menyangkut keindahan dari isi atau makna yang terkandung didalamnya.
Bisa diibaratkan dengan membandingkan dua orang wanita, wanita yang cantik adalah kecantikan yang hanya terpancar dari fisik wanita tersebut dan enak dipandang oleh mata. Akan tetapi wanita yang indah bisa digambarkan dengan seorang wanita yang memilki pesona jangka panjang, selain mempunyai paras yang cantik wanita tersebut memiliki value atau nilai tambah dengan pesona yang dimilikinya, jadi wanita yang cantik tidak semuanya termasuk wanita yang memilki keindahan atau nilai estetika. Karena wanita yang indah (menurut kattsoff, 1986:381) adalah bukan hanya wanita yang enak dipandang tetapi lebih dari itu wanita yang indah memiliki banyak hal yang dapat dinikmati dengan perasaan meyenangkan hati.
Dari banyaknya pemahaman yang berbeda-beda dari semua kalangan tentang apa terjemahan dari hal yang dinamakan estetika, muncullah para ahli dengan kesimpulanya sendiri dalam menanggapi apa itu pengertian dari estetika, dan berikut ini adalah pengertian dari estetika menurut para ahli dengan dilengkapi penjelasannya.
1. Pengertian estetika menurut Herbert Read
Herbert Read mendefinisikan bahwa keindahan adalah kesatuan dan hubungan hubungan bentuk yang terdapat diantara pencerapan pencerapan indrawi kita. Pada umumnya orang beranggapan bahwa yang indah adalah seni atau bahwa seni akan selalu indah, dan bahwa yang tidak indah bukanlah seni. Pandangan semacam ini akan menyulitkan masyarakat dalam mengapresiasi seni, sebab seni tidak harus selalu indah, menurut pendapat Herbert Read.
Penjelasan:
Dalam teorinya Herbert Read menjelaskan bahwa peryataan tentang seni yang disamakan dengan estetika atau keindahan adalah sesuatu yang salah kaprah. Seni yang merupakan hasil budaya dari manusia yang disebut juga unsur-unsur kebudayaan tidak serta merta hanya berbentuk yang indah-indah saja, seni juga dapat berupa suatu objek buatan manusia yang unik, menyeramkan, antik, dan tidak melulu hal yang memilki nilai keindahan akan tetapi memiliki kesan dihati oran lain sebagai penikmat seni.
2. Pengertian estetika menurut Bruce Allsopp
Bruce Allshop pada tahun 1997 mendefinisikan bahwa estetika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari proses proses penikmatan dan aturan aturan dalam menciptakan rasa kenyamanan.
Penjelasan:
Dari definisi yang dikemukakan oleh Bruce Allsopp (1977) dalam mengartikan tentang kata estetika adalah sebuah ilmu pengetahuan, Alshopp juga menjelaskan bahwa estetika merupakan suatu kegiatan edukasi atau pembelajaran mengenai proses dan aturan tentang penciptaan sebuah karya yang nantinya akan menimbulkan perasaan nyaman bagi yang melihat dan merasakanya.
Herbert Read mendefinisikan bahwa keindahan adalah kesatuan dan hubungan hubungan bentuk yang terdapat diantara pencerapan pencerapan indrawi kita. Pada umumnya orang beranggapan bahwa yang indah adalah seni atau bahwa seni akan selalu indah, dan bahwa yang tidak indah bukanlah seni. Pandangan semacam ini akan menyulitkan masyarakat dalam mengapresiasi seni, sebab seni tidak harus selalu indah, menurut pendapat Herbert Read.
Penjelasan:
Dalam teorinya Herbert Read menjelaskan bahwa peryataan tentang seni yang disamakan dengan estetika atau keindahan adalah sesuatu yang salah kaprah. Seni yang merupakan hasil budaya dari manusia yang disebut juga unsur-unsur kebudayaan tidak serta merta hanya berbentuk yang indah-indah saja, seni juga dapat berupa suatu objek buatan manusia yang unik, menyeramkan, antik, dan tidak melulu hal yang memilki nilai keindahan akan tetapi memiliki kesan dihati oran lain sebagai penikmat seni.
2. Pengertian estetika menurut Bruce Allsopp
Bruce Allshop pada tahun 1997 mendefinisikan bahwa estetika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari proses proses penikmatan dan aturan aturan dalam menciptakan rasa kenyamanan.
Penjelasan:
Dari definisi yang dikemukakan oleh Bruce Allsopp (1977) dalam mengartikan tentang kata estetika adalah sebuah ilmu pengetahuan, Alshopp juga menjelaskan bahwa estetika merupakan suatu kegiatan edukasi atau pembelajaran mengenai proses dan aturan tentang penciptaan sebuah karya yang nantinya akan menimbulkan perasaan nyaman bagi yang melihat dan merasakanya.
3. Pengertian estetika menurut J. W. Moris
J.W. Moris mendefinisikan bahwa yang dinamakan estetika adalah dikenakan pada objek yang memilki nilai indah atau tidak indah (sering dipertukarkan dengan seni/art/ estetika = aesthetics seni = art).
Penjelasan:
J.W. Moris menyangkal pendapat ahli sebelumnya yang meyatakan bahwa estetika merupakan suatu hal yang berbeda dengan seni dimana estetika adalah seni yang hanya mencakup keindahnan saja. Moris menyebutkan bahwa kemudian estetika sama halnya dengan seni baik itu memilki nilai indah atau tidak. Dalam pembahasanya Moris juga menyatakan bahwa estetika merupakan sebuah objek seni atau art.
4. Pengertian estetika menurut Plato
Dalam teorinya Plato menyatakan bawa watak yang indah adalah hukum yang indah.
Penjelasan:
Plato yang merupakan ilmuan terkenal dunia menyatakan bahwa suatu keindahan adalah cerminan dari watak seseorang, yang kemudian diibaratkan bahwa ketika seseorang memilki watak yang indah maka akan secara langsung keseluruhan dari diri seorang tersebut mencerminkan semua hukum keindahan. Teori tersebut seakan mejelaskan bahwa sesuatu yang awalnya indah akan selalu menjadi indah untuk selamanya.
J.W. Moris mendefinisikan bahwa yang dinamakan estetika adalah dikenakan pada objek yang memilki nilai indah atau tidak indah (sering dipertukarkan dengan seni/art/ estetika = aesthetics seni = art).
Penjelasan:
J.W. Moris menyangkal pendapat ahli sebelumnya yang meyatakan bahwa estetika merupakan suatu hal yang berbeda dengan seni dimana estetika adalah seni yang hanya mencakup keindahnan saja. Moris menyebutkan bahwa kemudian estetika sama halnya dengan seni baik itu memilki nilai indah atau tidak. Dalam pembahasanya Moris juga menyatakan bahwa estetika merupakan sebuah objek seni atau art.
4. Pengertian estetika menurut Plato
Dalam teorinya Plato menyatakan bawa watak yang indah adalah hukum yang indah.
Penjelasan:
Plato yang merupakan ilmuan terkenal dunia menyatakan bahwa suatu keindahan adalah cerminan dari watak seseorang, yang kemudian diibaratkan bahwa ketika seseorang memilki watak yang indah maka akan secara langsung keseluruhan dari diri seorang tersebut mencerminkan semua hukum keindahan. Teori tersebut seakan mejelaskan bahwa sesuatu yang awalnya indah akan selalu menjadi indah untuk selamanya.
5. Pengertian estetika menurut Dra. Artini Kusmiati
Dra. Astini kusmiati mendefinisikan bahwa estetika adalah kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang tetapi rasa keindahan tersebut baru akan dirasakan apabila terjalin perpaduan yang harmonis dari elemen elemen keindahan yang terkandung pada suatu objek.
Penjelasan:
Berdasarkan pengertian yang disampaikan oleh Dra. Artini Kusmiati dapat disimpulkan bahwa yang dinamakan estetika merupakan segala hal yang memiliki sangkut paut dengan keindahan yang ada pada penglihatan seseorang, dan bagaimana seseorang dapat meihat sebuah objek, sehingga objek tersebut mempunyai nilai tersendiri dalam hati yang menikmatinya.
Dra. Astini kusmiati mendefinisikan bahwa estetika adalah kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang tetapi rasa keindahan tersebut baru akan dirasakan apabila terjalin perpaduan yang harmonis dari elemen elemen keindahan yang terkandung pada suatu objek.
Penjelasan:
Berdasarkan pengertian yang disampaikan oleh Dra. Artini Kusmiati dapat disimpulkan bahwa yang dinamakan estetika merupakan segala hal yang memiliki sangkut paut dengan keindahan yang ada pada penglihatan seseorang, dan bagaimana seseorang dapat meihat sebuah objek, sehingga objek tersebut mempunyai nilai tersendiri dalam hati yang menikmatinya.
6. Pengertian estetika menurut Katstsoff
Kattsoff mendefinisikan baahwa esetetika adalah menyangkut hal perasaan seseorang, dan perasaan ini dikhususkan akan perasaan yang indah. Nilai indah yang dimaksudakan tidak hanya semata-mata mendefinisikan bentuknya tetapi bisa juga menyangkut keindahan dari isi atau makna yang terkandung didalamnya.
Penjelasanya:
Dari definisi yang telah dijabarkan oleh Kattsoff tentang estetika maka bisa diibaratkan dengan membandingkan dua orang wanita, wanita yang cantik adalah kecantikan yang hanya terpancar dari fisik wanita tersebut dan enak dipandang oleh mata. Akan tetapi wanita yang indah bisa digambarkan dengan seorang wanita yang memilki pesona jangka panjang, selain mempunyai paras yang cantik wanita tersebut memiliki value atau nilai tambah dengan pesona yang dimilikinya, jadi wanita yang cantik tidak semuanya termasuk wanita yang memilki keindahan atau nilai estetika. Karena wanita yang indah (menurut kattsoff, 1986:381).
Kattsoff mendefinisikan baahwa esetetika adalah menyangkut hal perasaan seseorang, dan perasaan ini dikhususkan akan perasaan yang indah. Nilai indah yang dimaksudakan tidak hanya semata-mata mendefinisikan bentuknya tetapi bisa juga menyangkut keindahan dari isi atau makna yang terkandung didalamnya.
Penjelasanya:
Dari definisi yang telah dijabarkan oleh Kattsoff tentang estetika maka bisa diibaratkan dengan membandingkan dua orang wanita, wanita yang cantik adalah kecantikan yang hanya terpancar dari fisik wanita tersebut dan enak dipandang oleh mata. Akan tetapi wanita yang indah bisa digambarkan dengan seorang wanita yang memilki pesona jangka panjang, selain mempunyai paras yang cantik wanita tersebut memiliki value atau nilai tambah dengan pesona yang dimilikinya, jadi wanita yang cantik tidak semuanya termasuk wanita yang memilki keindahan atau nilai estetika. Karena wanita yang indah (menurut kattsoff, 1986:381).
7. Pengertian estetika menurut Immanuel Kantt
Menurut Immanuel Kantt definisi dari estetika adalah estetika tidak berkaitan dengan bendanya, melainkan kesenangan yang dirasakan ketika melihat benda itu. Disitu tidak terdapat karakteristik yang objektif yang disebut keindahan sebagai karya yang berhasil, dan tidak ada konsep mental yang membuat keindahan dapat diketahui, tetapi hanya semata mata persaan senang melihat sesuatu, misalnya karya seni, dan perasaan ini dapat dikomunikasikan secara universal, tidak secara pribadi.
Penjelasan:
Dari definisi yang telah dikemukakan oleh Immanuel Kantt dapat dijabarkan bahwa estetika dapat digambarkan misalnya ketika menilai suatu objek sebagai hal yang indah, tetapi tersusun dengan aturan aturan yang tidak terlukiskanatau tidak membawa imajinasi dan pengertian menuju suatu hal yang memiliki hubungan yang harmonis. Disini tidak terdapat konsep pasti yang membuat keterpautan ini bisa diketahui.
Menurut Immanuel Kantt definisi dari estetika adalah estetika tidak berkaitan dengan bendanya, melainkan kesenangan yang dirasakan ketika melihat benda itu. Disitu tidak terdapat karakteristik yang objektif yang disebut keindahan sebagai karya yang berhasil, dan tidak ada konsep mental yang membuat keindahan dapat diketahui, tetapi hanya semata mata persaan senang melihat sesuatu, misalnya karya seni, dan perasaan ini dapat dikomunikasikan secara universal, tidak secara pribadi.
Penjelasan:
Dari definisi yang telah dikemukakan oleh Immanuel Kantt dapat dijabarkan bahwa estetika dapat digambarkan misalnya ketika menilai suatu objek sebagai hal yang indah, tetapi tersusun dengan aturan aturan yang tidak terlukiskanatau tidak membawa imajinasi dan pengertian menuju suatu hal yang memiliki hubungan yang harmonis. Disini tidak terdapat konsep pasti yang membuat keterpautan ini bisa diketahui.
8. Pengetian estetika menurut Benedotte Crose
Benedotte Crose mendefinisikan bahwa estetika adalah masalah persepsi, persepsi estetika adalah suatu jenis pengetahuan, tidak hanya semata mata suatu fenomena yang memuaskan kondisi pengetahuan secara formal.
Penjelasan:
Cross menjelaskan bahwa estetika sendiri menurutnya adalah persepsi yang dimiliki oleh seseorang, dimana ada dua jenis pengetahuan, yang pertama adalah pengetahuan logis, dan yang kedua adalah pengetahuan intuitif. Pengentahuan logis ini merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan hal yang dapat diulanggi (Scientific object), sedangkan pengetahuan intuitif berkaitan dengan hal yang unik dan individual (aesthetic object).
Gagasan kreatifitas menyangkut hal hal yang mempunyai keunikan atau ciri khas tersendiri. Sebagai akibatnya pengetahuan yang bersifat estetis tidak bisa konseptual, melainkan bersifat segera dan langsung. Juga pengertian estetis tidak bisa merupakan pilihan atau bagian. Suatu bagian dari lukisan, sajak, atau komposisi musik hanya mempunyai makna apabila berhubungan dengan keseluruhan . jadi estetika sendiri menurut Cross adalah hal yang dapat dipersepsikan secara intuitif.
9. Pengertian estetika menurut John Dewey
John Dewey mendefinisikan bahwa yang dinamakan dengan istilah estetika adalah suatu hal yang berkaitan dengan pengalaman, tetapi tidak semua pengalaman bersifat estetis. Beberapa pengalaman cenderung menjemukan, tidak lengkap, dan tanpa tujuan, sedangkan pengalaman estetis bercirikan suatu minat yang intens, yang berasal dari kepuasan dan kelengkapan.
Penjelasan:
Dalam pengertian yang telah dikemukakan oleh Dewey yang menganggap estetika adalah suatu pengalaman intens seseorang yang memiliki nilai lengkap, Dewey juga membedakan bahwa ada dua sumber pengetahuan yang berkaitan dengan estetika yaitu pengalaman dan refleksi. Fenomena tentang estetika ini dikaitkan dengan partisipasi aktif dari orang yang mempresepsi atau yang mencipta, bersama sama dengan kualitas dari objek yang dipersepsi.
Benedotte Crose mendefinisikan bahwa estetika adalah masalah persepsi, persepsi estetika adalah suatu jenis pengetahuan, tidak hanya semata mata suatu fenomena yang memuaskan kondisi pengetahuan secara formal.
Penjelasan:
Cross menjelaskan bahwa estetika sendiri menurutnya adalah persepsi yang dimiliki oleh seseorang, dimana ada dua jenis pengetahuan, yang pertama adalah pengetahuan logis, dan yang kedua adalah pengetahuan intuitif. Pengentahuan logis ini merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan hal yang dapat diulanggi (Scientific object), sedangkan pengetahuan intuitif berkaitan dengan hal yang unik dan individual (aesthetic object).
Gagasan kreatifitas menyangkut hal hal yang mempunyai keunikan atau ciri khas tersendiri. Sebagai akibatnya pengetahuan yang bersifat estetis tidak bisa konseptual, melainkan bersifat segera dan langsung. Juga pengertian estetis tidak bisa merupakan pilihan atau bagian. Suatu bagian dari lukisan, sajak, atau komposisi musik hanya mempunyai makna apabila berhubungan dengan keseluruhan . jadi estetika sendiri menurut Cross adalah hal yang dapat dipersepsikan secara intuitif.
9. Pengertian estetika menurut John Dewey
John Dewey mendefinisikan bahwa yang dinamakan dengan istilah estetika adalah suatu hal yang berkaitan dengan pengalaman, tetapi tidak semua pengalaman bersifat estetis. Beberapa pengalaman cenderung menjemukan, tidak lengkap, dan tanpa tujuan, sedangkan pengalaman estetis bercirikan suatu minat yang intens, yang berasal dari kepuasan dan kelengkapan.
Penjelasan:
Dalam pengertian yang telah dikemukakan oleh Dewey yang menganggap estetika adalah suatu pengalaman intens seseorang yang memiliki nilai lengkap, Dewey juga membedakan bahwa ada dua sumber pengetahuan yang berkaitan dengan estetika yaitu pengalaman dan refleksi. Fenomena tentang estetika ini dikaitkan dengan partisipasi aktif dari orang yang mempresepsi atau yang mencipta, bersama sama dengan kualitas dari objek yang dipersepsi.
10. Pengertian estetika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau sering disebut KBBI, definisi estetika terdiri dari dua poin
· Cabang filsafat yang menelaah dan membahas tentang seni dan keindahan serta tanggapan manusia terhadapnya.
· Kepekaan terhadap seni dan keindahan
Penjelasan:
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan pengertian dari estetika melalui dua poin yang meyatakan bawa estetika merupakan salah ilmu dari cabang filsafat yang membahas tentang seni dan keindahan serta bagaimana tanggapan manusia terhadap seni dan keindahan, dan yang kedua adalah estetika sebagai salah satu sarana kepekaan terhadap seni dan keindahan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau sering disebut KBBI, definisi estetika terdiri dari dua poin
· Cabang filsafat yang menelaah dan membahas tentang seni dan keindahan serta tanggapan manusia terhadapnya.
· Kepekaan terhadap seni dan keindahan
Penjelasan:
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan pengertian dari estetika melalui dua poin yang meyatakan bawa estetika merupakan salah ilmu dari cabang filsafat yang membahas tentang seni dan keindahan serta bagaimana tanggapan manusia terhadap seni dan keindahan, dan yang kedua adalah estetika sebagai salah satu sarana kepekaan terhadap seni dan keindahan.
11. Pengertian estetika menurut Jacob Sumardjo
Estetika merupaka bentuk yang memiliki perbedaan dengan filsafat, perbedaanya terletak pada pengertian natara estetika dengan filsafat seni yaitu pada objek yang dinilainya.
Penjelasan:
Pendapata diatas menjelasakan jika estetika merupakan pengetahuan yang membehas tentang keindahan segala macam hal mulai dari seni sampai dengan keindahan alam. Filsafat seni hanya mempersoalkan atau membahas mengenai karya yang dianggap sebagai seni saja.
Estetika merupaka bentuk yang memiliki perbedaan dengan filsafat, perbedaanya terletak pada pengertian natara estetika dengan filsafat seni yaitu pada objek yang dinilainya.
Penjelasan:
Pendapata diatas menjelasakan jika estetika merupakan pengetahuan yang membehas tentang keindahan segala macam hal mulai dari seni sampai dengan keindahan alam. Filsafat seni hanya mempersoalkan atau membahas mengenai karya yang dianggap sebagai seni saja.
12. Pengertian estetika menurut Kuypers
Kyuper menjelaskan bahwa estetika merupakan segala sesuatu atau hal-hal yang berlandaskan pada sesuatu yang berkaitan dengan pengamatan.
Penjelasan:
Melalui pengertian yang telah dikemukakan oleh K. Kupers estetika merupakan segala hal yang meyangkut keindahan yang ada pada penglihatan seseorang. Pandanga itu sendiri dapat dianggap sebagai sesuatu yang bersifat relatif dan tidak bisa dipastikan sama. Tetapi didalamnya, terdapat dua nilai pendting yang perlu diketahui, yaitu:
· Nilai Instrinsik, yaitu nilai yang terkandung dari dalam suatu keindahan. Nilai instrinsik ini biasanya dapat dirasakan dan dimengerti dari dalam hati oleh penikmat atau penerimanya. Sedangkan nilai ekstrinsik dapat dilihat secara langsung dan kasat mata. Misalnya pada pementasan tari, tampak gerakan lembut yang ditujukan oleh sang penari, hal itulah yang dinamakan nilai ekstrinsik.
· Nilai Ekstrinsik, yaitu merupakan unsur atau nilai yang terlihat dari luar. Nilai ekstrinsik bisa diibaratkan dengan penghayatan gerak dalam pertunjukan tari.
13. Pengertian estetika menurut effendy, 1993
Estetika dapat didefinisikan sebagai susunan bagian dari sesuatu yang mengandung pola. Dimana pola tersebut mempersatukan bagian-bagian yang mengandung keselarasandari unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan.
Penjelasan:
Effendy menjelaskan bahwa estetika merupakan sebuah prose penggabungan dari pola, bagian yang nantinya kan timbul menjadi sebuah karya yang bisa dinikmati keindahanya oleh masyarakat luas sebagai pecinta keindahan dan seni.
Kyuper menjelaskan bahwa estetika merupakan segala sesuatu atau hal-hal yang berlandaskan pada sesuatu yang berkaitan dengan pengamatan.
Penjelasan:
Melalui pengertian yang telah dikemukakan oleh K. Kupers estetika merupakan segala hal yang meyangkut keindahan yang ada pada penglihatan seseorang. Pandanga itu sendiri dapat dianggap sebagai sesuatu yang bersifat relatif dan tidak bisa dipastikan sama. Tetapi didalamnya, terdapat dua nilai pendting yang perlu diketahui, yaitu:
· Nilai Instrinsik, yaitu nilai yang terkandung dari dalam suatu keindahan. Nilai instrinsik ini biasanya dapat dirasakan dan dimengerti dari dalam hati oleh penikmat atau penerimanya. Sedangkan nilai ekstrinsik dapat dilihat secara langsung dan kasat mata. Misalnya pada pementasan tari, tampak gerakan lembut yang ditujukan oleh sang penari, hal itulah yang dinamakan nilai ekstrinsik.
· Nilai Ekstrinsik, yaitu merupakan unsur atau nilai yang terlihat dari luar. Nilai ekstrinsik bisa diibaratkan dengan penghayatan gerak dalam pertunjukan tari.
13. Pengertian estetika menurut effendy, 1993
Estetika dapat didefinisikan sebagai susunan bagian dari sesuatu yang mengandung pola. Dimana pola tersebut mempersatukan bagian-bagian yang mengandung keselarasandari unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan.
Penjelasan:
Effendy menjelaskan bahwa estetika merupakan sebuah prose penggabungan dari pola, bagian yang nantinya kan timbul menjadi sebuah karya yang bisa dinikmati keindahanya oleh masyarakat luas sebagai pecinta keindahan dan seni.
14. Pengertian estetika menurut Munro
Pengertian estetika menurut Munro adalah cara merespon terhadap stimuli, terutama lewat persepsi indra, tetapi juga dikaitkan dengan proses kejiwaan seperti asosiasi, pemahaman imajinasi, dan emosi.
Penjelasan:
Murno menjelaskan dalam pemahamanya mengenai definisi estetika, bahwa yang menurutnya dinamakan estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, yang merupakan ilmu yang juga mempelajari semua aspek dari apa yan kita sebut keindahan.
Pengertian estetika menurut Munro adalah cara merespon terhadap stimuli, terutama lewat persepsi indra, tetapi juga dikaitkan dengan proses kejiwaan seperti asosiasi, pemahaman imajinasi, dan emosi.
Penjelasan:
Murno menjelaskan dalam pemahamanya mengenai definisi estetika, bahwa yang menurutnya dinamakan estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, yang merupakan ilmu yang juga mempelajari semua aspek dari apa yan kita sebut keindahan.
15. Pengertian estetika menurut Baumgarten
Baumgarden menyatakan bahwa yang dimakan estetikaadalah ilmu pengenalan sensitif dan teori seni.
Penjelasan:
Dalam menemukakanpendapatnya Baumgarden membuata sesuatu filosofis yang singkat yang menyatakan bahwa estetika merupakan ilmu pengenalan sensitif yang merupakan ilmu yang melibatkan emosional dari pendapat atau perspektif manusia secara individual, yang juga merupakan salah satu bentuk sebuah teori seni.
Baumgarden menyatakan bahwa yang dimakan estetikaadalah ilmu pengenalan sensitif dan teori seni.
Penjelasan:
Dalam menemukakanpendapatnya Baumgarden membuata sesuatu filosofis yang singkat yang menyatakan bahwa estetika merupakan ilmu pengenalan sensitif yang merupakan ilmu yang melibatkan emosional dari pendapat atau perspektif manusia secara individual, yang juga merupakan salah satu bentuk sebuah teori seni.
16. pengertian estetika menurut Benedetto Croce
Bendeto croce menjelaskan bahwa estetika adalah ilmu sebagai aktivitas ekspresif baik yang representatif maupun yang imajinatif.
Penjelasan:
Dijelaskan bahwa estetika merupakan sebuah ilmu yang imajinatif dapat dikatakan estetika juga merupakan sebuah seni yang tidak memiliki batas, atas melampaui batas lintas imajinasi manusia.
17. pengertian estetika menurut Djelantik
Djelantik mendefinisukan bahwa yang dinamakan estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek dari apa yang kita sebut keindahan .
Penjelasan:
Dalam penjelasanya estetika adalah filsafat seni yang berisi segala macam pemikiran dan pembahasan mendalam (filosofis) tentang seni dan keindahan.
Beberapa pengertian yang telah dijelaskan di atas menunjukkan dengan jelas bahwa yang dinamakan estetika atau yang biasa disebut dengan ruang lingkup bahasan estetika adalah meliputi dua pokok bahasan utama, yaitu segala persoalan yang berkaitan dengan keindahan atau yang biasa orang orang sebut estetis dan persoalan yang berkaitan dengan seni. Kadangkala pembahasan kedua persoalan itu saling terkait dan sulit dipisahkan. Ada beberapa persoalan yang tergolong di dalam kedua lingkup bahasan tersebut di antaranya adalah:
Bendeto croce menjelaskan bahwa estetika adalah ilmu sebagai aktivitas ekspresif baik yang representatif maupun yang imajinatif.
Penjelasan:
Dijelaskan bahwa estetika merupakan sebuah ilmu yang imajinatif dapat dikatakan estetika juga merupakan sebuah seni yang tidak memiliki batas, atas melampaui batas lintas imajinasi manusia.
17. pengertian estetika menurut Djelantik
Djelantik mendefinisukan bahwa yang dinamakan estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek dari apa yang kita sebut keindahan .
Penjelasan:
Dalam penjelasanya estetika adalah filsafat seni yang berisi segala macam pemikiran dan pembahasan mendalam (filosofis) tentang seni dan keindahan.
Beberapa pengertian yang telah dijelaskan di atas menunjukkan dengan jelas bahwa yang dinamakan estetika atau yang biasa disebut dengan ruang lingkup bahasan estetika adalah meliputi dua pokok bahasan utama, yaitu segala persoalan yang berkaitan dengan keindahan atau yang biasa orang orang sebut estetis dan persoalan yang berkaitan dengan seni. Kadangkala pembahasan kedua persoalan itu saling terkait dan sulit dipisahkan. Ada beberapa persoalan yang tergolong di dalam kedua lingkup bahasan tersebut di antaranya adalah:
1. Persoalan Nilai Estetis (esthetic value). persoalan nilai estetis ini biasanya menyangkut antara lain: apakah yang dinamakan keindahan itu; apakah keindahan bersifat objektif atau subjektif; apakah yang menjadi ukuran baku keindahan, bagaimanakah peranan keindahan dalam kehidupan manusia; dan bagaimanakah hubungan keindahan dengan kebenaran dan kebaikan?
2. Persoalan Pengalaman Estetis (esthetic eksperience) menyangkut beberapa hal yang antara lain: apakah yang disebut pengalaman estetis; bagaimanakah sifat dasar atau ciri-ciri suatu pengalaman estetis; apakah yang menyebabkan orang menghargai sesuatu yang indah; apakah yang merupakan rintangan dari pengalaman estetis; dan objek apakah yang dapat menjadi sasaran pengalaman estetis?
Persoalan Perilaku Seniman menyangkut antara lain: apa dan siapakah seniman itu; bedakah seorang seniman dengan perajin; apakah yang mendorong seseorang menciptakan suatu karya seni; bagaimanakah proses penciptaan itu berlangsung dalam diri seseorang; dan bagaimanakah hubungan kepribadian seniman dengan karya seni ciptaannya? Persoalan Seni menyangkut antara lain: apakah seni itu; bagaimanakah penggolongan seni yang tepat; apakah sifat dasar dan nilai-nilai dari karya seni; manakah yang lebih penting antara bentuk dan isi dari karya seni; dan bagaimanakah hubungan seni dengan agama, filsafat, dan ilmu?.
Estetika sebagai salah satu bidang yang merupakan pengetahuan dianggap dan dipandang penting untuk dipelajari, terutama bagi mereka yang berkecimpung atau menggeluti dunia seni, baik sebagai praktisi maupun sebagai pengamat atau kritikus. Ada beragam manfaat yang akan dimiliki oleh pegiat seni ketika sudah mempelajari estetika, baik itu secara langsung ataupun tidak langsung. Berikut merupakan manfaat yang dapat diperoleh setelah mempelajari bidang ini di antaranya:
· Estetika dapat memperdalam pengertian tentang rasa indah pada umumnya dan tentang kesenian pada khususnya. Orang yang belajar estetika akan secara langsung dapat memahami definisi tentang perasaan indah yang dimaksudkan.
· Estetika bisa memperluas pengetahuan dan penyempurnaan pengertian tentang unsur-unsur objektif yang membangkitkan rasa indah pada manusia dan faktor-faktor objektif yang berpengaruh kepada pembangkitan rasa indah tersebut.
· Estetika juga dapat memperluas pengetahuan dan penyempurnaan pengertian tentang unsur-unsur subjektif yang berpengaruh terhadap kemampuan menikmati rasa indah.
· Estetika bisa memperkokoh rasa cinta kepada kesenian dan kebudayaan bangsa pada umumnya serta mempertajam kemampuan untuk mengapresiasi (menghargai) kesenian dan kebudayaan bangsa.
· Mempelajari ilmu estetika dikemudian hari akan memupuk kehalusan rasa pada umumnya.
· Estetika dapat memperdalam pengertian keterkaitan wujud berkesenian dengan tata kehidupan, kebudayaan, dan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
· Memantapkan kemampuan menilai karya seni yang secara tidak langsung mengembangkan apresiasi seni di dalam masyarakat pada umumnya.
· Estetika dapat memantapkan kewaspadaan atas pengaruh-pengaruh negatif yang dapat merusak mutu kesenian dan berbahaya terhadap kelestarian aspek-aspek dan nilai-nilai tertentu dari kebudayaan kita.
· Estetika bisas secara tidak langsung, dengan bobot yang baik, yang dibawakan kesenian, dapat memperkokoh masyarakat dalam keyakinan akan kesusilaan, moralitas, perikemanusiaan, dan ketuhanan.
· Belajar estetika pada mulanya akan melatih diri berdisiplin dalam cara berfikir dan mengatur pemikiran secara sistematis, membangkitkan potensi untuk berfalsafah yang akan memberikan kemudahan dalam menghadapi segala permasalahan, memberi wawasan yang luas dan bekal bagi kehidupan spiritual dan psikologi kita.
penjelasan diatas merupakan barbagai macam pengertian dari para ahli mengenai estetika, dan sedikit mengenai manfaat bagi seseorang jika mempelajari tentang estetika, pada khususnya untuk pada pegiat seni. Semoga penjelasan diatas dapat menambah ilmu pengetahuan baru mengenai seni dan estetika dan dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Persoalan Perilaku Seniman menyangkut antara lain: apa dan siapakah seniman itu; bedakah seorang seniman dengan perajin; apakah yang mendorong seseorang menciptakan suatu karya seni; bagaimanakah proses penciptaan itu berlangsung dalam diri seseorang; dan bagaimanakah hubungan kepribadian seniman dengan karya seni ciptaannya? Persoalan Seni menyangkut antara lain: apakah seni itu; bagaimanakah penggolongan seni yang tepat; apakah sifat dasar dan nilai-nilai dari karya seni; manakah yang lebih penting antara bentuk dan isi dari karya seni; dan bagaimanakah hubungan seni dengan agama, filsafat, dan ilmu?.
Estetika sebagai salah satu bidang yang merupakan pengetahuan dianggap dan dipandang penting untuk dipelajari, terutama bagi mereka yang berkecimpung atau menggeluti dunia seni, baik sebagai praktisi maupun sebagai pengamat atau kritikus. Ada beragam manfaat yang akan dimiliki oleh pegiat seni ketika sudah mempelajari estetika, baik itu secara langsung ataupun tidak langsung. Berikut merupakan manfaat yang dapat diperoleh setelah mempelajari bidang ini di antaranya:
· Estetika dapat memperdalam pengertian tentang rasa indah pada umumnya dan tentang kesenian pada khususnya. Orang yang belajar estetika akan secara langsung dapat memahami definisi tentang perasaan indah yang dimaksudkan.
· Estetika bisa memperluas pengetahuan dan penyempurnaan pengertian tentang unsur-unsur objektif yang membangkitkan rasa indah pada manusia dan faktor-faktor objektif yang berpengaruh kepada pembangkitan rasa indah tersebut.
· Estetika juga dapat memperluas pengetahuan dan penyempurnaan pengertian tentang unsur-unsur subjektif yang berpengaruh terhadap kemampuan menikmati rasa indah.
· Estetika bisa memperkokoh rasa cinta kepada kesenian dan kebudayaan bangsa pada umumnya serta mempertajam kemampuan untuk mengapresiasi (menghargai) kesenian dan kebudayaan bangsa.
· Mempelajari ilmu estetika dikemudian hari akan memupuk kehalusan rasa pada umumnya.
· Estetika dapat memperdalam pengertian keterkaitan wujud berkesenian dengan tata kehidupan, kebudayaan, dan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
· Memantapkan kemampuan menilai karya seni yang secara tidak langsung mengembangkan apresiasi seni di dalam masyarakat pada umumnya.
· Estetika dapat memantapkan kewaspadaan atas pengaruh-pengaruh negatif yang dapat merusak mutu kesenian dan berbahaya terhadap kelestarian aspek-aspek dan nilai-nilai tertentu dari kebudayaan kita.
· Estetika bisas secara tidak langsung, dengan bobot yang baik, yang dibawakan kesenian, dapat memperkokoh masyarakat dalam keyakinan akan kesusilaan, moralitas, perikemanusiaan, dan ketuhanan.
· Belajar estetika pada mulanya akan melatih diri berdisiplin dalam cara berfikir dan mengatur pemikiran secara sistematis, membangkitkan potensi untuk berfalsafah yang akan memberikan kemudahan dalam menghadapi segala permasalahan, memberi wawasan yang luas dan bekal bagi kehidupan spiritual dan psikologi kita.
penjelasan diatas merupakan barbagai macam pengertian dari para ahli mengenai estetika, dan sedikit mengenai manfaat bagi seseorang jika mempelajari tentang estetika, pada khususnya untuk pada pegiat seni. Semoga penjelasan diatas dapat menambah ilmu pengetahuan baru mengenai seni dan estetika dan dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Langganan:
Postingan (Atom)