Selasa, 03 Agustus 2021

The Rule of Third



Apa sih The Rule of Third itu?

Prinsip dasar The Rule of Third adalah,kita membayangkan layar gambar kita terbagi menjadi 9 bagian secara vertikal dan horizontal








Dengan panduan garis – garis ini, usahakan untuk menghindari kotak bagian tengah










Mengapa The Rule of Third?


Karena dengan The Rule of Third, gambar kita akan lebih bermakna, memiliki nilai komunikasi, serta memberikan kesan ruang antara objek dengan latar belakang











Misalkan kita menggambil suatu gambar


Gambar ini terkesan statis,dimana posisi objek utama berada tepat di tengah gambar



Sekarang kita coba rubah posisi objek utama ke posisi kiri atas frame.



Bila kurang suka, bisa kita cari posisi lain




Kita geser garis horizontal ke 1/3 bagian bawah frame


Apa yang kita rasakan sekarang?





Berikut beberapa contoh

Gambar yg menerapkan The Rule of Third



Selamat mencoba

Minggu, 01 Agustus 2021

Kronologis Proses Kreativitas

Proses berkreasi tidak muncul begitu saja pada siapapun yang akan menjadi kreator, perlu banyak input, pengalaman dan perenungan, yang pada akhirnya akan melahirkan suatu konsep kebaruan dalam penciptaan suatu karya , khususnya dalam bidang seni dan desain. Tahapan yang seringkali harus dilalui pada proses kreativitas tersebut adalah sebagai berikut : 


a. Sensasi

Rangsangan dari luar yang ditangkap oleh mata dan telinga yang menimbulkan getaran yang disebut sensasi (sense = rasa). Akibat getaran ini timbul reaksi secara biologis yang bersifat bio kimiawi dan rasa tersebut berkesan dan tersimpan dalam otak menjadi stimulus awal pada proses berkreasi. 

b. Persepsi

Tahap dimana sensasi telah berkesan, disebut persepsi. Proses terjadinya persepsi akan berbeda pada tiap orang, karena akan sangat tergantung pada wawasan, pemahaman, selera dan pengalamannya dalam berinteraksi dengan berbagai objek dan fenomena yang terjadi.

Yang paling menarik dari proses persepsi ini adalah bahwa persepsi secara langsung juga menggerakkan proses asosiasi-asosiasi dan mekanisme lain seperti komparasi (perbandingan), differensiasi (pembeda-bedaan), analogi (persamaan) dan sintesis (penyimpulan). Semua proses tersebut menghasilkan pengertian yang lebih luas dan mendalam, sehingga yang semula hanya merupakan kesan (persepsi), sekarang telah menjadi keyakinan.

Pada tahapan ini otak secara simultan telah mempertimbangkan untuk melakukan proses kreativitas berdasarkan kapasitas pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang dimilikinya.

c. Impressi

Impressi adalah tahap di mana persepsi (kesan) telah menjadi keyakinan. Perbedaannya dengan persepsi adalah bahwa yang sudah bersifat impressi setiap waktu dapat diingatkan kembali, karena sudah tertanam di dalam wilayah kesadaran individu. Kondisi keyakinan tersebut pada akhirnya akan melahirkan dua proses yang secara sinergis berkembang bersamaan, yaitu emosi yang hadir melalui eksplorasi perasaan dan interpretasi yang muncul melalui pengkajian dan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan. Pada fase ini proses kreatifitas sudah mulai diwujudkan dalam bentuk konsep.

d. Emosi

Emosi adalah perasaan meluap yang tak dapat dikendalikan, yang hadir pada hati dan perasaan setiap manusia , misalnya jengkel, marah, kecewa, sedih, gembira, bahagia, bergairah dan perasaan yang penuh antusias. Pada fase ini antusiasme dalam berkreasi biasanya muncul dan tak terbendung, hingga realisasi dari kreativitas sebagai produk kerja otak dapat direalisasikan menjadi karya nyata. 

e. Interpretasi

Interpretasi menyangkut aktivitas dari daya fikir akibat impresi yang masuk ke wilayah kesadaran. Interpretasi merupakan fungsi aktif intelek manusia, yang karena ditambah dengan emosi akan menghasilkan pengertian yang lebih mendalam tentang apa yang dipersepsi. Setelah lebih mengerti apa yang telah diyakini, intelek tidak berhenti berfungsi, tetapi terus memikirkan dan merenungkan tentang interpretasi yang telah dilakukan.

Interpretasi dalam hal menilik kreativitas dalam aktivitas seni berkaitan dengan perenungan dan pemikiran kembali terhdap karya yang telah diwujudkan, hingga mencapai pada titik pemikiran bahwa produk tersebut sempurna menurut intelektual sang pencipta. Dalam kaitannya dengan interpretasi ini, formulasi karya dapat berubah mulai dari porsi yang terendah, hingga porsi yang terbanyak (berubah total). Proses interpretasi akan sangat berpengaruh terhadap kualitas produk ditinjau dari berbagai aspek, terutama pada aspek estetika yang sangat erat kaitannya dengan aspek visualisasi.

f. Evaluasi

Proses kreativitas tidak bisa dinilai dan dinikmati sendiri oleh seorang kreator, namun perlu melibatkan berbagai fihak (orang lain) untuk menilainya, sehingga hasil kreativitas tersebut memiliki nilai obektivitas. Penilaian dari berbagai fihak dengan berbagai latar belakang keilmuan akan menempatkan karya hasil kreativitas menjadi karya yang layak atau tidak layak untuk dinikmati oleh masyarakat.

Kreativitas dalam Seni

Karena wujud seni mencakup dua aspek, yakni nilai intrinsik dan nilai ekstrinsik seni, maka segi kreativitas dalam seni harus ditinjau dari dua sudut tersebut, meskipun tak mungkin sama sekali memisahkan kedua aspek itu tanpa „merusak‟ kesatuan atau keutuhan karya seni. Hakikat kreativitas adalah menemukan sesuatu yang baru atau hubungan-hubungan baru dari sesuatu yang telah ada. Manusia menciptakan sesuatu bukan dari kekosongan. Manusia menciptakan sesuatu dari sesuatu yang telah ada sebelumnya. Setiap seniman menjadi kreatif dan besar karena bertolak dari bahan yang telah tercipta sebelumnya. Inilah yang biasa kita sebut tradisi. Setiap seniman bertolak dari tradisi seni tertentu yang hidup dalam suatu masyarakat. Seorang seniman bukan manusia yang „jatuh‟ dari angkasa dan mampu menciptakan karya seni tanpa dukungan karya seni yang tersedia dalam masyarakatnya. Kita menulis sajak karena pernah membaca sajak yang kita peroleh dari masyarakat kita. Kita melukis karena sebelumnya telah punya pengalaman melihat karya lukis. Begitu pula orang menciptakan musik, lakon teater, tari, dan sebagainya dari khazanah seni disekitar kita. Penciptaan karya seni bertolak dari sesuatu yang telah tersedia dalam masyarakatnya.


Persoalannya apakah kita mampu menciptakan karya seni yang tidak mirip atau serupa dengan karya seni yang telah ada dalam tradisi. Apakah kita mampu menciptakan karya seni yang baru yang belum pernah ada dalam tradisi. Saya kira itulah prinsipnya. Hanya, yang perlu diperhatikan adalah aspek-aspek mana saja yang melibatkan kadar kebaruan itu. Semakin total pembaruannya semakin otentiklah ciptaannya.

Dorongan kreativitas sebenarnya berasal dari tradisi itu sendiri atau dari masyarakat lingkungannya. Setiap seniman dilahirkan dalam masyarakat tertentu dengan tradisi seni tertentu. Setiap seniman belajar berkesenian dari tradisi masyarakatnya. Tradisi seni atau budaya seni telah ada jauh sebelum seniman dilahirkan. Setiap karya yang merupakan kekayaan tradisi seni suatu masyarakat pada mulanya juga merupakan karya kreatif atau karya baru pada zamannya. Setiap khazanah tradisi seni merupakan kumpulan karya kreatif. Karya kreatif dari para seniman pendahulu ini sebenarnya juga merupakan hasil pergulatan seniman dengan berbagai persoalan budaya dan masyarakat pada zamannya. Setiap seniman yang kreatif adalah seniman yang peka dan tanggap terhadap lingkungan hidupnya, baik tradisi budayanya maupun kenyataan faktual lingkungannya. Kenyataan lingkungan manusia ini selalu berubah-ubah akibat perubahan yang disebabkan oleh kerja budaya (karya manusia) atau oleh sebab-sebab diluar budayanya.

Setiap seniman yang tanggap terhadap lingkungan budaya maupun kenyataan faktual masyarakatnya segera akan melihat kejanggalan yang muncul dalam kehidupan ini. Berbagai kejanggalan ini berhubungan dengan kaitan budaya dengan kenyataan faktual. Boleh jadi suatu budaya atau sikap hidup masyarakat sudah tak sesuai lagi dengan kenyataan faktual yang ada. Atau, seniman (juga golongan intelektual lain) tidak puas akan tradisi budayanya. Semua karya cipta manusia selalu mengarah pada nilai guna agar hidup ini berjalan semulus mungkin, sebahagia mungkin, sesejahtera mungkin. Maka, kalau terjadi kejanggalan, setiap intelektual selalu akan bertanya: dimana letak kesalahannya? Dan, lahirlah berbagai pemikiran untuk memecahkan atau menghilangkan kejanggalan hidup sosial itu. Kesalahannya mungkin terletak pada cara kita bersikap. Atau, mungkin cara kita bersikap sudah benar, hanya saja kenyataan faktual itu yang justru harus dirubah oleh budaya.

Orang yang mampu melahirkan sikap baru dan temuan baru untuk melenyapkan berbagai kejanggalan tersebut dapat disebut kreatif, meskipun caranya bersikap dipengaruhi atau bertolak dari sikap budaya yang telah tersedia dalam masyarakatnya. Kreativitas dapat ditujukan kepada tradisi budaya maupun kepada kenyataan faktual atau mungkin kedua-duanya.

Dalam kesenian, kreativitas dapat ditujukan pada kenyataan faktual yang diungkapkan karya seni lewat aspek ekstrinsiknya (moral, sosial, politik, ekonomi, teknologi, kejiwaan, dll) dan juga pada tradisi estetik seni itu sendiri. Misalnya, cara bersajak kaum pujangga baru dirasakan sudah tak sesuai lagi dengan kondisi faktual masyarakat pada zaman jepang dan revolusi, sehingga Khairil Anwar dkk, menciptakan cara baru bersajak yang lebih cocok dengan kondisi masyarakat yang sudah berubah. Dalam hal ini kondisi masyarakatlah yang telah berubah, sedangkan tradisi atau budaya bersajak masih tradisi zaman kolonial Belanda (Pujangga Baru tahun 1930-an). Disini lahir kreativitas terhadap aspek intrinsik seni bersajak, meskipun jelas aspek ekstrinsik ikut juga membentuknya. Tetapi, berbagai persoalan ekstrinsik, seperti persolan Tuhan, cinta, kemiskinan, semuanya ada, baik dalam puisi Pujangga Baru maupun Khairil Anwar. Dan persoalan ekstrinsik ternyata tetap terus ada sampai sekarang. Jadi, jasa Chairil terutama menonjol dalam bidang estetika, atau intrinsik seninya.

Setiap generasi seniman mengalami zamannya sendiri. Cara bersajak Chairil pada tahun 1940-an mungkin sudah tak sesuai lagi untuk menjawab tantangan zaman pada tahun 1970-an atau 1990-an ini. Maka, sudah selayaknya setiap generasi mempertanyakan persoalan atau kejanggalan masyarakatnya. Apakah kenyataan- kenyataan pada tahun 1970-an masih dapat dijawab dengan „tradisi Chairil‟? Apakah kenyataan sekarang ini bisa dijawab dengan estetika tahun 1940-an? Atau apakah estetika Chairil itu yang memang abadi dan mampu melewati semua zaman? Inilah pertanyaan bagi para ahli sejarah atau kritikus sastra.

Pada dasarnya setiap seniman adalah juga orang intelektual dalam tingkat apa pun, karena setiap seniman mencipta berdasarkan tanggapannya terhadap lingkungan budaya maupun lingkungan faktual. Setiap seniman juga mencipta bukan sekedar memenuhi hasrat estetikanya belaka, tetapi karena didorong oleh lahirnya berbagai kejanggalan dalam hidup lingkungannya. Aneka kejanggalan itu membuatnya sesak. Membuatnya gagal untuk berucap. Dan, karena jiwanya gagal, ia menggaruknya lewat karya seninya. Karya seni itu merupakan usaha menjawab atau menanggapi kejanggalan hidup zamannya. Jadi, titik tolak kreativitas adalah justru hal-hal yang sifatnya ekstrinsik seni. Persoalan ekstrinsik dicoba dijawab dengan ucapan otonomi seni, yakni aspek intrinsik seni. Dan, karena setiap ekstrinsik bersifat khas dan khusus untuk setiap zaman, akan ditemukan pula cara atau estetika pengucapannya. Saya kira tidak ada seniman yang hanya main-main saja dengan aspek intrinsik seni tanpa peduli pada aspek ekstrinsiknya. Memang pernah muncul semboyan „seni untuk seni‟, tetapi sisitu bukan usaha main-main dengan medium seni belaka. Disitu tetap ada pegangan bahwa yang indah itu segalanya, termasuk nilai moralnya. Yang indah itu tentu baik. Jadi, secar implisit mengacu juga pada aspek ekstrinsik, yakni moralitas manusia.

Dalam sejarah seni sering kita jumpai bahwa temuan baru dalam aspek intrinsik seni (estetik) disebabkan oleh adanya temuan aspek ekstrinsik. Gaya sastra yang disebut „arus kesadaran‟, yakni cara bercerita dalam fiksi yang campur aduk antara khayalan dan kenyataan, sekarang dan masa lampau, yang pernah terjadi dan mungkin terjadi, muncul saat ditemukannya ilmu jiwa Freud tentang kesadaran manusia. Psikologi dapat membimbing lahirnya cara bercerita dalam novel dan cerita pendek (estetika). Jelas bahwa kreativitas dalam seni bukan sekedar main-main dengan medium seni tanpa tuntunan pandangan mendalam yang baru terhadap kenyataan. Berfilsafat, berpandangan hidup secara mendalam, dapat menuntun pada lahirnya kreativitas dalam estetika (aspek intrinsik seni). Kreativitas dalam seni, seperti halnya kreativitas dalam bidang apa pun, adalah sikap baru yang mendalam terhadap kenyataan kehidupan ini. Kalu cara memandang hidup ini berubah, kenyataan faktual pun kita lihat dalam „cahaya‟ yang baru. Dan ini akan menuntut ditemukannya cara pengucapan baru dalam seni.

Memahami Kreativitas

Kreativitas adalah suatu kondisi, suatu sikap atau keadaan mental yang sangat khusus sifatnya dan hampir tak mungkin dirumuskan. Kreativitas adalah kegiatan mental yang sangat individual yang merupakan manifestasi kebebasan manusia sebagai individu. Manusia kreatif adalah manusia yang menghayati dan menjalankan kebebasan dirinya secara mutlak. Kreativitas menerjunkan seseorang kedalam keadaan ambang, yaitu keadaan antara yang ada dan belum ada. Dengan demikian, seorang yang kreatif selalu dalam kondisi „kacau‟, ricuh, kritis, gawat, mencari-cari, mencoba-coba untuk menemukan sesuatu yang belum pernah ada dari tatanan budaya yang pernah dipelajarinya. Inilah sebabnya dalam kreativitas diperlukan keberanian kreatif. Bukan hanya keberanian dalam menghadapi dirinya yang gawat, tetapi juga keberanian dalam menghadapi kebudayaannya, lingkungannya, masyarakat, dunia, sejarah.


Seorang yang kreatif adalah seorang yang berani menghadapi resiko, yaitu risiko berhasil atau tidak berhasil dalam pencarian sesuatu yang belum ada, juga risiko ditolak oleh lingkungannya apabila kreativitasnya berhasil. Dalam sejarah banyak contoh bagaimana manusia kreatif, manusia penemu, mengalami nasib malang, diejek, disingkirkan, dipenjara, dihukum bakar oleh zamannya.

Kreativitas bertolak dari apa yang sudah ada, dari kebudayaan, tradisi. Secara dikotomis, kebudayaan (yang sudah tersedia, sudah ada sebelum individu kreativitas menyadarinya) bersifat statis, tertutup, aman, imanen-manusia dapat hidup aman dan tenag didalamnya. Seseorang harus belajar, mengkondisikan diri pada kebudayaan tempatnya dilahirkan dan hidup. Sementara itu, kreativitas bersifat dinamis, terbuka, bebas, tidak biasa, penuh risiko (tidak aman dan nyaman), serta transenden.

Mengapa seseorang menempuh jalan penuh risiko dengan kreativitasnya? Karena manusia punya banyak dorongan individual. Dorongan dalam dirinya merupakan tanggapan terhadap rangsangan atau stimulus dari luar dirinya (budaya dan kenyataan kehidupan). Tanggapan itu bersifat total, dalam arti melibatkan kegiatan penginderaan, emosi, nalar atau rasio, dan intuisi. Jadi, kreativitas bersifat interpenetrasi seluruh potensi mental manusia. Kegiatan nalar belaka atau kegiatan emosi belaka, atau keduanya, tidak akan melahirkan sikap kreatif. Keseluruhan mental itu merupakan tanggapan atas keadaan budaya atau kenyataan hidup yang dianggap tak memuaskan dirinya, janggal, dan tak menentramkan pribadinya. Awal kreativitas adalah munculnya ketidakpuasan, kegelisahan atas lingkungan hidupnya.

Kreativitas mencuat kalau muncul obsesi dalam diri manusia kreatif. Obsesi muncul kalaau yang diinginkan individu tak sesuai dengan kenyataan diluar dirinya. Manusia kreatif bukanlah manusia kosong mental. Manusia kreatif adalah manusia yang memiliki gambaran suatu sikap baru, pandangan baru, konsep baru, sesuatu yang sifatnya esensial. Dan semua yang merupakan gambaran individual ini bertabrakan dengan kenyataan yang tidak sesuai. Maka, terjadilah kondisi gelisah, tak nyaman, tak sesuai, tidak tenang. Ketenangan jiwanya baru tercapai kalau antara apa yang diinginkannya dengan kenyataan itu mencapai kesesuaian. Disini manusia kreatif menemukan apa yang dicarinya, yang diinginkannya secara intuisi, nalar, rasa, dan inderawi. Disinilah manusia sering berbicara bahwa kreativitas itu suatu misteri, karena kreativitas bukan hanya muncul dari suatu hasil pemikiran atau dorongan perasaan, tetapi juga melibatkan kebenaran intuitif. Sesuatu yang intuitif itu bersifat bawah sadar. Baru diketahui kalau sudah ditemukan. Bagaimana menemukannya merupakan rahasia jiwa manusia. Bahwa yang ditemukannya itu sesuatu yang benar baru diketahui setelah terwujud, setelah dilahirkan, setelah ada, setelah diciptakan. Jadi, kreativitas selalu dimulai dengan ketidakpuasan. Dan ketidakpuasan muncul kalau seseorang memiliki „perasaan‟ (atau katakanlah intuisi) tentang sesuatu yang seharusnya.

Manusia kreatif adalah manusia yang memiliki kemampuan kreatif. Kemampuan kreatif antara lain kesigapan menghasilkan gagasan baru. Gagasan baru itu tentu baru muncul kalau seseorang telah mengenal secara jelas gagasan yang telah ada dan tersedia dalam lingkungan hidupnya. Tanpa mengenal dan menguasai budaya ditempat dia hidup, tak mungkin muncul gagasan baru. 

Gagasan kreatif umumnya adalah gagasan asli, otentik, unik, milik dirinya. Gagasan itu berbeda dan lain dari gagasan yang telah ada, yang telah lazim. Inilah yang membuat lahirnya gagasan baru dapat ditolak lingkungannya, hanya karena tak lazim, lain dari yang lain. Kontroversi lahirnya gagasan baru menunjukkan adanya unsur kreativitas didalamnya.

Orang yang kreatif juga orang yang sanggup melakukan berbagai pendekatan dalam menghadapi persoalan. Orang kreatif adalah penjelajah mental, terbuka, bebas sembari „bermain‟ didalam kemerdekaannya itu. Orang kreatif bukan orang fanatik buta yang terpaku pada suatu gagasan baku. Pada dasarnya orang kreatif itu orang yang menjunjung tinggi kebebasan. Ia sanggup menerim hal yang berbeda dengan gagasannya. Bahwa kebenaran itu relatif. Masalahnya apakah „kebenaran‟ yang selama ini ada dapat menjawab persoalan yang muncul.

Kreativitas terutama dalam seni, telah melahirkan berbagai teori, antara lain teori Emosi, teori Genius, dan teori Bawah Sadar. Sebagaimana semua teori, pada hakikatnya ada penekanan yang berlebihan terhadap salah satu aspek kegiatan mental kreativitas. Teori Emosi dengan sendirinya terlalu menekankan pentingnya kreativitas dari aspek emosi manusia. Seni yang baik, seni yang kreatif, adalah seni yang mengandung bobot emosi yang secara orisinal dialami senimannya. Tetapi, bobot emosi yang orisinal yang meluap-luap itu harus diarahkan atau dikontrol oleh pikiran. Artinya, emosi itu selalu diberi bentuk, diberi struktur, diatur dalam pola tertentu. „Puisi adalah bentuk istimewa dari bahasa emosi‟, kata kritikus IA Richards. Seni bukan merupakan ekspresi langsung emosi. Seni yang mengungkapkan penderitaan bukanlah luapan atau ekspresi orang yang sedang menderita. Senimannya tak perlu sedang menderita. Yang penting apakah karyanya mampu menciptakan perasaan derita itu. Jadi, ada kaitan antara objektivitas dengan emosi. Lebih jauh Leo Tolstoi menyatakan bahwa perasaan dalam seni bukanlah perasaan individual seniman, tetapi perasaan yang dialami oleh semua umat manusia.

Teori Genius menekankan lahirnya „jiwa besar‟ (greatness of soul) sebuah karya seni. Sebuah karya seni kreatif adalah karya yang tidak dibatasi aturan-aturan atau konvensi yang telah ada sebelumnya. Keaslian atau orisinalitas menjadi nilai utama dalam seni. Sebuah karya kreatif adalah kartya yang memiliki kualitas individual dan berbeda dari sebuah temuan yang orisinal. Nilai orisinalitas itu tentu saja tidak semata-mata individual, karena setiap karya seni, setiap ciptaan, selalu berorientasi keluar, kepada orang lain. Ciptaan itu bukan berorientasi pada diri senimannya sendiri. Seni itu bukan semata-mata subjektif, tetapi yang subjektif itu juga harus bersifat objektif yang berarti berlaku dan benar bagi orang lain.

Teori Bawah Sadar ditemukan bersamaan dengan berkembangnya ilmu jiwa dari Freud. Seni kreatif adalah seni yang menemukan sesuatu yang sama sekali baru yang belum pernah dikenal, tetapi secara intuitif dirasakan sebagai telah dikenal oleh seluruh sejarah umat mnusia. Karya yang menghadirkan sesuatu yang tak dikenal tapi yang secara samar-samar telah akrab dengan pengalaman kita itu merupakan nilai yang dijunjung tinggi.

Begitulah catatan kecil tentang makna kreativitas yang memang merupakan suatu misteri jiwa manusia. Kreativitas merupakan rahasia seperti rahasia jiwa manusia itu sendiri. Batasan yang telah dibuat tentu akan melahirkan batasan penantangnya. Karena jiwa manusia tak bisa dirumuskan.

Selasa, 20 Juli 2021

ANATOMI KAMERA

Dalam membuat suatu gambar tentunya harus ada elemen (alat dan bahan) berupa kuas, media gambar, cat, objek dan penggambarnya. Tanpa satu elemen itu kiranya suatu karya tidak akan pernah tercipta, begitu juga halnya dengan fotografi.
Untuk menciptakan suatu foto perlu adanya :
  • Kamera dan lensa sebagai kuasnya
  • Film sebagai media gambarnya, kertas atau kanvasnya
  • Cahaya sebagai catnya
  • Objek
  • Fotografer 

ALAT PEREKAM GAMBAR

Kamera obscura atau pinhole merupakan jenis kamera yang paling sederhana yang ditemukan pada tahun 1515 oleh Leonardo da Vinci. Dimana anatominya terdiri dari :
  • kotak ruang gelap kedap cahaya
  • lubang kecil (pinhole) tempat cahaya masuk
  • bahan peka cahaya
Cara kerja kamera ini adalah cahaya masuk ke ruang kedap cahaya melalui lubang kecil membentuk bayangan benda tepat pada bahan peka cahaya (sekarang film) sehingga bayangan benda itu membekas atau terekam pada film.
Anatomi dan prinsip kerja kamera pinhole ini mendasari kamera – kamera masa kini yaitu suatu kotak dengan ruang gelap peka cahaya dan lensa sebagai penyalur cahaya.

Jenis Kamera

Dalam perkembangannya kamera mengalami berbagai perubahan, baik cara pemakaiannya, kebutuhan lensa, format film yang digunakan maupun lainnya.
menurut cara pemakaiannya
kamera manualkamera automatis (dengan program auto light, motor drive, auto focus, dll)

1. KAMERA PINHOLE (OBSCURA)






2. Kamera Single Lens Reflector (SLR) Analog







3. Kamera Twin Lens Reflector (TLR)



Kamera menurut format film (jenis film akan dibahas pada materi asa dan film)
kamera 120 mm
kamera 135 mm
kamera format menengah (Medium Format)
kamera format besar (Large Format)

Kamera 135 mm



Kamera Medium Format




Kamera Large Format






MEDIA PEREKAM GAMBAR
1. Roll Film





2. Film Positif (Slide)



3. SENSOR KAMERA DIGITAL






Bagian – bagian kamera

Kamera SLR (Single Lens Reflektor) yang biasa digunakan dalam pemotretan memiliki anatomi yang kompleks, adapun bagian – bagiannya sebagai berikut :

Badan kamera
  • Lensa
Merupakan susunan dari beberapa jenis dan bentuk kaca bening tembus pandang yang menghasilkan sebuah panjang baker tertentu (focal length). Pada titik baker inilah bayangan benda akan terbentuk pada tabir gambar.


  • Jendela pembidik ( view finder )


  • Rana ( shutter )



  • Alat pengokang


  • Shutter curtain dan cermin





Kamera SLR memiliki keistimewaan dan dapat digunakan untuk berbagai tekhnik pemotretan yaitu dengan :

  • Memilih jenis lensa
  • Mengatur pencahayaan
  • Pengaturan focus, dan lain - lain

Prinsip kerja SLR :
  • Cahaya masuk melalui lensa
  • Sebelum rana dibuka, cahaya dipantulkan cermin (a) menuju pentaprisma untuk dibalikkan ( karena bayangan yang masuk kedalam kamera dalam keadaan terbalik dari gambar sesungguhnya ).
  • Pada saat rana dibuka, secara bersamaan diafragma menutup ke posisi yang telah ditentukan, cermin menutup (b) dan rana membuka sesuai dengan lamanya kecepatan rana yang telah ditentukan.
  • Cahaya seterusnya menuju ke film dan terekam ke dalam film.
  • Posisi cermin, rana dan diagfragma kembali pada keadaan semula setelah waktu yang kita atur dalam pengatur kecepatan rana telah habis.



DIAFRAGMA

Diafragma adalah lubang pada lensa kamera tempat cahaya masuk saat melakukan pemotretan. Lubang lensa ini dibentuk dari kepingan – kepingan logam tipis yang berada di dalam atau di belakang lensa, bisa diciutkan dan dilebarkan. Hubungan diafragma dengan cahaya yang dapat masuk adalah sebagai berikut :
  • Apabila skala diafragma diperkecil maka luang atau bukaan lensa menjadi besar sehingga cahaya yang masuk menadi banyak.
  • Apabila cahaya dianggap banyak, maka skala diafragma diperbesar dan bukaan lensa menjadi kecil sehingga cahaya yang masuk menjadi sedikit.
  • Nilai diafragma dinyatakan dengan f/stop dan ditulis dengan f/skala, skala atau angka yang terdapat pada gelang diagfragma adalah 1.4 – 2.8 – 4 – 5.6 – 8 – 11 – 16 – 22 yang mempunyai arti bahwa lensa tersebut dapat membuka diafragma dengan f/1.4, f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, dan seterusnya.
  • Apabila angka yang kita pakai kecil maka, bukaan diafragma besar sehingga cahaya yang masuk semakin banyak, demikian pula sebaliknya, jika angka yang kita pakai besar, maka bukaan diagfragma semakin kecil.
  • Menaikan satu f/stop akan menambah cahaya yang masuk 2 kali lipat. Menurunkan satu f/stop akan mengurangi cahaya yang masuk ½ kali lipat.




RANA ( SHUTTER )

Rana adalah sebuah fasilitas yang disediakan oleh kamera SLR yang mengatur lamanya cahaya yang masuk. Satuan rana adalah second atau detik.

Pada kamera SLR B, 1, ½, ¼ , 1/8 , 1/15, 1/ 30, 1/60, 1/125, 1/ 250, 1/500, 1/1000, 1/ 2000, 1/4000.

Yang mempunyai arti bahwa kecepatan rana adalah 1 detik, ½ detk, ¼ detik dan seterusnya. Angka – angka tersebut dituliskan pada pengatur kecepatan tanpa “1” yaitu 1, 2, 4, 8, 15, dan seterusnya. Angka B pada rana adalah Bulb, yang berarti membuka rana tergantung lamanya pemotret menekan tombol pelepas rana.





LIGHT METER

Merupakan sebuah indicator dalam kamera yang terlihat pada view finder yang berfungsi untuk melihat penentuan besar bukaan diafrgma dan lama bukaan rana dalam mengukur cahaya yang masuk dalam kamera, biasanya ditandai oleh :
  • (-) untuk cahaya yang masih kurang (under eksposure)
  • (o) untuk cahaya yang cukup (sinkron eksposure)
  • (+) untuk cahaya yang berlebih (over eksposure)



Nah, saat memotret, usahakan agar sinkron (kondisi cahaya yang masuk cukup), hal ini di tandai dengan light metter berada di posisi 0 atau tengah, berikut gambaran koneksi atau hubungan dari ketiga hal tersebut.



Minggu, 18 Juli 2021

Sejarah Videografi



Mungkin kita sering mendengar istilah video. Namun bagaimana dengan istilah videografi? Videografi merupakan sebuah media yang digunakan untuk merekam kejadian atau momen yang kemudian akan dirangkum ke dalam satu gambar maupun suara. Kemudian hasilnya bisa kita nikmati dengan lebih menarik karena lebih seru, apalagi jika nanti diedit dengan bebrapa penambahan suara atau efek melalui aplikasi edit video.

Selain bertujuan untuk membuat video tersebut semakin menarik. Videografi digunakan untuk sebuah kajian maupun dibuat untuk kemudian dilihat di kemudian hari. Videografi sudah merambah ke semua kalangan dan sudah banyak digunakan sesuai dengan kepentingan atau keperluan masing-masing. Videografi juga ada yang dibuat secara individu dan tidak sedikit yang membuat videografi secara berkelompok.

Selain itu, kemajuan teknologi semakin lama sudah semakin maju sehingga kita bisa menikmati videografi dengan berbagai macam cara dan berbagai macam format. Sekarang sudah ada dua jenis videografi yang mungkin beberapa orang belum mengetahui istilah inii, yakni analog dan digital.

Seseorang yang mengambil atau melakukan sebuah videografi dinamakan videografer. Mereka dikelompokkan menjadi dua bagian. Seorang videografer profesional atau sudah berpengalaman lama dan seorang videografer amatir. Namun sebenarnya dua hal ini merupakan istilah yang diada-adakan dan hanya bertujuan untuk membedakan untuk kemampuan seseorang dalam videografi.

Mereka pun juga terkadang bekerja di tempat yang sama dengan keperluan yang berbeda. Biasanya videografer amatir lebih berfokus membuat video untuk konsumsi pribadi dan tidak untuk diperjualbelikkan. Namun untuk videografer yang profesional, mereka bahkan diminta oleh seseorang untuk membuat sebuah videografi yang menarik dan harganya pun juga terkadang lumayan mahal.

1. Ditemukan kamera fotografi

Sejarah awal videografi bermula ketika ditemukannya kamera fotografi dan juga film siluloid. Hal ini terjadi pada sekitar abad ke 16 sampai 17 yang bermula dari sebuah kota berbahan kayu dan juga pada salah satu bagian kotak tersebut terdapat lensa obsscure yang merupakan sebuah lubang kecil yang posisinya berada tepat di tengah-tengah kotak tersebut.

2. Era film siluloid

Hasil dari videografi merupakan sebuah ilusi satu gambar tetap atau yang dinamakan dengan still picture. Maka dari itu, ilusi yang dihasilkan bukan gerakan. Kemudian perkembangan videografi semakin maju dengan adanya film atau motion picture yang dilakukan oleh Thomas Alva Edison yang mana beliau sudah menciptakan kinetiscope. Penemuan tersebut kemudian dilanjutkan dan semakin dikembangkan oleh Lumiere bersaudara.

Pada akhirnya, 28 Desember 1894 mereka berhasil menciptakan cinematographe yang meruapakan sebuah piranti yang bekerja dengan cara menggabungkan kamera yang digunakan sebagai alat memproses film maupun proyektor menjadi satu kesatuan.

3. Telekomunikasi

Sejarah videografi berlanjut dengan semakin berkembangnya dunia telekomunikasi. Berikut ini akan kami sebutkan apa saja perkembangan telekomunikasi sehingga dapat menghasilkan sebuah videografi sampai sekarang ini.
  • 1844 telegram berhasil ditemukan oleh Samuel Morse
  • 1876 ditemukan sebuah alat komunikasi yang kita kenal dengan telepon. Orang yang berjasa menciptakannya adalah Alexander Graham Bell.
  • 1880 Heinrich berhasil menemukan gelombang elektromagentik.
  • Paul Nipkow telah berhasil menemukan tv mekanik pada tahun 1884.
  • 1894 awal mula film bioskop diputar dan disaksikan beramai-ramai oleh masyarakat.
  • Guglielmo Marconi berhasil membuat pesan melalui radio pada tahun 1895.
  • 1912 Lee de Forest berhasil membuat vacum cube.
  • KDKA memperkenalkan radio siaran di Pitsburgh pada tahun 1920.
  • Vladimir K Zworykin berhasil membuat sebuah TV tabung atau lonoscope pada tahun 1923.
  • Philo T Fransworth berjasa di dalam membuat televisi rumah pada tahun 1930.
  • Di tahun 1933, RCA mulai mendokumentasikan siaran televisi di Amerika.
  • 1941 cikal bakal dari televisi komersial hingga sekarang.
  • Teknik Videografi

Sebenarnya di dalam teknik videografi tidak jauh berbeda dengan teknik yang dilakukan untuk film. Film sendiri pun merupakan gabungan dari beberapa unsur yang di dalamnya meliputi gambar dan juga suara. Kita memang bisa menghasilkan sebuah videografi yang bagus ketika kita memang benar-benar paham tentang teknik videografi yang diperlukan.

Namun sebelum itu kita harus paham bahwa ada hal penting yang harus diperhatikan berkenaan dengan perangkat kamera yang akan digunakan. Sebelum melakukan shooting, seseorang harus memperhatikann beberapa hal seperti yang kammi sebutkan di bawah ini:
Orang yang mengambil gambar tersebut harus benar-benar paham terhadap perangkat kamera yang digunakan. Disarankan untuk memahami bagaimana cara menggunakannya maupun berbagai instruksi lainnya melalui buku manual yang didapat ketika membeli kamera. Ia juga harus paham kira-kira apa saja fitur atau keunggulan yang dimiliki oleh kameranya, termasuk juga kekurangannya.
Setelah itu, dia juga harus paham tentang bagaimana teknik pengambilan yang benar sesuai dengan kebutuhan gambar yang diinginkan.
Menentukan apa saja peralatan yang diperlukan, misalnya mikrofon, baterai, kabel ekstension, dan lain sebagainnya.
Memastikan bahwa baterai dalam kondisi penuh dan tidak bermasalah agar proses pengambilan gambar bisa berlangsung dalam waktu yang cukup lama dan tidak terburu-buru.
Macam-Macam Format Video
  • Film bisu atau yang kita kenal dengan siluloid
  • Perangkat besar awal TVRI / U-matic
  • Beta ’80
  • VHS, SVHS .80
  • Supercam ’90
  • Betacam ’90 dan mulai dikenalnya 3ccd atau harge cople device technology
  • Era digital video, seperti betacam, mini dv, hdd, dvd, yang diperkenalkan sekitar tahun 1995 hingga sekarang ini.
Demikiann informasi yang bisa di sampaikan tentang pengertian videografi beserta sejarah, dan juga beberapa teknik yang harus diperhatikan dalam melakukan videografi. Kesimpulannya, videografi yang kita nikmati sekarang ini telah melalui berbagai macam fase atau tahap hingga sekarang videografi telah banyak dimanfaatkan untuk semua kalangan masyarakat.



Videografi



Videografi (Videography) dalam bahasa indonesia sebetulnya terdiri dari 2 kata yaitu video yang artinya gambar bergerak dan grafi yang merupakan kata serapan dari yunani yaitu -graphiā yang artinya menulis. Videografi adalah sebuah proses merekam video ( berupa visual / visual dan audio) suatu moment yang dapat dinikmati dikemudian hari, baik sebagai sebuah kenangan ataupun sebagai bahan kajian untuk mempelajari apa yang sudah pernah terjadi. Videografi sendiri banyak digunakan oleh berbagai kalangan untuk berbagai kepentingan, mulai dari individu hingga kelompok, dan bahkan setiap negara dapat dipastikan memiliki arsip tentang sejarah negaranya dalam bentuk video.

Videografi biasanya tidak membutuhkan konsep seperti script dan storyboard, melainkan merekam hal yang natural terjadi. Videografi biasanya berbentuk dokumentasi dan liputan. Hal yang mudah kita lakukan adalah merekam kejadian dengan kamera ponsel hal ini bisa disebut videografi juga, bahkan saat CCTV merekam itu juga videografi. Namun perlu diingat Videografi berbeda dengan sinematografi untuk mentetahui nya silakan buka artikel tentang perbedaan videografi dengan sinematografi.

Bukan hanya dikalangan amatir videografi juga dibuat bisnis professional oleh vendor kreatif seperti jasa dokumentasi wedding, pesta ulang tahun, liputan event dsb. Di zaman modern dan digital kini videografi semakin dimudahkan karena kita bisa share karya videografi kita di Youtube.