Kreativitas adalah suatu kondisi, suatu sikap atau keadaan mental yang sangat khusus sifatnya dan hampir tak mungkin dirumuskan. Kreativitas adalah kegiatan mental yang sangat individual yang merupakan manifestasi kebebasan manusia sebagai individu. Manusia kreatif adalah manusia yang menghayati dan menjalankan kebebasan dirinya secara mutlak. Kreativitas menerjunkan seseorang kedalam keadaan ambang, yaitu keadaan antara yang ada dan belum ada. Dengan demikian, seorang yang kreatif selalu dalam kondisi „kacau‟, ricuh, kritis, gawat, mencari-cari, mencoba-coba untuk menemukan sesuatu yang belum pernah ada dari tatanan budaya yang pernah dipelajarinya. Inilah sebabnya dalam kreativitas diperlukan keberanian kreatif. Bukan hanya keberanian dalam menghadapi dirinya yang gawat, tetapi juga keberanian dalam menghadapi kebudayaannya, lingkungannya, masyarakat, dunia, sejarah.
Seorang yang kreatif adalah seorang yang berani menghadapi resiko, yaitu risiko berhasil atau tidak berhasil dalam pencarian sesuatu yang belum ada, juga risiko ditolak oleh lingkungannya apabila kreativitasnya berhasil. Dalam sejarah banyak contoh bagaimana manusia kreatif, manusia penemu, mengalami nasib malang, diejek, disingkirkan, dipenjara, dihukum bakar oleh zamannya.
Kreativitas bertolak dari apa yang sudah ada, dari kebudayaan, tradisi. Secara dikotomis, kebudayaan (yang sudah tersedia, sudah ada sebelum individu kreativitas menyadarinya) bersifat statis, tertutup, aman, imanen-manusia dapat hidup aman dan tenag didalamnya. Seseorang harus belajar, mengkondisikan diri pada kebudayaan tempatnya dilahirkan dan hidup. Sementara itu, kreativitas bersifat dinamis, terbuka, bebas, tidak biasa, penuh risiko (tidak aman dan nyaman), serta transenden.
Mengapa seseorang menempuh jalan penuh risiko dengan kreativitasnya? Karena manusia punya banyak dorongan individual. Dorongan dalam dirinya merupakan tanggapan terhadap rangsangan atau stimulus dari luar dirinya (budaya dan kenyataan kehidupan). Tanggapan itu bersifat total, dalam arti melibatkan kegiatan penginderaan, emosi, nalar atau rasio, dan intuisi. Jadi, kreativitas bersifat interpenetrasi seluruh potensi mental manusia. Kegiatan nalar belaka atau kegiatan emosi belaka, atau keduanya, tidak akan melahirkan sikap kreatif. Keseluruhan mental itu merupakan tanggapan atas keadaan budaya atau kenyataan hidup yang dianggap tak memuaskan dirinya, janggal, dan tak menentramkan pribadinya. Awal kreativitas adalah munculnya ketidakpuasan, kegelisahan atas lingkungan hidupnya.
Kreativitas mencuat kalau muncul obsesi dalam diri manusia kreatif. Obsesi muncul kalaau yang diinginkan individu tak sesuai dengan kenyataan diluar dirinya. Manusia kreatif bukanlah manusia kosong mental. Manusia kreatif adalah manusia yang memiliki gambaran suatu sikap baru, pandangan baru, konsep baru, sesuatu yang sifatnya esensial. Dan semua yang merupakan gambaran individual ini bertabrakan dengan kenyataan yang tidak sesuai. Maka, terjadilah kondisi gelisah, tak nyaman, tak sesuai, tidak tenang. Ketenangan jiwanya baru tercapai kalau antara apa yang diinginkannya dengan kenyataan itu mencapai kesesuaian. Disini manusia kreatif menemukan apa yang dicarinya, yang diinginkannya secara intuisi, nalar, rasa, dan inderawi. Disinilah manusia sering berbicara bahwa kreativitas itu suatu misteri, karena kreativitas bukan hanya muncul dari suatu hasil pemikiran atau dorongan perasaan, tetapi juga melibatkan kebenaran intuitif. Sesuatu yang intuitif itu bersifat bawah sadar. Baru diketahui kalau sudah ditemukan. Bagaimana menemukannya merupakan rahasia jiwa manusia. Bahwa yang ditemukannya itu sesuatu yang benar baru diketahui setelah terwujud, setelah dilahirkan, setelah ada, setelah diciptakan. Jadi, kreativitas selalu dimulai dengan ketidakpuasan. Dan ketidakpuasan muncul kalau seseorang memiliki „perasaan‟ (atau katakanlah intuisi) tentang sesuatu yang seharusnya.
Manusia kreatif adalah manusia yang memiliki kemampuan kreatif. Kemampuan kreatif antara lain kesigapan menghasilkan gagasan baru. Gagasan baru itu tentu baru muncul kalau seseorang telah mengenal secara jelas gagasan yang telah ada dan tersedia dalam lingkungan hidupnya. Tanpa mengenal dan menguasai budaya ditempat dia hidup, tak mungkin muncul gagasan baru.
Gagasan kreatif umumnya adalah gagasan asli, otentik, unik, milik dirinya. Gagasan itu berbeda dan lain dari gagasan yang telah ada, yang telah lazim. Inilah yang membuat lahirnya gagasan baru dapat ditolak lingkungannya, hanya karena tak lazim, lain dari yang lain. Kontroversi lahirnya gagasan baru menunjukkan adanya unsur kreativitas didalamnya.
Orang yang kreatif juga orang yang sanggup melakukan berbagai pendekatan dalam menghadapi persoalan. Orang kreatif adalah penjelajah mental, terbuka, bebas sembari „bermain‟ didalam kemerdekaannya itu. Orang kreatif bukan orang fanatik buta yang terpaku pada suatu gagasan baku. Pada dasarnya orang kreatif itu orang yang menjunjung tinggi kebebasan. Ia sanggup menerim hal yang berbeda dengan gagasannya. Bahwa kebenaran itu relatif. Masalahnya apakah „kebenaran‟ yang selama ini ada dapat menjawab persoalan yang muncul.
Kreativitas terutama dalam seni, telah melahirkan berbagai teori, antara lain teori Emosi, teori Genius, dan teori Bawah Sadar. Sebagaimana semua teori, pada hakikatnya ada penekanan yang berlebihan terhadap salah satu aspek kegiatan mental kreativitas. Teori Emosi dengan sendirinya terlalu menekankan pentingnya kreativitas dari aspek emosi manusia. Seni yang baik, seni yang kreatif, adalah seni yang mengandung bobot emosi yang secara orisinal dialami senimannya. Tetapi, bobot emosi yang orisinal yang meluap-luap itu harus diarahkan atau dikontrol oleh pikiran. Artinya, emosi itu selalu diberi bentuk, diberi struktur, diatur dalam pola tertentu. „Puisi adalah bentuk istimewa dari bahasa emosi‟, kata kritikus IA Richards. Seni bukan merupakan ekspresi langsung emosi. Seni yang mengungkapkan penderitaan bukanlah luapan atau ekspresi orang yang sedang menderita. Senimannya tak perlu sedang menderita. Yang penting apakah karyanya mampu menciptakan perasaan derita itu. Jadi, ada kaitan antara objektivitas dengan emosi. Lebih jauh Leo Tolstoi menyatakan bahwa perasaan dalam seni bukanlah perasaan individual seniman, tetapi perasaan yang dialami oleh semua umat manusia.
Teori Genius menekankan lahirnya „jiwa besar‟ (greatness of soul) sebuah karya seni. Sebuah karya seni kreatif adalah karya yang tidak dibatasi aturan-aturan atau konvensi yang telah ada sebelumnya. Keaslian atau orisinalitas menjadi nilai utama dalam seni. Sebuah karya kreatif adalah kartya yang memiliki kualitas individual dan berbeda dari sebuah temuan yang orisinal. Nilai orisinalitas itu tentu saja tidak semata-mata individual, karena setiap karya seni, setiap ciptaan, selalu berorientasi keluar, kepada orang lain. Ciptaan itu bukan berorientasi pada diri senimannya sendiri. Seni itu bukan semata-mata subjektif, tetapi yang subjektif itu juga harus bersifat objektif yang berarti berlaku dan benar bagi orang lain.
Teori Bawah Sadar ditemukan bersamaan dengan berkembangnya ilmu jiwa dari Freud. Seni kreatif adalah seni yang menemukan sesuatu yang sama sekali baru yang belum pernah dikenal, tetapi secara intuitif dirasakan sebagai telah dikenal oleh seluruh sejarah umat mnusia. Karya yang menghadirkan sesuatu yang tak dikenal tapi yang secara samar-samar telah akrab dengan pengalaman kita itu merupakan nilai yang dijunjung tinggi.
Begitulah catatan kecil tentang makna kreativitas yang memang merupakan suatu misteri jiwa manusia. Kreativitas merupakan rahasia seperti rahasia jiwa manusia itu sendiri. Batasan yang telah dibuat tentu akan melahirkan batasan penantangnya. Karena jiwa manusia tak bisa dirumuskan.