Sabtu, 08 Januari 2022
Mudahnya mendapatkan pahala
Selasa, 16 November 2021
Adab Seorang Alim (Guru)
Adab Seorang Alim (Guru)
Jika engkau seorang alim (Guru), maka adab yang kau harus kau perhatikan adalah :
1. Sabar,
2. Selalu santun,
3. Duduk dengan wibawa disertai kepala yang tunduk,
4. Tidak takabur terhadap semua hamba kecuali pada mereka yang lalim dengan tujuan menghapus kelalimannya,
5. Bersikap tawadu dalam setiap majelis dan pertemuan,
6. Tidak bersenda gurau,
7. Menyayangi murid,
8. Berhati-hati terhadap orang yang sombong,
9. Memperbaiki negeri dengan cara yang baik dan tidak marah,
10. Tidak malu untuk mengaku tidak tahu,
11. Memperhatikan pertanyaan si penanya dan berusaha memahami pertanyaannya,
12. Mau menerima hujah dan mengikuti yang benar dengan kembali kepadanya manakala ia salah,
13. Melarang murid mempelajari ilmu yang berbahaya dan mengingatkannya agar tidak menuntut ilmu untuk selain rida Allah Swt,
14. Melarang murid sibuk dengan hal-hal yang bersifat fardu kifayah sebelum menyelesaikan yang fardu ain (yang termasuk fardu ain adalah memperbaiki yang lahir dan batinnya dengan takwa) serta membekali dirinya terlebih dahulu dengan sikap takwa tersebut agar sang murid bisa mencontoh amalnya,
15. Kemudian mengambil manfaat dari ucapannya.
Adab Seorang murid
Adab Seorang Murid
Jika engkau seorang murid, maka adab yang harus dimiliki oleh seorang murid terhadap gurunya adalah: mendahuluinya dalam memberi hormat dan salam,
tidak banyak berbicara di hadapannya,
tidak mengatakan apa yang tak ditanya oleh gurunya,
tidak bertanya sebelum diberi izin,
tidak mengungkapkan sesuatu yang bertentangan dengan ucapannya, misalnya dengan ber- kata, “Pendapat si fulan berbeda dengan dengan ucapanmu”,
tidak menunjuk sesuatu yang berseberangan dengan pendapatnya sehingga terlihat ia lebih tahu tentang yang benar daripada gurunya,
tidak bertanya kepada teman duduk gurunya dalam majelisnya,
tidak menoleh ke sekitarnya, melainkan ia harus duduk dengan menundukkan pandangan disertai sikap tenang dan etika sebagaimana ketika menunaikan salat.
Murid juga tak boleh banyak bertanya ketika guru sedang bosan.
Jika guru berdiri maka sang murid juga harus berdiri untuknya, tidak diikuti dengan pembicaraan dan pertanyaan, tidak bertanya kepadanya dalam perjalanan menuju rumah.
Tidak berburuk sangka pada perbuatan-perbuatan yang secara lahiriah tidak bisa diterima, karena ia lebih mengetahui rahasia dibalik itu semua. Sehubungan dengan hal itu perhatikan pertanyaan Musa a.s kepada Nabi Khidir a.s, “apakah engkau sengaja melubangi perahu itu untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh kamu telah melakukan kesalahan yang besar” (Q.S al-Kahfi: 71) ia salah dalam menyikapi perbuatan Nabi Khidir a.s. karena bersandar pada apa yang tampak secara lahir.
Kisah Nabi Musa.as dan Nabi Khidir.as dalam al-Qur’an dan Hadist
Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surat al-Kahfi ayat 60-82 yang tafsir maknanya sebagai berikut ;
60. dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya[*]: “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke Pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun”.
61. Maka tatkala mereka sampai ke Pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.
62. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: “Bawalah kemari makanan kita; Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini”.
63. Muridnya menjawab: “Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat berlindung di batu tadi, Maka Sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali”.
64. Musa berkata: “Itulah (tempat) yang kita cari”. lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
65. lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami[**].
66. Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”
67. Dia menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku.
68. dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”
69. Musa berkata: “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun”.
70. Dia berkata: “Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu”.
71. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: “Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?” Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.
72. Dia (Khidhr) berkata: “Bukankah aku telah berkata: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku”.
73. Musa berkata: “Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku”.
74. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, Maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: “Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena Dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar”.
75. Khidhr berkata: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?”
76. Musa berkata: “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, Maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku”.
77. Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, Maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu”.
78. Khidhr berkata: “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
79. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.
80. dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.
81. dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
82. Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”. (QS al-Kahfi ayat 60-82)
[*] Menurut ahli tafsir, murid Nabi Musa a.s. itu ialah Yusya ‘bin Nun.
[**] Menurut ahli tafsir hamba di sini ialah Khidhr, dan yang dimaksud dengan rahmat di sini ialah wahyu dan kenabian. sedang yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu tentang yang ghaib seperti yang akan diterangkan dengan ayat-ayat berikut.
Dari Ubay bin Ka’ab, Rasulullah bersabda, “Pada suatu ketika Musa berbicara di hadapan Bani Israil, kemudian ada seseorang yang bertanya, ‘Siapakah orang yang paling pandai itu?’ Musa menjawab, ‘Aku.’
Dengan ucapan itu, Allah mencelanya, sebab Musa tidak mengembalikan pengetahuan suatu ilmu kepada Allah. Kemudian Allah mewahyukan kepada Musa, ‘Sesungguhnya Aku memiliki seorang hamba yang berada di pertemuan antara laut Persia dan Romawi, hamba-Ku itu lebih pandai daripada kamu!’
Musa bertanya, ‘Ya Rabbi, bagaimana caranya agar aku bisa bertemu dengannya?’ Maka dijawab, “Bawalah seekor ikan yang kamu masukkan ke dalam suatu tempat, di mana ikan itu menghilang maka di situlah hamba-Ku itu berada!’
Kemudian Musa pun pergi. Musa pergi bersama seorang pelayan bernama Yusya’ bin Nun. Keduanya membawa ikan tersebut di dalam suatu tempat hingga keduanya tiba di sebuah batu besar. Mereka membaringkan tubuhnya sejenak lalu tertidur. Tiba-tiba ikan tersebut menghilang dari tempat tersebut. Ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut. Musa dan pelayannya merasa aneh sekali.
Lalu keduanya terus menyusuri dari siang hingga malam hari. Pada pagi harinya, Musa berkata kepada pelayannya,
آتِنَا غَدَاءنَا لَقَدْ لَقِينَا مِن سَفَرِنَا هَذَا نَصَباً
‘Bawalah ke mari makanan kita. Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.’ (QS. Al-Kahfi: 62)
Musa berkata,
ذَلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ فَارْتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصاً
‘‘Itulah tempat yang kita cari,’ lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula.’ (QS. Al-Kahfi: 64)
Setibanya mereka di batu tersebut, mereka mendapati seorang lelaki yang tertutup kain, lalu Musa memberi salam kepadanya
Hidir (orang itu) bertanya, ‘Berasal dari manakah salam yang engkau ucapkan tadi?’ Musa menjawab, ‘Aku adalah Musa. Hidir bertanya, ‘Musa yang dari Bani Israil?’ Musa menjawab, ‘Benar!’
هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْد. قَالَ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْراً
‘‘Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?’ Dia menjawab, ‘Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku.’‘ (QS. Al-Kahfi: 66–67)
Khidir berkata, ‘Wahai Musa, aku ini mengetahui suatu ilmu dari Allah yang hanya Dia ajarkan kepadaku saja. Kamu tidak mengetahuinya. Sedangkan engkau juga mempunyai ilmu yang hanya diajarkan Allah kepadamu saja, yang aku tidak mengetahuinya.’
Musa berkata,
سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ صَابِراً وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْراً
‘Insya Allah, kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam suatu urusan pun.’ (QS. Al-Kahfi: 69)
Kemudian, keduanya berjalan di tepi laut. Tiba-tiba lewat sebuah perahu. Mereka berbincang-bincang dengan para penumpang kapal tersebut agar berkenan membawa serta mereka. Akhirnya, mereka mengenali Khidhir, lalu penumpang kapal itu membawa keduanya tanpa diminta upah.
Tiba-tiba, seekor burung hinggap di tepi perahu itu, ia mematuk (meminum) seteguk atau dua kali teguk air laut. Kemudian, Khidhir memberitahu Musa, ‘Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu tidak sebanding dengan ilmu Allah, kecuali seperti paruh burung yang meminum air laut tadi!’
Khidhir lalu menuju salah satu papan perahu, kemudian Khidhir melubanginya. Melihat kejanggalan ini Musa bertanya, ‘Penumpang kapal ini telah bersedia membawa serta kita tanpa memungut upah, tetapi mengapa engkau sengaja melubangi kapal mereka? Apakah engkau lakukan itu dengan maksud menenggelamkan penumpangnya?’
Khidhir menjawab,
قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْراً. قَالَ لَا تُؤَاخِذْنِي بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرْهِقْنِي مِنْ أَمْرِي عُسْراً
‘Bukankah aku telah berkata, ‘Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersamaku.’ Musa berkata, ‘Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku.’’ (QS. Al-Kahfi: 72–73)
Itulah sesuatu yang pertama kali dilupakan Musa, kemudian keduanya melanjutkan perjalanan. Keduanya bertemu dengan seorang anak laki-laki sedang bermain bersama kawan-kawannya. Tiba-tiba Khidhir menarik rambut anak itu dan membunuhnya.
Melihat kejadian aneh ini, Musa bertanya,
أَقَتَلْتَ نَفْساً زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ لَّقَدْ جِئْتَ شَيْئاً نُّكْراً
‘Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar.’ (QS. Al-Kahfi: 74)
Khidhir menjawab,
أَلَمْ أَقُل لَّكَ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِي صَبْراً
‘Bukankah sudah aku katakan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?’ (QS. Al-Kahfi: 75)
Maka, keduanya berjalan. Hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh.
فَأَقَامَهُ قَالَ لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْر. قَالَ هَذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِع عَّلَيْهِ صَبْراً
‘Khidhir berkata bahwa, melalui tangannya, dia menegakkan dinding itu. Musa berkata, ‘Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.’ Khidhir berkata, ‘Inilah perpisahan antara aku dengan kamu.’‘ (QS. Al-Kahfi: 77–78).
Semoga Allah menganugerahkan rahmat kepada Musa ‘alaihis salam. Tentu, kita sangat menginginkan sekiranya Musa dapat bersabar sehingga kita memperoleh cerita tentang urusan keduanya.(HR. Al-Bukhari no. 122 dan Muslim no. 2380)
Minggu, 31 Oktober 2021
Kisah Bambang dan Jamal
Jamal : bang, gw mau ikut workshop fotografi, kemaren dapet ilmu baru nih gw
Bambang : aaahhhhh fotografi gampang tinggal jepret doank
Jamal : iye gw tau.....
Bambang : gak ada gunanya kan lo belajar fotografi....
Jamal : bodo amat, gw ini yg ngejalanin.....
Bambang : nilai seninya jg rendah, cemen.......
Jamal : iye lo menang dah.....
Bambang : eh iya bro besok gw mau interview di perusahaan barokah jaya, gw butuh foto 3x4 nih. fotoin gw donk bro
Jamal : loh kata lo kan gampang,....
LO POTO AJE MUKE LO SENDIRI, KLO KAGAK LO KIRIM DLM BENTUK PATUNG 3X4, LO CEPLAK PAKE TINTA GRAFIS MUKE LO, LO LUKIS DAH TUH MUKE, LO JADIIN LOGAM, LO BIKIN BATIK GAMBAR MUKE LO, BIKIN MAKET PERSIS MUKE LO, LO MURAL GAMBAR MUKE LO, LO BIKIN KRIYA BAMBU JADI MUKE LO, HAHAHAHA
MAAF : *(dialog diatas bukanlah untuk mendeskreditkan sebuah permasalahan ataupun kemampuan sebuah bidang seni terhadap seni yang lainnya, akan tetapi coba memberitahukan bahwa setiap bidang seni mempunyai fungsi masing-masing terhadap setiap permasalahan, yang membedakannya hanya media dan proses, hasil akhir tetap satu tujuan, yaitu KARYA)
contoh ini baru dari satu jenis seni,SENI RUPA atau SENI VISUAL, namun bisa juga terjadi pada Seni lain seperti SENI MUSIK,TARI dan lain - lain
pesan yg ingin disampaikan adalah TIDAK SEMUA SENIMAN BISA MENGHARGAI KARYA SENI LAINNYA, JADI BUAT PARA SENIMAN, MULAILAH MENGHARGAI KARYA SENI LAIN DILUAR BIDANGMU BILA INGIN KARYA SENIMU DIHARGAI SENIMAN LAINNYA
Senin, 25 Oktober 2021
Script Yayasan Yatim Satu Benih
Mengambil view dari depan sampai keseluruhan area + zoom tugu nama nama pemberi wakaf
Scene 2
INT - SATU BENIH- RUANG DALAM RUMAH MINI - SIANG
Personel: 1 orang anak perempuan berseragam sekolah
KEGIATAN:
Memasukkan buku buku pelajaran ke dalam tas sekolah, bersiap berangkat sekolah
Scene 3
"INT - SATU BENIH- RUANG DALAM RUMAH MINI - SIANG
Personel: 1 orang anak laki-laki pakai baju koko, sarung, peci
KEGIATAN
Membaca Alquran besar di atas meja lipat khusus kitab (pencahayaan temaram/dibuat dramatis)
Scene 4
EXT - SATU BENIH - RUANG KOMPUTER - SIANG
Personel: banyak anak
KEGIATAN
Aktivitas di depan komputer
Scene 5
EXT - SATU BENIH- HALAMAN MASJID - SIANG
Personel: Seluruh anak
KEGIATAN:
Saat adzan zuhur anak-anak serempak keluar dari rumah mini dengan menggunakan mukenah/sarung peci koko, berbondong bondong ke masjid datang dari segala arah + wudhu + solat berjamaah
Scene 6
INT - SATU BENIH - RUANG MAKAN - SIANG
Personil: Semua anak
KEGIATAN:
Makan siang bersama
Scene 7
EXT - SATU BENIH - LAPANGAN - SIANG
Personel : Semua anak
KEGIATAN:
Bermain di area terbuka segala permainan anak rakyat
- gobag sodor
- galaksin
- ular naga
(disepakati ada berapa permainan)
Scene 8
EXT-SATU BENIH-TUGU PRASASTI- SIANG
Personel: Pimpinan/Pengurus
KEGIATAN:
Menuturkan singkat visi/berdirinya Satu Benih, juga konsepnya sebagai rumah tinggal anak-anak yatim yang dibiayai sekolahnya di luar, jumlah anak sekarang, dan apa impian besar Satu Benih yang belum tercapai
MENGEMBANGKAN KARYA SENI
A. Memilih Unsur Seni Rupa Nusantara Untuk Dikembangkan Menjadi Karya Seni Rupa Murni
1. Bahan Seni Rupa Nusantara
Seni rupa nusantara tidak hanya memiliki keragaman corak, tetapi juga memiliki keragaman bahan, yang digunakan. Keragaman bahan ini dapat berpengaruh terhadap teknik yang digunakan.
Nusantara memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Kekayaan alam tersebut dapat dimanfaatkan dalam berkarya seni rupa. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila terdapat keragaman dalam bahan yang digunakan untuk karya seni rupa. Contohnya, bahan yang digunakan dalam seni lukis tidak hanya satu jenis, tetapi bermacam-macam, seperti cat air, cat kayu, pensil warna, krayon, konte atau pastel. Selain itu, medianya pun tidak hanya satu jenis, tetapi dapat menggunakan kertas, kain ataupun kaca.
2. Teknik Seni Rupa Nusantara
Keragaman bahan yang digunakan mengakibatkan munculnya berbagai teknik dalam berkarya seni rupa di nusantara. Berikut ini beberapa teknik yang digunakan untuk berkarya seni rupa di nusantara.
a. Teknik ukir/ teknik pahat merupakan teknik berkarya seni rupa dengan cara membentuk dan mengurangi bahan yang diukir dengan menggunakan peralatan ukir yaitu tatah ukir.
b. Teknik lukis merupakan teknik berkarya seni rupa dengan cara melukis, yaitu membuat gambar dengan menggunakan pensil, pulpen, kuas, dan sebagainya.
c. Teknik tenun merupakan teknik pembuatan kain tenun dengan cara menganyam. Teknik tenun hampir sama dengan teknik menganyam.
d. Teknik membentuk yaitu membuat karya seni rupa dengan media tanah liat. Pembuatan dengan teknik membentuk adalah dengan cara menbentuk tanah liat tersebut menjadi bentuk yang diinginkan.
e. Teknik cor merupakan pembuatan karya seni rupa dengan menggunakan cetakan atau di cor. Bahan terlebih dahulu dibuat adonan, kemudian dicor dan dituang kedalam cetakan.
f. Teknik anyam merupakan teknik membuat karya seni rupa dengan menganyam. Teknik anyam tidak menggunakan alat tetapi mengandalkan keterampilan tangan.
g. Teknik batik merupakan teknik memberi hiasan atau motif pada kain dengan cara memberi gambar dengan lilin panas atau malam. Alat yang digunakan adalah canting.
3. Unsur-Unsur Dalam Seni Rupa
a. Titik (awal dan akhir dari sebuah baris)
b. Garis (kumpulan dari titik)
- Garis lurus
- Garis lengkung
c. Bidang (pertemuan antara ruang)
d. Bayang-bayang
- Bayang-bayang sendiri
- Bayang-bayang langkah
Gelap terang bisa dihasilkan dari warna dan arsiran. Gelap terang disebut dengan helptoon.
e. Baris
f. Warna
- Primer; merah, kuning, biru
- Sekunder; ungu, oranye
- Tertier; coklat, abu-abu, youker (kuning tana), hitam
Warna terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya :
- Warna romantic; biru,biru tua, biru kehijauan, merah, merah kehitaman.
Warna dingin (Kesan); biru, hijau.
- Warna panas; merah kuning.
- Warna hangat; ungu, oranye.
Dalam setiap warna, memiliki arti tersendiri atau makna filosofi. Jika warna putih dicampur abu-abu disebut dengan TIN. Sedangkan warna dicampur dengan abu-abu disebut SHADE.
4. Gaya Seni Rupa
a. Modern : surealis, naturalis
b. Klasik : Borobudur, Temporer, Prambanan
c. Primitive : sederhana
5. Kaidah Seni Rupa
a. Proporsi (Perbandingan) yaitu unsure kesebandingan ideal yang dapat dicerap oleh persepsi pengamat sehingga terjadi keseimbangan harmonis objek gambar.
b. Tekstur (nilai rabaan)
- Kasar
- Halus
- Sedang
Dalam tekstur juga ada macam-macam lainnya :
- Semu
- Nyata
c. Komposisi adalah perbandingan objek benda dengan bidang gambar. Bidang gambar adalah tempat menggambar. Bidang gambar contohnya buku gambar, kaca, tembok.
d. Balance (Keseimbangan) yaitu pengaturan unsure-unsur seni yang dapat menciptakan suatu perbandingan dan intensitas sebanding yang bertitik pusat pada suatu tempat sehingga terdapat keseimbangan dari unsure-unsur yang digunakan.
e. Unity (kesatuan) merupakan unsure-unsuer seni yang dimanfaatkandalam suatu karya, terkait dalam kaidah-kaidah yang menimbulkan suatu ketergantungan.
f. Rytme (Irama) adalah pengulangan unsure-unsur secara konstan (teratur, continue, rutinitas) dan terjadinya suatu proses perubahan atau perpindahan unsure-unsur yang tidak begitu jelas.
g. Point of Interes (pusat perhatian) secara menyeluruh dan keutuhan karya terdapat unsure seni yang sengaja diperkuat intensitasnya dan memberikan suatu unsure pusat perhatian yang dapat mendominasi dari unsure keseluruhan dan tidak mengganggu kesempurnaan.
h. Harmoni (keselarasan) dan tidak saling tenggelam dan menonjol.
B. Berkreasi Seni Rupa Murni Yang Dikembangkan Dari Unsur Seni Rupa Nusantara
1. Melukis
Kegiatan melukis adalah kegiatan paling popular dalam seni rupa, melebihi kegiatan seni rupa lainnya. Namun demikian, sering kali orang merasa tidak mampu atau tidak memiliki bakat untuk melukis. Seni lukis adalah suatu kegiatan untuk menuangkan ide-ide atau gagasan/ membubuhkan cat diatas bidang datar yang divisualisasi dengan seni rupa dan kaidah-kaidah seni rupa.
6. Mengenal bahan dan teknik
Latihan mengenal bahan dan teknik dapat kita lakukan bersama-sama karena bahan, alat, dan teknik sebenarnya dapat dipisahkan. Ada beberapa macam teknik dalam melukis, diantaranya;
- Linear (menggunakan jari)
- Plakat/Ofaque (menggunakan cat poster)
- Pointilis (dengan titik)
- Blok
- Aquares (dengan cat air)
- Gusel dengan cara digosok dengan tangan dan bahan yang dibutuhkan pensil 2B-6B)
7. Gaya Melukis
- Realisme
Karya seni yang diciptakan manusia merupakan manifestasi ungkapan perasaan/emosi manusia. Penciptaan karya seni dihubungkan dengan karakter kejiwaan manusia seperi perasaan suka, senang, ceria, sedih, sakit, duka cita, dan sebagainya.
Sedangkan Seni sebagai ekspresi dalam konsep pendidikan seni merupakan pendidikan seni rupa dalam pendidikan sebagai penghalus rasa dan pendidikan emosi. Dalam berkarya seni, emosi disalurkan ke dalam wujud yang memiliki nilai ekspresi komunikasi. Kegiatan penguasaan dan penyaluran ekspresi tadi akan berjlan dengan baik jika proses ekspresi sering dilakukan.
Betapa pentingnya seni sebagai hasil cipta manusia, yang sewajarnya harus terus diajarkan di dalam pendidikan formal. Baik dari tingkat Taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi. Pembelajaran seni di sekolah atau madrasah jangan dianggap pelajaran pelengkap. Tentu ini menjadi tugas lembaga pendidikan dan para pengajar tentunya.