Jumat, 25 November 2022

Pengenalan mode pengambilan gambar pada Nikon D3100 dan Canon 1500D

Assalamualaikum Wr Wb
Punya kamera DSLR tapi gak tau cara memaksimalkan kameranya?
Tenang, di materi kali ini, kita akan membahas mode pengambilan yang ada di Kamera DSLR
Untuk kamera yang saya gunakan pada praktek kali ini


kamera Nikon D3100


dan Canon 1500D

Pada prinsipnya, pengaturan semua kamera itu hampir sama, difragma atau apperture, shutterspeed, ISO dan focus. Lalu apa yang membedakan? Yang membedakan hanya nama dan bahasa saja


Pada kamera Canon, kurang lebih seperti ini tampilannya


Sedangkan pada kamera Nikon, kurang lebih seperti ini tampilannya


berikut penjelasan tiap mode di kamera Nikon dan Canon
1. Mode AV (Canon) atau A (Nikon)
Mode AV pada Canon

Mode A pada Nikon

adalah mode pengambilan gambar yang hanya merubah Apperture atau Diafragma, sedangkan shutterspeed mengikuti sesuai kebutuhan

2. Mode TV (Canon) atau S (Nikon)
Mode TV pada Canon

Mode S pada Nikon

adalah mode pengambilan gambar yang hanya merubah shutterspeed, sedangkan  Apperture atau Diafragma mengikuti sesuai kebutuhan

3. Mode Manual
Mode M pada Canon

Mode M pada Nikon

adalah mode pengambilan gambar yang mengatur Apperture atau Diafragma dan Shutterspeed secara manual

4. Mode P (Program)
Mode P pada Canon

Mode P pada Nikon

adalah mode pengambilan gambar yang pengaturan Apperture atau Diafragma dan Shutterspeed secara automatis

5. Mode Full Auto (gambar kotak hijau untuk Canon dan gambar kamera hijau pada Nikon)
Mode Full Auto pada Canon

Mode Full Auto pada Nikon

adalah mode pengambilan gambar yang pengaturan Apperture atau Diafragma dan Shutterspeed secara automatis

Lho, kok mode P dan Full Auto sama?
Gak dong, jadi begini, perbedaan mode P dan Full auto terletak pada Flash (lampu kilat) yang ada di kamera. kalau pada mode P tidak akan keluar flash nya secara automatis, sedangkan pada mode full auto flashnya akan muncul secara automatis jika dirasa cahaya untuk mengambil gambarnya kurang.
Nah itulah pembahasan tentang mode pengambilan gambar pada kamera DSLR Nikon dan Canon, semoga bermanfaat

Sabtu, 15 Oktober 2022

SUSUNAN ACARA PEMILIHAN RT

SUSUNAN ACARA PEMILIHAN RT. 016

DI LINGKUNGAN RW. 04 KEL. CIPINANG CEMPEDAK, KEC JATINEGARA

TAHUN 2022 - 2023

 

Susunan Acara :
1. Pembukaan oleh MC
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Pembacaan Doa
4. Sambutan dari RW
5. Sambutan sekaligus penyampaian Laporan Pertangungjawaban RT lama
6. Serah terima Atribut RT lama ke Ketua Panitia (Demisioner)
7. Pembacaan Tata tertib oleh Sekret Panitia
8. Proses pemilihan
9. Penetapan RT terpilih oleh ketua panitia
10. Serah terima atribut RT dari Ketua Panitia ke RT terpilih.
11. Sambutan RT terpilih
12. Pemberian ucapan Selamat
13. Foto bersama
14. Penutup.

Jumat, 14 Oktober 2022

Mengunggah berkas ke Google Drive dari HP

 1. Pilih google Drive



2. Buka Google Drive 



3. Pilih tanda tambah di kanan bawah



4. Pilih folder untuk membuat folder baru



5. Namai folder sesuai keinginan


6. Pilih folder baru yg tadi kita buat


7. Pilih tanda tambah di kanan bawah


8. Pilih upload berkas


9. Pilih tiga garis di kiri atas untuk mencari file dari HP


10. Pilih folder tempat menyimpan file yang akan kita upload


11. Pilih manager file


12. Pilih penyimpanan file yg akan kita upload, apakah di memori internal HP atau eksternal HP


13. Pilih folder tempat file yang akan kita upload


14. Pilih file yang akan di upload



15. Tunggu file selesai di upload


16. Pilih kelola akses


17. Pilih akses umum



18. Pilih dibatasi



19. Ubah dibatasi menjadi siapa saja yang memiliki link



20. Pilih salin link

21. Silahkan tempel dan bagikan folder Google Drive ke kontak WhatsApp atau e mail anda.

Semoga bermanfaat 

Sabtu, 05 Februari 2022

Keajaiban Tekhnologi Indonesia Abad ke-2

    Emas adalah logam mulia yang sering ditampilkan dalam perhiasan, serta benda-benda dekoratif baik lainnya. Perhiasan dan pengrajin emas sering meleburnya dan dituang atau sebaliknya membentuk kembali ke bentuk-bentuk baru. Untuk benar - benar melebur emas, pengrajin harus sudah memiliki pengetahuan dasar dan komposisi titik leburnya, serta alat yang tepat, peralatan dan teknik. Sebuah titik lebur adalah jumlah derajat Fahrenheit di mana emas mencair. Titik leleh emas tergantung pada komposisi atau tipe. Sebagai contoh, 18-karat emas kuning memiliki titik lebur 1.700 derajat Fahrenheit. Empat belas karat kuning emas memiliki titik lebur 1.615 derajat Fahrenheit. Sepuluh karat emas putih memiliki titik lebur 1.975 derajat Fahrenheit. Semakin murni emas, semakin rendah suhu yang diperlukan untuk mencairkannya, sehingga diperlukan waktu lebih lama untuk melelehkan emas yang dicampur dengan logam lain.

    Sebuah wadah untuk melebur emas berbentuk kubah di mana logam mencair. Sebuah wadah sangat tahan panas yang artinya, mencerminkan banyak panas kembali ke logam. Sebelum lebur dalam sebuah wadah emas, harus dipastikan bahwa wadah bersih sehingga emas tidak menjadi tercemar. Jenis api untuk peleburan emas pun harus diperhatikan. Dibutuhkan sebuah obor yang mencapai suhu yang cukup. Butana obor, propana obor dan obor oxy-asetilen adalah pilihan yang baik untuk peleburan emas. Sebuah obor butana dapat mencapai suhu 2.500 derajat Fahrenheit. Sebuah propana obor dapat mencapai suhu setinggi 3.600 derajat Fahrenheit. Sebuah oxy-acetylene obor, yang juga disebut sebagai gas oxy-obor, menggabungkan asetilena dengan oksigen, dan mendapat sepanas 6.300 derajat Fahrenheit.

    Solder adalah proses menggabungkan dua keping logam dengan logam pengisi yang mencair dan menyebabkan itu mengalir ke gabungan dari dua keping logam. The filler logam juga disebut sebagai "solder" dan memiliki titik lebur yang lebih rendah daripada logam yang akan digabung. Solder ini terutama berguna dalam pembuatan perhiasan, di mana ia digunakan untuk memperbaiki rantai emas rusak.

    Dalam bidang kerajinan, logam mulia biasanya dibuat benda – benda perhiasan yang terutama dikerjakan dengan cara di tempa, di canai, diukir dan dipatri, sebab hasilnya lebih ringan, lebih indah bila dibandingkan dengan hasil – hasil penuangan langsung. Logam mulia sebenarnya cukup mudah dicairkan dan dituang, karena logam – logam ini tidak mudah dipengaruhi oleh udara walaupun dalam keadaan cair. Logam cair memiliki sifat yang hampir sama dengan air, yaitu dapat mengalir dengan mudah. Perbedaannya pada kekentalan logam cair ditambah lagi dengan tinggi – rendahnya suhu logam cair tersebut. Makin tinggi suhunya, makin cair logam tersebut, namun sebaliknya, makin rendah suhu, makin kental logam tersebut. Selain itu berat jenis logam cair jauh lebih berat dari berat jenis air, sehingga faktor – faktor tersebut dapat mempengaruhi alirannya pada suatu tempat. Penuangan logam biasanya dilakukan dengan menuangkan cairannya ke dalam cetakan melalui lubang – lubang penuangan. Apabila logam tersebut dalam keadaan cair sekali, dapat dengan mudah memasuki ruang – ruang dalam cetakan hingga ke bagian – bagian tersempit. Untuk membuat cetakan sebuah benda, master dari cetakan harus lebih detail dari hasil akhirnya dan harus dengan perhitungan yang sangat matang, karena dengan pertimbangan adanya beberapa bagian yang mungkin sulit untuk dilalui oleh logam cair ataupun saat di lepaskan saat proses akhir.










    
    Emas yang di temukan oleh salah seorang warga di daerah karawang ini diyakini peninggalan kerajaan pasundan abad ke – 2 Masehi. Emas berukuran kurang lebih 3 mm ini memiliki ukiran berupa bulatan – bulatan kecil disekelilingnya. Dari panjang 3 mm ini dapat di lihat 12 hingga 15 bulatan kecil di tiap barisnya. Bayangkan, untuk seukuran 3 mm, terdapat 12 hingga 15 bulatan kecil. Bagaimana mereka membuatnya, dengan cara apa, bagaimana mereka melihatnya saat proses pembuatannya, dan untuk apa mereka membuat benda sekecil ini? Bila dibuat zaman sekarang, mungkin bisa menggunakan laser, las atau peralatan canggih lainnya, namun artefak ini di yakini merupakan peninggalan dari Abad ke 2M, apakah tekhnologi mereka sudah mumpuni untuk melihat dan membuat benda - benda sekecil ini? Mencairkan logam mulia seperti emas dan yang terpenting lagi, bagaimana mereka membuat master cetakan yang jauh lebih detail dari hasil cetakannya? Dan untuk apa dibuat benda – benda sekecil ini? Apa tujuan mereka membuat benda – benda berukuran kecil?.
Dari temuan peninggalan abad ke 2 Masehi di tanah pasundan ini, lalu muncul pertanyaan dalam benak saya "bagaimana cara orang pasundan di abad 2 Masehi bisa membuat emas sekecil itu dengan detail-detail ornamen sekecil itu, sedangkan tekhnologi itu baru ada di zaman sekarang, apakah orang-orang sakti seperti Bandung Bondowoso benar-benar ada di bumi tercinta kita?"
Wallahu A'lam Bishawab





-Agustim Saptono Haji (Pameran "Kisah Samudra" Vision International Image Festival, MahaART Galery, Bali, Oktober 2013)-

Sabtu, 08 Januari 2022

Mudahnya mendapatkan pahala

Siang hari yang terik, seorang wanita bernama Mimin merasa kepanasan, ia lalu memutuskan untuk membeli minuman dingin di warung. Ah, betapa segarnya minum dingin di cuaca terik ini, kata mimin. Belum sempat si pedagang memasukkan uang yang baru didapatnya dari pembelian minuman dingin itu, kemudian datang pengemis. Sang pedagang pun tak berfikir lama lagi, diberikanlah uang hasil penjualan minuman dingin itu kepada pengemis. Melihat hal itu, Mimin berteriak kepada pedagang "bang, kalau mau beramal pakai duit sendiri dong, jangan pakai duit saya, itu kan yang abang kasih ke pengemis, duit saya". Setelah melampiaskan kemarahannya, Mimin pergi meninggalkan pedagang tersebut yang bingung dengan hal itu.
Keesokan harinya, Asep yang tau kalau pedagang minuman dingin mempunyai kebiasaan beramal kepada sesama itu, dalam hati berkata "saya mau beli di warung itu ah, agar pedagang itu bisa berbagi dengan beramal kepada sesama.
Ada yang aneh dari cerita ini. Keanehan ada pada pola pikir Mimin yang melarang pedagang minuman beramal menggunakan uang darinya
Mbak Mimin, memang uang itu awalnya uang mba Mimin, tapi begitu uang itu di belikan minuman di warung, uang itu telah berubah menjadi uang si pedagang, karena mbak Mimin sudah menggantinya dengan air dingin yg mbak mimin beli. Di satu sisi, kang Asep justru mendapatkan pahala. Loh, kok bisa?
Kan itu tadi juga uangnya kang Asep telah berpindah menjadi uang si pedagang, berarti yang mendapat pahala, hanya pedagang dong, kang Asep gak kebagian pahala
Ya bisa lah...
Jadi begini, walaupun uang Kang Asep sudah berpindah menjadi uang si pedagang saat kang Asep membeli minuman dingin, namun Niat kang Asep yang mau membeli di warung itu agar si pedagang bisa beramal dari hasil penjualannya itulah yang membuat Kang Asep mendapatkan cipratan pahala dari amal si Pedagang. Ingat, yang menjadikan pahala dalam cerita ini adalah niatnya, bukan fisik uangnya.
Nah, dari cerita ini, coba deh para pembaca mengawali segala sesuatunya dengan niat yang positif, contohnya apa?
Contohnya sekolah...
Jangan mengawali pagi hari menuju sekolah dengan niat hanya agar mendapatkan uang jajan dari orangtua, dapat wifii gratis buat pish rank, dan hal-hal lainnya
Tapi awali pagi hari saat berangkat sekolah dengan niat mencari ilmu, agar ilmu yang di dapat bisa bermanfaat bagi sesama, niscaya tiap langkah kita menuju sekolah dihitung pahala oleh ALLAH SWT.
Begitu mudahnya dan murahnya ALLAH SWT menjanjikan pahala buat kita, hanya dengan niat, tidak perlu keluar uang, tak perlu mengeluarkan tenaga.
Semoga tulisan ini dapat diambil hikmahnya.
Akhir kata saya mohon maaf jika tulisan ini banyak kekurangan dan dirasa kurang berkenan
Wassalamualaikum wr wb

Selasa, 16 November 2021

Adab Seorang Alim (Guru)

 Adab Seorang Alim (Guru)

Jika engkau seorang alim (Guru), maka adab yang kau harus kau perhatikan adalah :

1. Sabar, 

2. Selalu santun,

3. Duduk dengan wibawa disertai kepala yang tunduk, 

4. Tidak ta­kabur terhadap semua hamba kecuali pada mereka yang lalim dengan tujuan menghapus kelalimannya, 

5. Bersikap tawadu dalam setiap majelis dan pertemuan, 

6. Tidak ber­senda gurau,

7. Menyayangi murid, 

8. Berhati-hati terhadap orang yang sombong,

9. Memperbaiki negeri dengan cara yang baik dan tidak marah, 

10. Tidak malu untuk mengaku tidak tahu,

11. Memperhatikan pertanyaan si penanya dan berusaha memahami pertanyaannya, 

12. Mau menerima hu­jah dan mengikuti yang benar dengan kembali kepada­nya manakala ia salah, 

13. Melarang murid mempelajari ilmu yang berbahaya dan mengingatkannya agar tidak menuntut ilmu untuk selain rida Allah Swt, 

14. Melarang murid sibuk dengan hal-hal yang bersifat fardu kifayah sebelum menyelesaikan yang fardu ain (yang termasuk  fardu ain adalah memperbaiki yang lahir dan batinnya dengan takwa) serta membekali dirinya terlebih dahulu dengan sikap takwa tersebut agar sang murid bisa mencontoh amalnya,

15. Kemudian mengambil manfaat dari ucapannya.

Adab Seorang murid

Adab Seorang Murid

Jika engkau seorang murid, maka adab yang harus dimiliki oleh seorang murid terhadap gurunya adalah: mendahuluinya dalam memberi hormat dan salam,

tidak banyak berbicara di hadapannya,

tidak mengatakan apa yang tak ditanya oleh gurunya,

tidak bertanya sebelum diberi izin,

tidak mengungkapkan sesuatu yang bertentangan dengan ucapannya, misalnya dengan ber- kata, “Pendapat si fulan berbeda dengan dengan ucapanmu”,

tidak menunjuk sesuatu yang berseberangan dengan pendapatnya sehingga terlihat ia lebih tahu tentang yang benar daripada gurunya,

tidak bertanya kepada teman duduk gurunya dalam majelisnya,

tidak menoleh ke sekitarnya, melainkan ia harus duduk dengan menundukkan pandangan disertai sikap tenang dan etika sebagaimana ketika menunaikan salat. 

Murid juga tak boleh banyak bertanya ketika guru sedang bosan. 

Jika guru berdiri maka sang murid juga harus berdiri untuknya, tidak diikuti dengan pembicaraan dan pertanyaan, tidak bertanya kepadanya dalam perjalanan menuju rumah.

Tidak berburuk sangka pada perbuatan-perbuatan yang secara lahiriah tidak bisa diterima, karena ia lebih mengetahui rahasia dibalik itu semua. Sehubungan dengan hal itu perhatikan pertanyaan Musa a.s kepada Nabi Khidir a.s, “apakah engkau sengaja melubangi perahu itu untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh kamu telah melakukan kesalahan yang besar” (Q.S al-Kahfi: 71) ia salah dalam menyikapi perbuatan Nabi Khidir a.s. karena bersandar pada apa yang tampak secara lahir.

Kisah Nabi Musa.as dan Nabi Khidir.as dalam al-Qur’an dan Hadist

Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surat al-Kahfi ayat 60-82 yang tafsir maknanya sebagai berikut ;

60. dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya[*]: “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke Pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun”.

61. Maka tatkala mereka sampai ke Pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.

62. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: “Bawalah kemari makanan kita; Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini”.

63. Muridnya menjawab: “Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat berlindung di batu tadi, Maka Sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali”.

64. Musa berkata: “Itulah (tempat) yang kita cari”. lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.

65. lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami[**].

66. Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”

67. Dia menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku.

68. dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”

69. Musa berkata: “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun”.

70. Dia berkata: “Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu”.

71. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: “Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?” Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.

72. Dia (Khidhr) berkata: “Bukankah aku telah berkata: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku”.

73. Musa berkata: “Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku”.

74. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, Maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: “Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena Dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar”.

75. Khidhr berkata: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?”

76. Musa berkata: “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, Maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku”.

77. Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, Maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu”.

78. Khidhr berkata: “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.

79. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.

80. dan Adapun anak muda itu, Maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan Kami khawatir bahwa Dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.

81. dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).

82. Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”. (QS al-Kahfi ayat 60-82)

 [*] Menurut ahli tafsir, murid Nabi Musa a.s. itu ialah Yusya ‘bin Nun.

[**] Menurut ahli tafsir hamba di sini ialah Khidhr, dan yang dimaksud dengan rahmat di sini ialah wahyu dan kenabian. sedang yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu tentang yang ghaib seperti yang akan diterangkan dengan ayat-ayat berikut.

Dari Ubay bin Ka’ab, Rasulullah bersabda, “Pada suatu ketika Musa berbicara di hadapan Bani Israil, kemudian ada seseorang yang bertanya, ‘Siapakah orang yang paling pandai itu?’ Musa menjawab, ‘Aku.’

Dengan ucapan itu, Allah mencelanya, sebab Musa tidak mengembalikan pengetahuan suatu ilmu kepada Allah. Kemudian Allah mewahyukan kepada Musa, ‘Sesungguhnya Aku memiliki seorang hamba yang berada di pertemuan antara laut Persia dan Romawi, hamba-Ku itu lebih pandai daripada kamu!’

Musa bertanya, ‘Ya Rabbi, bagaimana caranya agar aku bisa bertemu dengannya?’ Maka dijawab, “Bawalah seekor ikan yang kamu masukkan ke dalam suatu tempat, di mana ikan itu menghilang maka di situlah hamba-Ku itu berada!’

Kemudian Musa pun pergi. Musa pergi bersama seorang pelayan bernama Yusya’ bin Nun. Keduanya membawa ikan tersebut di dalam suatu tempat hingga keduanya tiba di sebuah batu besar. Mereka membaringkan tubuhnya sejenak lalu tertidur. Tiba-tiba ikan tersebut menghilang dari tempat tersebut. Ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut. Musa dan pelayannya merasa aneh sekali.

Lalu keduanya terus menyusuri dari siang hingga malam hari. Pada pagi harinya, Musa berkata kepada pelayannya,

آتِنَا غَدَاءنَا لَقَدْ لَقِينَا مِن سَفَرِنَا هَذَا نَصَباً

‘Bawalah ke mari makanan kita. Sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.’ (QS. Al-Kahfi: 62)

Musa berkata,

ذَلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ فَارْتَدَّا عَلَى آثَارِهِمَا قَصَصاً

‘‘Itulah tempat yang kita cari,’ lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula.’ (QS. Al-Kahfi: 64)

Setibanya mereka di batu tersebut, mereka mendapati seorang lelaki yang tertutup kain, lalu Musa memberi salam kepadanya

Hidir  (orang itu) bertanya, ‘Berasal dari manakah salam yang engkau ucapkan tadi?’ Musa menjawab, ‘Aku adalah Musa. Hidir bertanya, ‘Musa yang dari Bani Israil?’ Musa menjawab, ‘Benar!’

هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْد. قَالَ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْراً

‘‘Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?’ Dia menjawab, ‘Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku.’‘ (QS. Al-Kahfi: 66–67)

Khidir berkata, ‘Wahai Musa, aku ini mengetahui suatu ilmu dari Allah yang hanya Dia ajarkan kepadaku saja. Kamu tidak mengetahuinya. Sedangkan engkau juga mempunyai ilmu yang hanya diajarkan Allah kepadamu saja, yang aku tidak mengetahuinya.’

Musa berkata,

سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ صَابِراً وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْراً

‘Insya Allah, kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam suatu urusan pun.’ (QS. Al-Kahfi: 69)

Kemudian, keduanya berjalan di tepi laut. Tiba-tiba lewat sebuah perahu. Mereka berbincang-bincang dengan para penumpang kapal tersebut agar berkenan membawa serta mereka. Akhirnya, mereka mengenali Khidhir, lalu penumpang kapal itu membawa keduanya tanpa diminta upah.

Tiba-tiba, seekor burung hinggap di tepi perahu itu, ia mematuk (meminum) seteguk atau dua kali teguk air laut. Kemudian, Khidhir memberitahu Musa, ‘Wahai Musa, ilmuku dan ilmumu tidak sebanding dengan ilmu Allah, kecuali seperti paruh burung yang meminum air laut tadi!’

Khidhir lalu menuju salah satu papan perahu, kemudian Khidhir melubanginya. Melihat kejanggalan ini Musa bertanya, ‘Penumpang kapal ini telah bersedia membawa serta kita tanpa memungut upah, tetapi mengapa engkau sengaja melubangi kapal mereka? Apakah engkau lakukan itu dengan maksud menenggelamkan penumpangnya?’

Khidhir menjawab,

قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْراً. قَالَ لَا تُؤَاخِذْنِي بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرْهِقْنِي مِنْ أَمْرِي عُسْراً

‘Bukankah aku telah berkata, ‘Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersamaku.’ Musa berkata, ‘Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku.’’ (QS. Al-Kahfi: 72–73)

Itulah sesuatu yang pertama kali dilupakan Musa, kemudian keduanya melanjutkan perjalanan. Keduanya bertemu dengan seorang anak laki-laki sedang bermain bersama kawan-kawannya. Tiba-tiba Khidhir menarik rambut anak itu dan membunuhnya.

Melihat kejadian aneh ini, Musa bertanya,

أَقَتَلْتَ نَفْساً زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ لَّقَدْ جِئْتَ شَيْئاً نُّكْراً

‘Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar.’ (QS. Al-Kahfi: 74)

Khidhir menjawab,

أَلَمْ أَقُل لَّكَ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِي صَبْراً

‘Bukankah sudah aku katakan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?’ (QS. Al-Kahfi: 75)

Maka, keduanya berjalan. Hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh.

فَأَقَامَهُ قَالَ لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْر. قَالَ هَذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِع عَّلَيْهِ صَبْراً

‘Khidhir berkata bahwa, melalui tangannya, dia menegakkan dinding itu. Musa berkata, ‘Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.’ Khidhir berkata, ‘Inilah perpisahan antara aku dengan kamu.’‘ (QS. Al-Kahfi: 77–78).

Semoga Allah menganugerahkan rahmat kepada Musa ‘alaihis salam. Tentu, kita sangat menginginkan sekiranya Musa dapat bersabar sehingga kita memperoleh cerita tentang urusan keduanya.(HR. Al-Bukhari no. 122 dan Muslim no. 2380)