Selasa, 15 Oktober 2024

Storyline dan storyboard

Storyboard adalah naskah yang dituangkan dalam bentuk gambar nyata. Storyboard merupakan serangkaian sketsa (gambar kartun) dibuat persegi panjang yang menggambarkan suatu urutan (alur cerita) elemen-elemen yang diusulkan untuk aplikasi multimedia.

Contoh Storyboard

Keterangan
Scene : tempat Kejadian
Sequence : Adegan-Adegan / Shoot-Shoot / Potongan Dalam Video
Board : Gambar Sketsa
Durasi : Berapa Lama Waktu yang Akan di Gunakan dalam Adegan
Naskah : Deskripsi Adegan untuk Memperjelas dalam Pengambilan Gambar


Sedangkan
Storyline adalah sebuah naskah cerita dalam bentuk teks. Merancang naskah merupakan spesifikasi lengkap dari teks dan narasi dalam aplikasi multimedia. Dalam merancang naskah, analis menetapkan dialog dan urutan elemen-elemen secara rinci.

Contoh Soryline

contoh hasil video

Berkarya Foto Makro dengan Lensa Pralon

Fotografi berasal dari bahasa Yunani yaitu Photos yang artinya cahaya dan Graphos yang artinya gambar. Dari sekian banyak cabang fotografi, fotografi makro menjadi salah satu ketertarikan tersendiri bagi saya. berawal dari rasa penasaran dengan benda - benda kecil seperti lalat, capung, semut dan serangga lainnya. Namun penulis merasa kesulitan dalam berkarya karena tidak memiliki lensa Makro unruk berkarya, akhirnya penulis mencari solusi kreatif lainnya untuk tetap dapat berkarya foto makro, dan muncullah ide untuk membuat lensa Pralon.

Lalat merupakan makhluk kecil yang sering ditemui, namun kadang kala manusia mengabaikan lalat tersebut. Selama ini lalat hanya dilihat oleh manusia secara global saja dan tidak dilihat secara detail khususnya pada bagian unsur yang dimiliki lalat seperti detail pada mata, tekstur pada elemen – elemen tubuh lalat. Hal ini yang membatasi pengamatan manusia pada lalat. Untuk mendapatkan detail bagian – bagian yang dimiliki lalat perlu ada bantuan alat.

Alat yang dipakai adalah lensa makro. Lensa makro adalah lensa yang digunakan untuk pemotretan dengan objek yang berukuran kecil atau pemotretan berjarak dekat, mendekatkan pemotret dengan objek, umumnya dipakai untuk keperluan reproduksi karya karena dapat memberikan kualitas prima dan distorsi minimal. Secara garis besarnya fotografi makro diperlukan antara lain untuk bahan scientific / identifikasi species (satwa / tumbuh - tumbuhan), untuk engineering, metallurgy, manufacture, untuk tujuan promosi / marketing suatu benda, hewan atau tumbuh – tumbuhan, serta untuk keindahan.

Foto makro adalah foto yang dibuat dari jarak dekat. Biasanya objek yang dibidik berukuran kecil, seperti lalat, semut, nyamuk dan lain – lain. Objek – objek berukuran kecil diambil menggunakan lensa makro dengan mendekatkan pemotret ke objek.

Foto makro merupakan bagian dari salah satu kategori fotografi yang membuat pembesaran terhadap suatu objek, atau dengan kata lain dunia fotografi yang diperkecil ke dalam dunia Micro. Pembesaran tersebut bisa dilakukan medekatkan objek dengan kamera. Melalui fotografi makro kita dapat melihat dengan jelas detail – detail pada objek khususnya pada lalat. Detail – detail lalat dapat dilihat dengan jelas seperti : tekstur mata, tekstur bulu dan seterusnya. Dunia Fotografi, Makro memiliki arti sarana untuk pemotretan dari jarak dekat. Fotografi makro akan menghasilkan rekaman gambar yang sama besar dengan benda aslinya (1 : 1) atau separuh dari benda aslinya (1 : 2). Lensa zoom yang dapat menghasilkan rekaman seperempat dari benda aslinya (1 : 4) juga sudah bisa dikatakan makro

Pemilihan lalat sebagai objek fotografi makro yang penulis lakukan adalah karena lalat penulis anggap memiliki latar belakang yang mampu mendukung konsep berkarya penulis. Latar belakang yang dapat mendukung konsep berkarya penulis adalah karena lalat adalah hewan yang makan dari sampah dan hasil buangan manusia. Hal ini yang penulis anggap dapat mendukung konsep berkarya penulis karena proses berkarya penulis menggunakan lensa yang telah tidak terpakai dan lensa yang sudah dianggap tidak dapat digunakan lagi, misalnya autofocus yang sudah tidak berfungsi, salah satu bagian lensa yang telah berjamur atau berkabut, sehingga gambar yang dihasilkan tidak maksimal.

Penulis memodifikasi lensa – lensa yang dianggap tidak berfungsi tersebut sehingga dapat digunakan kembali dengan cara membongkar, membuang bagian yang dianggap bermasalah, kemudian digabungkan dan menghasilkan lensa baru dengan kemampuan baru dalam menghasilkan sebuah gambar. Kedua lensa yang seharusnya sudah tidak dapat digunakan, tapi penulis gabung dan gunakan kembali untuk menciptakan lensa baru untuk mengabadikan moment lalat kedalam media fotografi makro. Pemanfaatan barang – barang bekas inilah yang penulis anggap sesuai dengan kebiasaan lalat, sehingga hal inilah yang menjadikan lalat sebagai objek fotografi makro yang penulis buat.


Struktur penyusunan lensa paralon





Hasil akhir lensa paralon




Cara pemasangan lensa Pralon




konsep berkarya 1





Konsep berkarya 2










Konsep berkarya 3








Konsep berkarya 4





Akhir kata Foto makro mengajarkan penulis untuk berfikir detail, melatih kesabaran dan kekuatan fisik. Lalat mengajarkan penulis bahwa yang biasa dianggap “sampah” pun masih bisa dimanfaatkan. Jika selama ini masyarakat menganggap lalat adalah hewan yang jorok, penulis berpendapat sebaliknya. Menurut penulis, lalat adalah hewan yang sangat menjaga kebersihan. Lalat rajin membersihkan sayap menggunakan kaki belakangnya, mengapa demikian? karena bila di sayapnya terdapat setitik debu saja, maka sayapnya akan robek saat terbang, akibatnya lalat tidak akan bisa terbang, dan hal ini akan menyebabkan lalat mudah dimangsa oleh predatornya. Untuk menciptakan foto makro, tidak harus menggunakan lensa mahal, masih ada solusi kreatif yang lebih ekonomis. Alat memang penting, namun ada hal yang jauh lebih penting, yaitu kreatifitas. Bagaimana kita dapat tetap berkarya ditengah keterbatasan.
Wassalamualaikum wr wb

Berkarya fotgrafi Makro dengan lensa Pralon

Kebesaran budaya Betawi di situs Batu Jaya Tarumajaya, warisan abad ke-2.










Emas yang di temukan oleh salah seorang warga di daerah karawang ini diyakini peninggalan kerajaan pasundan abad ke – 2 Masehi. Emas berukuran kurang lebih 3 mm ini memiliki ukiran berupa bulatan – bulatan kecil disekelilingnya. Dari panjang 3 mm ini dapat di lihat 12 hingga 15 bulatan kecil di tiap barisnya. Bayangkan, untuk seukuran 3 mm, terdapat 12 hingga 15 bulatan kecil. Bagaimana mereka membuatnya, dengan cara apa, bagaimana mereka melihatnya saat proses pembuatannya, dan untuk apa mereka membuat benda sekecil ini? Bila dibuat zaman sekarang, mungkin bisa menggunakan laser, las atau peralatan canggih lainnya, namun artefak ini di yakini merupakan peninggalan dari Abad ke 2M, apakah tekhnologi mereka sudah mumpuni untuk melihat dan membuat benda - benda sekecil ini? Mencairkan logam mulia seperti emas dan yang terpenting lagi, bagaimana mereka membuat master cetakan yang jauh lebih detail dari hasil cetakannya? Dan untuk apa dibuat benda – benda sekecil ini? Apa tujuan mereka membuat benda – benda berukuran kecil?.






    
    



-Agustim Saptono Haji (Pameran "Kisah Samudra" Vision International Image Festival, MahaART Galery, Bali, Oktober 2013)-