Rabu, 05 April 2023

Tausyiah Agustim

Bismillahirohmanirrohim

Assalamualaikum wr wb

Beberapa tahun kebelakang, pandemi memberikan dampak ke semua lini, baik kaya, miskin, tua, muda, pegawai, pedagang, semua

Hingga kini pun, ekonomi kita belum sepenuhnya pulih. Kita bisa bangkit, bagaimana caranya?

kerjasama, peduli itu kuncinya

“Barangsiapa meringankan dari seorang mukmin salah satu kesusahan hidupnya di dunia, niscaya Allah akan meringankan salah satu kesusahan hidupnya pada hari kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan, niscaya Allah akan memberi kemudahan baginya di dunia dan akhirat” (HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai & Ibnu Majah).

Tapi bagaimana mungkin?

kita masih pelajar, bukan orang dewasa yang sudah bekerja, bagaimana kita bisa membantu sesama sedangkan kita belum bisa mencari uang?

sederhana, dengan membeli produk atau menggunakan jasa saudara atau teman kita

misalnya kita mau membeli suatu barang di minimarket atau online shop, tapi bila ada saudara atau teman kita yg menjual barang serupa, apakah tidak lebih baik kita membeli dari saudara kita?
Kita punya kantin dan toko

Mungkin harganya lebih murah di mini market, tapi apa kita tega dagangan saudara atau teman kita kurang laku?

Bagaimana perasaan saudara atau teman kita bila tau kita membeli barang di tempat lain ketimbang dari dia?

cobalah ikut merasakan apa yg dia rasakan, mungkin ada keluarga yang harus diberi makan dari hasil jualan dia, mungkin ada tagihan yang harus dibayarkan dari keuntungan jasa atau dagangan itu.

Mungkin ada beberapa teman yg dulu saya wali kelasnya, atau kakomnya

hal yang saya tanamkan dari dulu adalah, lihat kanan kiri, depan belakang kalian, mereka bukan musuh kalian, mereka juga bukan teman kalian, mereka adalah saudara kalian. Kita gak akan tau apa yang akan terjadi 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun kedepan. Bila ada saudara kalian ada yg kesusahan, rasakan sakitnya, rasakan penderitaannya. Dengan merasakan sakit dan penderitaannya, kita akan tau cara mengobatinya.

Kemauan untuk menolong sesama bukan (hanya) karena didorong oleh kaya harta, tetapi lebih karena kaya hati. Orang yang kaya hatinya, di saat miskin pun, akan tergerak hatinya untuk bersedekah. Orang yang kaya hati memiliki rasa simpati dan keikhlasan yang tinggi, apalagi saat mendapati orang-orang yang sedang terkena musibah.

Orang-orang yang hatinya ikhlas tak akan tega membiarkan saudara-saudaranya hidup dan beribadah tanpa makanan, minuman, penerang dan selimut. Lebih-lebih bila membayangkan keadaan diri sendiri ketika musibah datang pada waktu yang tak disangka-sangka. Musibah kebakaran, banjir, gempa bumi dan lain sebagainya bisa menimpa siapa saja; kalau hari ini mereka, mungkin besok kita.

Beberapa waktu lalu saat musibah di sekitar kita, Senang rasanya ada gerakan dari para alumni yang berkolaborasi dengan komunitas donasi recehan kita. Alhamdulillah gerakan ini awal nya dimotori oleh komunitas donasi recehan kita lalu disambut baik oleh para alumni. Alumni yang tergabung terdiri dari mantan ketua OSIS (Qori), ROHIS (Muhyi), JURNALIS (Rafli) dan kawan kawan lainnya pun ikut tergerak. Masukan masukan positif seperti ini yang perlu dilestarikan dan dikembangkan, bukan masukan negativ yg di budayakan. Terima kasih kakak Alumni yang telah menginspirasi, bukan mendokrinasi. Lalu beberapa tahun lalu ada juga gerakan seribu takjil yang dimotori oleh Pramuka, Osis, Rohis dan Jurnalis.

Rasulullah SAW bersabda “Barang siapa yang memberi makan orang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.” (HR. Ahmad).

Saya yakin, dengan gerakan donasi seperti ini, pasti bapak/ibu guru akan bangga. Kebanggaan guru bukan dilihat dari tingkat kekayaan kalian, tapi dari seberapa dalam kalian menerapkan ilmu yang sudah diberikan, Empati kalian terhadap sesama telah membuat guru kalian bangga

Sedih rasanya kalau masukan negative yang dikembangkan, apalagi sampai harus mengesampingkan dan tidak menganggap guru, khususnya wali kelas. Tanpa sepengetahuan siswa, perjuangan bapak ibu guru kalian, khususnya walikelas sangatlah luar biasa. Bagaimana dia berjuang melobby rekan2 guru demi nilai dan kenaikan kelas siswanya. Bagaimana perjuangannya saat menaikan berkas KJP siswa, keluar masuk gang demi mencari rumah siswa, kadang kesasar…

Makanya suka miris kalau melihat ada Murid yang tidak menghormati gurunya, dulu waktu kecil saya diajarkan oleh guru ngaji saya untuk menghormati guru, dia bilang begini “Tong, gak akan berkah ilmu loe kalau gak menghormati guru loe,” itu katanya. Bukan maksud kita para guru ini minta di hormati, bukan. Cukup dengan memfungsikan guru sebagaimana mestinya, sebagai orangtua kalian. Hello, guru bukanlah gedebong pisang, jadikan gurumu sebagai tempat curhatmu bila ada masalah pelajaran atau ada masalah dengan guru lain. Jangan jadikan gurumu layaknya musuhmu, di berita sempat saya lihat ada murid yg kurang ajar kepada gurunya, bahkan ada yg sampai tega membunuhnya, naudzubillah summa naudzubillah. Kalau sudah seperti ini, dimana letak keberkahan murid?

jadi, mulai sekarang, bila ingin ilmu kita menjadi berkah, hormati gurumu, guru bukanlah gedebong pisang, orangtua tidak akan mungkin menjerumuskan anaknya, orangtua pasti akan mencari yang terbaik untuk anaknya. Jangan lupa juga untuk selalu berbagi dengan saudara saudara kita, jangan menunggu kaya harta, karena kaya hati lah yang lebih utama. buatlah kami bangga dengan empati, rasa ingin berbagi dan kaya hati kalian

Cukup sekian dari saya, mohon maaf jika ada kesalahan

uusikum wa nafsi bitaqwallah, wassalamualaikum warohmatullahi wa barokatuh…