Sabtu, 05 Februari 2022

Keajaiban Tekhnologi Indonesia Abad ke-2

    Emas adalah logam mulia yang sering ditampilkan dalam perhiasan, serta benda-benda dekoratif baik lainnya. Perhiasan dan pengrajin emas sering meleburnya dan dituang atau sebaliknya membentuk kembali ke bentuk-bentuk baru. Untuk benar - benar melebur emas, pengrajin harus sudah memiliki pengetahuan dasar dan komposisi titik leburnya, serta alat yang tepat, peralatan dan teknik. Sebuah titik lebur adalah jumlah derajat Fahrenheit di mana emas mencair. Titik leleh emas tergantung pada komposisi atau tipe. Sebagai contoh, 18-karat emas kuning memiliki titik lebur 1.700 derajat Fahrenheit. Empat belas karat kuning emas memiliki titik lebur 1.615 derajat Fahrenheit. Sepuluh karat emas putih memiliki titik lebur 1.975 derajat Fahrenheit. Semakin murni emas, semakin rendah suhu yang diperlukan untuk mencairkannya, sehingga diperlukan waktu lebih lama untuk melelehkan emas yang dicampur dengan logam lain.

    Sebuah wadah untuk melebur emas berbentuk kubah di mana logam mencair. Sebuah wadah sangat tahan panas yang artinya, mencerminkan banyak panas kembali ke logam. Sebelum lebur dalam sebuah wadah emas, harus dipastikan bahwa wadah bersih sehingga emas tidak menjadi tercemar. Jenis api untuk peleburan emas pun harus diperhatikan. Dibutuhkan sebuah obor yang mencapai suhu yang cukup. Butana obor, propana obor dan obor oxy-asetilen adalah pilihan yang baik untuk peleburan emas. Sebuah obor butana dapat mencapai suhu 2.500 derajat Fahrenheit. Sebuah propana obor dapat mencapai suhu setinggi 3.600 derajat Fahrenheit. Sebuah oxy-acetylene obor, yang juga disebut sebagai gas oxy-obor, menggabungkan asetilena dengan oksigen, dan mendapat sepanas 6.300 derajat Fahrenheit.

    Solder adalah proses menggabungkan dua keping logam dengan logam pengisi yang mencair dan menyebabkan itu mengalir ke gabungan dari dua keping logam. The filler logam juga disebut sebagai "solder" dan memiliki titik lebur yang lebih rendah daripada logam yang akan digabung. Solder ini terutama berguna dalam pembuatan perhiasan, di mana ia digunakan untuk memperbaiki rantai emas rusak.

    Dalam bidang kerajinan, logam mulia biasanya dibuat benda – benda perhiasan yang terutama dikerjakan dengan cara di tempa, di canai, diukir dan dipatri, sebab hasilnya lebih ringan, lebih indah bila dibandingkan dengan hasil – hasil penuangan langsung. Logam mulia sebenarnya cukup mudah dicairkan dan dituang, karena logam – logam ini tidak mudah dipengaruhi oleh udara walaupun dalam keadaan cair. Logam cair memiliki sifat yang hampir sama dengan air, yaitu dapat mengalir dengan mudah. Perbedaannya pada kekentalan logam cair ditambah lagi dengan tinggi – rendahnya suhu logam cair tersebut. Makin tinggi suhunya, makin cair logam tersebut, namun sebaliknya, makin rendah suhu, makin kental logam tersebut. Selain itu berat jenis logam cair jauh lebih berat dari berat jenis air, sehingga faktor – faktor tersebut dapat mempengaruhi alirannya pada suatu tempat. Penuangan logam biasanya dilakukan dengan menuangkan cairannya ke dalam cetakan melalui lubang – lubang penuangan. Apabila logam tersebut dalam keadaan cair sekali, dapat dengan mudah memasuki ruang – ruang dalam cetakan hingga ke bagian – bagian tersempit. Untuk membuat cetakan sebuah benda, master dari cetakan harus lebih detail dari hasil akhirnya dan harus dengan perhitungan yang sangat matang, karena dengan pertimbangan adanya beberapa bagian yang mungkin sulit untuk dilalui oleh logam cair ataupun saat di lepaskan saat proses akhir.










    
    Emas yang di temukan oleh salah seorang warga di daerah karawang ini diyakini peninggalan kerajaan pasundan abad ke – 2 Masehi. Emas berukuran kurang lebih 3 mm ini memiliki ukiran berupa bulatan – bulatan kecil disekelilingnya. Dari panjang 3 mm ini dapat di lihat 12 hingga 15 bulatan kecil di tiap barisnya. Bayangkan, untuk seukuran 3 mm, terdapat 12 hingga 15 bulatan kecil. Bagaimana mereka membuatnya, dengan cara apa, bagaimana mereka melihatnya saat proses pembuatannya, dan untuk apa mereka membuat benda sekecil ini? Bila dibuat zaman sekarang, mungkin bisa menggunakan laser, las atau peralatan canggih lainnya, namun artefak ini di yakini merupakan peninggalan dari Abad ke 2M, apakah tekhnologi mereka sudah mumpuni untuk melihat dan membuat benda - benda sekecil ini? Mencairkan logam mulia seperti emas dan yang terpenting lagi, bagaimana mereka membuat master cetakan yang jauh lebih detail dari hasil cetakannya? Dan untuk apa dibuat benda – benda sekecil ini? Apa tujuan mereka membuat benda – benda berukuran kecil?.
Dari temuan peninggalan abad ke 2 Masehi di tanah pasundan ini, lalu muncul pertanyaan dalam benak saya "bagaimana cara orang pasundan di abad 2 Masehi bisa membuat emas sekecil itu dengan detail-detail ornamen sekecil itu, sedangkan tekhnologi itu baru ada di zaman sekarang, apakah orang-orang sakti seperti Bandung Bondowoso benar-benar ada di bumi tercinta kita?"
Wallahu A'lam Bishawab





-Agustim Saptono Haji (Pameran "Kisah Samudra" Vision International Image Festival, MahaART Galery, Bali, Oktober 2013)-